Huit.

1.1K 153 13
                                    

Hari ini adalah hari pertama Gatma memulai rencananya untuk mendekati Riyo. Kemarin ia sudah meminta ijin kepada kedua putranya untuk kembali kepada Revin. Awalnya keduanya ragu, namun Gatma meyakinkan jika mereka akan memberikan keluarga yang utuh.

Gatma sudah memarkir mobilnya di depan sekolah Riyo. Sekolah swasta yang jauh berbeda dari sekolah Ruiga atau Ayden dulu. "Maaf ya nak, gara gara Papa kamu harus ngerasain sekolah kayak gini. Papa janji nanti Papa bakal pindahin kamu ke sekolah yang lebih terjamin pendidikannya" gumam Gatma sembari memandangi sekolah dengan dua lantai itu.

Tidak lama, Gatma melihat Riyo keluar dari sekolahnya. Ia hendak menghampiri anak bungsunya itu, namun kakinya berhenti kala seseorang lebih dulu merangkul Riyo. Gatma memperhatikan mereka, ia dapat melihat Riyo sedikit ketakutan dan kemudian memberikan semua uang yang ada disakunya. Gatma yang melihatnya seketika geram, ia keluar dari mobilnya dan langsung menarik kerah baju anak itu agar menjauh dari Riyo.

"O-om?"

Gatma menghempaskan tangannya dan langsung merangkul Riyo. "Kamu jangan dekati anak saya lagi! Atau saya adukan perbuatan kamu ke pihak sekolah!?!" Gertak Gatma.

Anak itu terlihat tidak takut, ia malah menantang balik Gatma. "Gue gak takut! Coba lo aduin, gak bakal ada yang denger! Gue anak kepala sekolah disini!" Ucapnya semakin menantang Gatma.

"Om, udah. Riyo gapapa" bisik Riyo menarik lengan Gatma agar pergi.

"Bentar nak" ucap Gatma menarik Riyo ke belakangnya. "Saya juga gak peduli dengan jabatan orang tua kamu. Jangan menantang jabatan dengan saya jika kamu tidak mau menyesal" lanjut Gatma.

Gatma mengeluarkan kartu namanya dan memberikannya pada seseorang yang merundung Riyo tadi. "Gatma Hutama, kamu pasti gak asing dengan nama Hutama kan?"

Remaja itu sedikit membulatkan matanya kala mengingat nama Hutama, ia kemudian mulai menatap takut. "Mana mungkin dia anak anda? Dia aja cuma hidup sama si tukang kue?" Ucapnya.

Riyo itu sering di rundung oleh teman sekelasnya karena mereka semua menganggap Riyo tidak mampu. Riyo itu pintar dan kepintarannya itu sering dimanfaatkan oleh brandal brandal kecil seperti orang dihadapannya itu untuk di suruh mengerjakan tugasnya. Terkadang juga Riyo harus menyisihkan uangnya untuk diberikan kepada mereka agar ia tidak mendapat pukulan atau rundungan.

"Kemarin ada yang ngaku abangnya, sekarang orang tuanya? Lo dibuang di panti asuhan ya sampai bisa dipungut orang kaya?" Ucapnya kepada Riyo.

Gatma yang mendengarnya pun geram. "Jaga ucapan kamu! Riyo anak saya, darah daging saya dan bukan anak pungut! Saya pastikan kamu akan menyesal dengan ucapan kamu!" Gatma mengambil ponsel di sakunya dan langsung menghubungi seseorang, "Bara, tolong cari tau mengenai sekolah swasta pratama di jalan anggrek. Saya mau secepatnya kepala sekolahnya turun jabatan entah dengan apapun itu caranya!" Ucapnya kemudian mematikan sambungan telefon tanpa menunggu jawaban.

Gatma menatap tajam remaja di depannya. "Tunggu saja, saya pastikan orang tua kamu dan kamu sudah tidak punya kuasa lagi di sekolah ini!" Lanjutnya kemudian menarik Riyo masuk ke dalam mobilnya meninggalkan remaja itu yang mulai ketakutan.

Riyo diam, ia tidak membuka suaranya sama sekali dan Gatma melajukan mobilnya. "Riyo mau makan dulu nggak? Atau mau langsung pulang? Atau mau jalan jalan dulu? Kamu mau beli apa? Biar Papa yang beliin"

Riyo menggeleng. "Mau pulang" sautnya tanpa menoleh pada Gatma.

Gatma menghela pelan, "kata Papi kamu, kamu suka ngelukis ya? Mau cari alat lukis baru gak?"

"Gak"

Gatma tidak kehabisan ide, ia mencoba mencari cara lagi agar bisa dekat dengan Riyo. "Riyo, Kamu mau gak kalau Papa pindahin sekolah ke tempatnya Abang? Disana lebih terjamin pendidikannya. Papi bilang kalau kamu sering dapat juara? Papa yakin deh kamu bakal lebih betah disana? Kalau mau, nanti Pap—"

REVIENS VERS MOI - GUANRENTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang