Waiting For Another Day

36 7 0
                                    

"Makasi banyak ya. Udah mau pulang bareng aku" Kata Artha

"Aku juga makasi banyak ke kamu, karena udah mau nemenin. Apalagi sampe kamu hujan-hujanan gini. Kan seharusnya aku bisa lari-larian menuju gerbang sekolah. Tapi kamu malah memberikan payung nya untukku." Jawab Abelia

"Ya, sebenernya gapapa si. Cewe tu harus di jaga. Nanti kalau kamu sakit gimana? Nyusahin lhoo. Hahahaha" Jawab artha dengan tertawa di akhiri tersenyum tipis

"Udah, sanaa. Pulang. Selamat tinggal bayi kecil. Minimal jangan pendek!!! Wleee" dadaa"
Ucap artha sambil mengepuk kepala Abelia. Dan ia berlari menuju parkiran motor.

"Dasar, anak itu sangat menyebalkan. Padahal aku tau kok aku pendek!!! Kamu yang terlalu tinggii!!!" Teriak Abelia

"Iyaaaa pendeeekkkk" Ledekan artha
_______________________________________________

DI DALAM MOBIL

Perjalanan ini selintas terlalu suram dan sunyi untuk kehidupan yang paling mutakhir di Kota ini.

Langit-langit itu berwarna hitam, diselubungi awan-awan hitam. Rintikkan hujan mengalir jatuh kebawah. Mata abelia hanya menatap kosong, dipenuhi kabut kesedihan. Terlintas moment yang ia ingat bersama Artha.

Sepanjang perjalanan, ia hanya memikirkan dirinya. Senyum tipisnya menjadi bukti bahwa ia sosok pertama yang membuat diriku bisa tertawa sekian lamanya. Ia pikir, bahwa anak itu lumayan lucu. Meskipun terkadang ia sangat menyebalkan. Tapi, kali ini sangat berbeda.

Entah mengapa, tatapan yang diberikan oleh artha sangat hangat dan lembut. Ia memperlakukanku berbanding tolak belakang dengan anak perempuan yang lainnya.

"Oh iya nona, hari ini nona tidak ada jadwal les. Jadi kita langsung pulang saja." Kata Pak Supir (Pak Rian)

"Eh, iya pak." Jawab Abelia

"Hujan deres banget ya. Jadi keinget almarhumah istri saya." Kata pak Rian

Abelia hanya mengangguk saja. Ia bingung ingin menjawab apa. Dan hanya terdiam. Namun, karena ia rasa kurang sopan jika hanya diam saja. Ia melontarman satu pertanyaan

"Maaf pak sebelumnya, kalau boleh tau kenapa" Jawab abelia

Pak rian tersenyum dan menceritakannya,
"Sebelum menikah, bapak dan almarhumah sudah selalu bersama namun sebagai teman. Karena bapak masih malu untuk menyatakan perasaan bapak dengan almarhumah. Ia adalah cinta pertama bapak sejak kami duduk di sekolah menengah atas.

Waktu itu, saat hujan turun kami bermain di bawah hujan. Ia sangat cantik sekali. Rambutnya tergerai dan basah. Ia sangat senang karena bisa hujan-hujanan. Senyumnya membuat bapak semakin yakin, bahwa bapak pasti akan bisa menyatakan perasaan bapak. Dan bapak meyakinkannya. Ternyata, ia juga memiliki perasaan yang sama, sama seperti bapak. Dan hujan saat itu adalah saksi cinta kami berdua."

"Pasti sangat berat ya pak melupakan seseorang yang selalu berada di samping bapak, namun ia pergi untuk selamanya?"
Tanya Abelia

"Awalnya bapak tidak bisa mengikhlaskan kepergiannya. Namun, ini adalah takdirnya. Mau tidak mau bapak harus ikhlas atas kepergiannya" Jawab Pak rian dengan mata yang berkaca-kaca.

Abelia tenggelam dengan pikirannya. Abelia berpikir banyak. Setidaknya ia masih memiliki seseorang yang selalu berada di sampingnya.

Abelia menatap dedaunan dan gedung-gedung basah yang di timpa cahaya senja. Ia menoleh ke arah pak rian, dia menyeka pipinya.

"Bapak, kehilangan seseorang yang di sayang itu memang sangat sulit pak. Namun, jika bapak sedih, istri bapak juga akan sedih" Kata abelia

Pak rian mengusap pipinya. Kejadian besar itu selalu membuat orang tenggelam dan tersasar di kelautan yang sangat dalam. Mereka tidak bisa menghindar, tidak bisa melawan. Mereka hanya bisa memeluk semua kesedihan, memeluknya erat-erat.

_______________________________________________

Sesampainya di rumah. Abelia disambut dengan hangat sekali. Ia langsung masuk ke kamar dan mengerjakan tugas. Di saat ia mengerjakan tugas, terdengar ponselnya berdering sebanyak dua kali. Ia langsung membuka ponsel nya. Dan melihat nomor tidak dikenal mengirimkan pesan kepadanya

"Halo"

"Ini abelia?"

"Iya"

"Maaf sebelumnya, ini siapa? Dan ada keperluan apa?"

"Aku artha, simpan nomor aku ya. Aku cuma mau minta semua catatan. Hehee"

"Dasar, menyebalkan. Makanya jangan tidur terus di kelas"

"Iyaa, maaf pendek. Ngga lagi, janji"

"Heii?? Jangan panggil aku pendek!!"

Sent Photo

"Itu semua catatannya."

"Asikk.. Terimakasih tuan putri"

"Lhoo? Kok jadi tuan putri?"

"

Sttt, udah. Belajar, kerjain tugasnya. Dadaa"

"Message nya ngga usah di bales, di baca aja. Jadiin last chat dari aku"

_______________________________________________

Abelia agak sedikit kaget dengan artha. Padahal ia bisa minta dengan yang lain kan? Dan kira-kira bagaimana ia bisa mendapatkan nomor ku? Gumam Abelia
_______________________________________________

Dikamar Artha

"Hahaha, dia lucu sekali. Ternyata ia tidak berubah.. ia sangat cantik, dan baik hati. Aku merindukanmu abelia.."

FlowerTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang