7. Berdetak Cepat

252 29 36
                                        

Menjadi mahasiswa Seni Teater membuat Vania selalu membawa banyak buku. Ia harus memahami banyak sekali peran dan cerita. Terlebih ia memang memiliki hobi membaca. Tepat ketika kelas selesai, Vania menyadari buku-bukunya sudah sangat berantakan di atas meja. Vania langsung membereskan buku-bukunya ke dalam tas.

Vania menoleh sebentar lalu bertanya, "Kalian mau pulang bareng gue gak?"

Pamela yang juga sedang membereskan buku ikut menoleh. "Kayaknya gue dijemput deh jadi belum bisa bareng."

"Gue juga mau ke bandara temenin bokap nyokap," jawab Alvieta.

Vania mengangguk mengerti. Kegiatan beres buku itu tak berlangsung lama dan ia juga sudah menyampirkan tasnya di punggung. "Kalau gitu gue pulang duluan ya," pamit Vania kepada kedua sahabatnya, melambaikan tangan.

Alvieta dan Pamela juga mengikuti gerakan Vania.

"Hati-hati ya Van di jalan. Kalau ketemu cowok ganteng fotoin nanti kirimin ke gue!" ucap Alvieta terkekeh geli.

Vania tersenyum tipis dan berlalu pergi menuju gerbang utama kampus. Sambil bersenandung kecil ia berjalan santai hingga akhirnya sampai tepat di jalan utama dekat kampus Charitas University. Tempat biasa Vania menunggu angkutan umum. Namun langkahnya terhenti dan kening Vania berkerut melihat keadaan sekitar yang tiba-tiba saja senyap tak ada suara sama sekali.

"Loh, kok tumben sepi banget?"

Baru saja ia bergumam mengatakan keadaan, tapi suasana jalan itu mendadak berubah menjadi keributan di mana-mana. Suara teriakan para laki-laki. Bunyi saling pukul terdengar keras. Vania panik, ia bergeming bingung harus ke mana, tubuhnya juga bergetar hebat saat melihat pemandangan di hadapannya.

Banyak laki-laki menggunakan jas almamater saling pukul satu sama lain dengan beberapa aparat, berusaha mematahkan tangan lawan, dan ada yang ingin membocorkan kepala lawan. Tiba-tiba terasa pening, Vania tidak kuat lihat apa yang terjadi di depannya itu. Namun, Vania masih sadar saat seseorang mencoba mendekat.

"Sial, lo ngapain ada di sini?" tanya orang itu emosi.

Tidak ada jawaban dari Vania karena cewek itu juga masih terkejut. Tanpa sadar satu pukulan dari arah lain melayang tepat pada wajah cowok yang baru saja menanyakan keberadaan padanya.

Cowok itu juga balas memukul hingga akhirnya lawan tak bisa membalas lagi. Cowok itu menang, dia juga cepat-cepat menoleh ke arah Vania dan dengan satu tarikan, dia berhasil meraih tangan Vania, menyuruh cewek itu untuk mengikutinya.

Mereka sampai di sebuah taman. Walaupun emosi cowok itu masih memuncak tapi tetap saja dia khawatir dengan keadaan seorang cewek yang terjebak dalam keributan di tengah jalan yang diisi oleh banyak mahasiswa dan polisi.

Cowok itu menoleh sebentar. "Lo ngapain ada di situ? Mau cari mati? Apa lo gak dikasih tau kalau di depan ada demo?"

Vania menggeleng dan ia hanya bisa terdiam sambil memperhatikan wajah cowok itu dengan tak enak.

"Kalau gak ada yang nolongin lo, lo bisa mampus di sana tau gak?!" bentak cowok itu.

Vania sedikit mengerucutkan bibirnya. "Maaf, gue gak tau."

"Ya, untung aja gue ngeliat lo," ucap cowok itu memperlambat napasnya. Dan bersandar lemas di pohon taman dekat kampus.

Vania masih memandang wajah cowok itu. Tak lama dia mengeluarkan tisu di tasnya. Setidaknya itu bisa sebagai tanda terima kasih kepada cowok itu. Vania mencolek pelan tangan yang mengepal keras.

Si pemilik tangan menoleh. "Kenapa lo?" tanya cowok itu ketus.

“Wajah lo boleh lebih deket gak?” pinta Vania pelan.

Cowok itu tampak berpikir sebentar lalu mengangguk, menuruti permintaan Vania.

Vania berusaha membuka tisunya dan dengan jarak yang terhitung hanya beberapa jari saja, Vania membersihkan darah di wajah cowok yang baru saja menolongnya.

"Mending lo gak usah ikut demo yang berujung ribut kayak gitu lagi deh, gue aja yang liat luka lo sekarang ngeri.”

Cowok itu terdiam. Memandangi wajah cewek di hadapannya dengan jarak yang begitu dekat membuat jantungnya tiba-tiba saja berdetak cepat. Ini pertama kalinya seorang cewek begitu peduli padanya.

Dan cowok itu, Rion, tersenyum tipis.

* * *

Hai semuanyaaa

Maaf banget ya baru update lagi. Aku janji lebih rajin🥰

Tapi boleh minta dukungan kalian dengan vote dan komentar? Terima kasiiih💖

Jangan lupa berikan dukunganmu. Vote dan komentar wajib hukumnya supaya cerita ini bisa lanjut lagi❤

Happy reading❤

FOLLOW IG DAN TIKTOK AKU @ERLITASCORPIO

Flow EffectTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang