Six.

1K 149 13
                                    

Ayden terbangun kala indra penciumannya mencium bau masakan yang sangat menggoda selera serta sedikit suara berisik dari arah dapur. Ia menoleh kesamping, hanya ada Rui yang masih terlelap. Ayden pun mendudukan dirinya, mencoba mengumpulkan nyawanya sejenak.

"Papiii" panggilnya.

"Papi di dapur nak" saut Revin.

Ayden pun menyusul Revin ke dapur dan mendapati Papinya itu tengah menyajikan nasi goreng ke beberapa piring. "Udah bangun kak?" Sapanya sembari membenarkan rambut berantakan Ayden. Ayden mengangguk kemudian memeluk Revin. Begini ternyata rasanya mempunyai seseorang yang bisa merawatnya.

"Riyo mana?" Tanyanya setelah melepas pelukannya.

"Lagi mandi, mau siap siap sekolah. Kamu ada kuliah kak?"

"Ada, nanti siang"

"Adeknya harus sekolah kan?" Tanya Revin kemudian diangguki Ayden.

"Adeknya tolong bangunin ya kak, Papi lanjutin bikin sarapan dulu"

"Rui susah banget Pi kalau dibangunin"

"Biasanya gitu? Telat dong nanti?"

Ayden mengangguk. "Kayaknya tiap hari telat terus sampai Papa sering dipanggil ke sekolah"

"Ya Tuhan.. jangan dibiasain ah" Revin kemudian melepaskan celemeknya dan menghampiri Rui. Ia mengusap pelan pipi Rui. "Anak ganteng, anak Papi, bangun yuk bang"

Rui masih enggan membuka matanya, membuat Revin terus berusaha menggoyangkan tubuh Rui. "Abang Rui, ayo bangun"

"Rui kalau dibangunin kayak gitu gak bakal bangun Pi, harus kayak gini" Ayden mendekat kemudian menendang keras pantat Rui membuat Rui kaget dan langsung mendudukan dirinya.

"Anjing! Yang bener aja lo kak!!" Kesalnya.

"Abang! Jaga bicaranya ah!" Tegur Revin.

Rui berdecak, Revin pun mengusap pelan kepala Rui. "Ayo abang bangun. Adeknya udah selesai mandi tuh, kamu mandi gih terus siap siap ke sekolah. Kamu kan gak bawa seragam bang, harus pulang dulu"

"Aaah mau bolos"

"Jangan dong nak. Papa kamu kerja keras cari uang buat nyekolahin kamu. Masa kamu mau bolos sih?"

"Sehari ajaa Piiii" Ucap Rui masih mencoba merayu Revin agar mengijinkannya untuk bolos satu hari.

"Lo mau ngerayu Papi gimanapun pasti gak bakal boleh Bang. Lagian lo tinggal sekolah aja kenapa males sih? Gue aja dulu sampe harus bantuin kerja Papi jualan kue di sekolah biar bisa tetep sekolah. Lo tinggal sekolah aja males" ucap Riyo membuat Rui seketika terdiam.

"Adek gak boleh gitu"

"Ya abang biar sadar Pi. Sekolah cuma itungan jam aja kok males"

"Iya iya. Gue sekolah!" Saut Rui.

Ayden hanya terkekeh mendengar perdebatan keduanya. Rui pun segera bangkit, ia memilih mandi daripada mendengar ceramah adiknya itu.

Mereka berempat sarapan bersama dengan duduk di lantai, rumah Revin memiliki meja makan namun hanya cukup untuk 2 orang sehingga mereka berempat memilih duduk di lantai untuk makan bersama.

"Lo berangkat naik apa?" Tanya Rui pada Riyo yang sudah siap berangkat sekolah.

"Naik sepeda lah"

"Gue anter aja, sekalian gue mau balik. Lo mau ikut balik dulu gak? Barangkali lo penasaran sama rumah kita?"

Riyo terlihat tertarik, namun ia kemudian menoleh pada Revin. "Gak ada Papa, kan Papa masih di rumah sakit" lanjut Rui.

"Iya, ikut aja sama Rui. Lo harus liat rumah kita, barangkali lo penasaran. Atau penasaran juga sama Papa?"

REVIENS VERS MOI - GUANRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang