Douze.

898 125 8
                                    

Hari ini Rui masih mencoba merayu Revin untuk  mengembalikan motor miliknya. Kemarin ia sudah meminta Gatma untuk membantunya, namun seperti dugaan Papanya itu tidak bisa menolong banyak karena Rui akui dirinya juga salah.

"Ayo dong Pi, tolong balikin ya? Aku mau main sama temen temen jadinya susah. Mau berangkat sama pulang masa harus sama supir sih?"

"Enggak, Bang. Papi sama Papa udah sepakat buat balikin motor kamu habis liburan aja biar kamu sekarang fokus sekolah aja"

"Yahhhh Piii, itu lama banget kan?!"

Revin mengangguk. Ia kemudian mencuci sayuran yang sudah ia potong dengan Rui yang masih merengek disampingnya.

"Itu konsekuensi karena kamu udah bolos, terus berantem. Setiap hal yang kamu lakuin itu ada konsekuensinya bang dan kamu harus terima itu. Makanya segala sesuatu itu harus kamu pikirkan dengan baik sebelum bertindak"

Rui menghela pelan menyandarkan tubuhnya pada dinding, "seminggu lagi deh Pi. Ya ya? Kalau habis liburan itu masih lama banget. Habis ujian tuh Abang mau main sama temen temen naik motor, masa Abang sendiri yang dianter supir? Malu ih kayak anak kecil aja"

"Ya kenapa enggak? Kan lebih aman dianter supir. Lagian kamu tuh masih kecil buat naik motor, Abang"

"Abang udah 17 tahun, Pi. Udah punya SIM juga"

Revin kemudian menoleh pada Ruiga. "Tapi kamu masih kayak bayi kecilnya Papi, Abang" ucapnya sembari mengusak rambut Ruiga.

Ruiga mendengus, menyingkirkan tangan Revin dari kepalanya. "Kemarin uang bulanan yang dibatesin, terus jam pulang malam juga di batesin. Kalau pulang sekolah harus langsung pulang, terus sekarang motor di sita. Besok apa lagi?!" Kesal Ruiga yang kemudian menaikkan sedikit nada bicaranya membuat Revin seketika kaget.

"Bang? Papi lakuin ini demi kebaikan kamu kok"

"Baik menurut Papi belum tentu baik menurut aku kan?!"

Revin menghela meremat pelan tangannya. "Ya udah, ambil aja kunci motor kamu di laci kamar Papa. Papi gak bakal ngelarang kamu lagi, kamu boleh lakuin apapun sesuka kamu" ucapnya kemudian kembali melanjutkan memasaknya.

Rui tidak menjawab namun ia segera mengambil kunci motor di kamar Papanya dan langsung membawa motornya melaju pergi keluar rumah.

Gatma pulang sekitar pukul 7 malam dan mendapati Revin yang sudah menunggunya dengan kedua anaknya di meja makan. "Loh? Kok Abang Rui gak ada?" Tanyanya.

"Masih di luar" jawab Revin singkat kemudian menghampiri Gatma. "Kamu mandi dulu aja mas. Udah aku siapin air hangat. Biar anak anak makan duluan"

Gatma mengangguk, "kalian makan duluan aja ya? Papa mau mandi dulu"

Keduanya mengangguk bersamaan, membiarkan Gatma dan Revin naik ke atas. Tidak lama Revin kembali turun. "Emang Rui kemana Pi?" Tanya Ayden.

"Main kayaknya sama temen temennya"

Ayden hanya mengangguk dan melanjutkan makannya. "Adek sayurnya juga dimakan dong" lanjut Revin kemudian memberikan sayuran di piring Riyo.

"Kakak juga, ini dagingnya di makan"

"Iya Papi. Terima kasih"

Mereka kemudian melanjutkan makan malam bersama. Ayden kemudian pamit untuk naik ke kamarnya terlebih dulu karena ia sudah mengantuk. Sedangkan Riyo, ia memilih membawa bukunya untuk belajar di tepi kolam renang.

Setelah Revin dan Gatma menyelesaikan makan malamnya, Gatma meninggalkan Revin lebih dulu untuk naik ke atas dan Revin membawakan susu coklat untuk Riyo sebagai teman belajar. Ia pun kemudian menyusul Gatma naik.

REVIENS VERS MOI - GUANRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang