Trusting

20 5 0
                                    

Malam ini terasa tidak seperti biasanya. Abelia melihat ke arah jendela, dan melihat hujan turun dengan sangat deras. Tertampang dengan sangat jelas kaca jendela itu terpenuhi oleh embun-embun air.

Di sisi lain. Artha tersenyum ke arah luar jendelanya, sambil melihat foto Abelia saat masih kecil. Ia masih tak yakin bahwa ia bisa bertemu dengan sahabat kecilnya. Perasaan bahagia dan sedih tercampur aduk dalam pikirannya. Terlebih, artha bisa sangat dekat dengan abelia.

"Hahaha, aku masih tidak yakin kenapa aku bisa bertemu dengannya? bukan kah dia seharusnya duduk di bangku sekolah menengah pertama?" Ucapan artha sambil melihat foto abelia bersama dirinya.

Lalu terdengar jawaban dari seorang lelaki tua yang menggunakan jas hitam dengan tampang yang sangat rapi.
"Apakah kamu tidak tahu? abelia terpaksa bersekolah disana setelah sekian bencana itu kan? Maaf jika bapak tidak mengetuk pintunya nak"

Sontak Artha melemparkan handphonenya ke atas kasur dan menjawab "Ya. Aku tau." Jawabannya sangat dingin dengan diiringi pertanyaan "Kenapa anda masuk ke kamar saya, tanpa sepengetahuan ku, apakah anda mau saya pecat?"

"Ingat nak. kamu tidak akan bisa memecat saya. Lagipula saya ditugaskan untuk menjaga anda" Jawaban sopan yang dilontarkan dari si pria tua itu.

Seketika ruangan tersebut terasa hening, diiringi dengan sambaran petir yang terasa ruangan tersebut sangat menakutkan.

Pria tua itu berusaha mendekati artha, namun artha berusaha untuk menghindari dirinya. Karena kewalahan, pria itu duduk di atas kasur artha.

Ia melontarkan satu pertanyaan kepada dirinya. "Nak.. apakah kamu menyukainya?" Artha hanya terdiam. Dan tidak menjawab pertanyaan tersebut.

"Tidak apa-apa jika kamu tidak ingin menjawab pertanyaan ku. Namun, saya hanya bisa menyarankan saja bahwa jangan terlalu mendekatinya" Kata si pria tua itu dengan nada lembut. Sontak, artha menjawab pertanyaan itu dengan dingin. "Apa peduli mu jika aku menyukainya? Itu tidak akan merugikan mu kan?"

Pria tua itu menoleh ke arah artha dan hanya membalas jawabannya dengan senyuman. Ia mengambil handphone artha, dan memberikannya. "Nak.. bapak hanya menasehati. Jauhilah sebelum dia celaka seperti kejadian 10 tahun yang lalu. Oh iya nak, jangan tidur terlalu malam. Bermimpi indah lah. Istirahatkan pikiranmu. Saya izin keluar. Selamat malam"

Artha hanya terdiam setelah mendengar ucapan yang dilontarkan oleh pria tua itu. Ia hanya menghiraukan omong kosong yang diucapkan oleh pak tua.

Artha membuka kembali handphonenya, dan melihat foto abelia. Ia tersenyum tipis.

Lia.. Aku tidak peduli dengan apa yang mereka bilang. Bahkan semesta mempertemukan kita kembali. Meskipun kamu tidak mengingat siapa diriku, aku bersumpah bahwa aku akan selalu menjagamu. I love you in every uneverse. Selamat malam tuan putri ku.

FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang