Menulis takdir.

31 4 0
                                    

~~~~~Ditempat yang sama tapi dengan                   waktu yang berbeda~~~~

Kehidupan yang seseorang alami begitu berat itu karena sudah takdirnya, semua tahu takdir tidak bisa diubah karena sudah hukum alamnya seperti itu.
Jika pun ingin mengubah apakah itu bisa, jelas kita bisa merubah takdir kecuali takdir kematian yang sudah tertulis di takdir kita.

Berat rasanya menjalani sebuah kehidupan yang sangat kejam, tapi apalah daya kita. Kita hanya harus menjalaninya saja, sesakit apapun kita kita tidak akan pernah bisa lari dari masalah. Jika kita lari masalah tidak akan berhenti melainkan akan menumpuk, jalani saja selama kita diberikan kekuatan untuk bisa menjalaninya. Jika lelah istirahatlah sebentar lalu setelah istirahat jalanilah semuanya dengan senyuman indah yang terukir di wajahmu. Menangislah jika kau benar-benar merasa sangat sedih akan kehidupan yang kau jalani untuk mengurangi beban pikiranmu.

Aku terbangun dikamar ku, tunggu kamar bukannya tadi aku sedang bersama duke. Ah aku baru ingat aku jatuh pingsan, dan setelahnya aku tidak tahu apa yang terjadi pada diri ku.

Aku tidak tahu apa yang terjadi pada diriku, tapi kenapa rasanya sesak sekali dada ini saat aku mengatakan bahwa aku mulai menaruh rasa pada duke.

Mungkinkah tuhan tidak mengizinkanku untuk mencintai seseorang, tapi apa yang terjadi pada diriku. Ya tuhan apa yang terjadi pada tubuh ini.

Jika dipikirkan mungkin aku akan gila, entahlah aku tidak tahu. Apa yang akan terjadi pada diriku sekarang, akh rasanya kepalaku pusing karena terlalu banyak memikirkan masalah ini.

"Tuhan tahu apa yang terbaik untuk diriku, aku rasanya ingin menyerah saja." Ucapku sambil melihat atap kamarku, posisiku sekarang sedang berbaring jadi aku hanya melihat atap saja.

"Tapi kenapa dadaku sesak sekali, apa yang akan terjadi pada diriku nanti. Entahlah aku tidak tahu, tapi tunggu.." Ucapku terhenti kala mengingat perkataan seseorang.

"Hah, tapi sayang sekali dia malah melakukan sesuatu yang membuat tubuh ini di penggal. Seperti kataku tadi ini bukan siapa yang datang pertama melainkan siapa yang mampu bertahan sampai akhir, kisah ini sudah dimulai sejak kau datang kesini dan apa yang kau lakukan sudah tertulis dibuku itu nak. Untuk endingnya kau harus menulisnya dengan tanganmu sendiri, jika tidak sesuai dengan apa yang inginkan maka jangan sekalipun lupa pada tuhan."ucap wanita tua itu lalu bangkit dan pergi dari tempatku duduk bersamanya.

"Apa aku harus menulis takdir ku sendiri dibuku itu tapi aku tidak tahu dimana buku itu berada, apa aku harus mencarinya di perpustakaan." Ujarku saat mengingat ucapan wanita tua itu, ya aku harus mencari buku itu di perpustakaan. Aku harus berusaha, karena tidak ada kan usaha yang mengkhianati hasil bukan.

Aku bangkit berdiri lalu hendak pergi meninggal kamar ini, sebelum itu sangat duke datang dengan raut wajah khawatir. Lalu berjalan ke arahku sambil tergesa-gesa dan tiba-tiba saja dia memeluk tubuhku.

"Aku sangat khawatir saat kamu tiba-tiba pingsan, jujur aku takut kehilanganmu zoya." Ujarnya sambil menangis di sela pelukanku, bisa ku rasakan bahu bajuku basah karena air matanya.

"Jangan khawatir aku baik-baik saja, aku hanya kelelahan saja." Ucapku sambil mengelus punggungnya dengan lembut.

"Jangan terlalu bekerja zoya, apa aku harus menambahkan pelayan pribadi lagi untukmu." Ujar zean sambil melepaskan pelukanku, lalu menatap mataku.

"Tidak usah, cukup liana saja di sisiku, aku tidak butuh pelayan lagi zean." Ujarku meyakinkannya, oh ayolah liana saja sudah membuat ku susah untuk mencari semua tentang masa lalu pemilik tubuh ini. Apalagi ditambah dengan pelayan baru aku rasanya aku akan menjadi tahanan di rumahku sendiri.

"Ya sudah kalau itu kemauanmu aku tidak bisa memaksamu zoya, aku harus pergi karena mendapatkan surat untuk kekaisaran." Ucapnya sambil mengelus puncak kepalaku.

"Berapa lama kamu di Kekaisaran zean." Tanyaku penasaran.

"Tidak lama hanya dua hari saja, aku berjanji akan cepat kembali." Ucapnya lalu pergi, aku mengantarkan nya kedepan tentu tidak zean melarangku untuk mengantarkan nya karena alasan aku masih sakit. Ukh sungguh suami idaman.

********************

Kali ini aku sedang membuka buku yang pernah ku temukan waktu itu, aku akan mencoba menuliskan akhir dari cerita ini. Aku hanya bisa berdoa semoga saja bisa mengubah takdirku walaupun aku tahu itu mustahil.

"Tidak ada prolog ataupun epilog, berarti cerita ini belum di mulai dan belum berakhir. Karena cerita prolog tanpa epilog kurang lengkap ataupun sebaliknya, jadi aku harus membuat prolog nya dulu." Ucapku pada diriku sendiri, ya aku membaca cerita sejarah ini ku lihat disini tidak ada prolog ataupun epilog jadi kisah ini belum dimulai bukan?

Aku mulai menulis ya walaupun sangat susah menulis pakai bulu merak yang dicelupkan ke dalam tinta, disini belum ada pulpen maupun pensil karena belum ditemukan.

Setelah selesai melakukannya aku mulai memperhatikan tulisan ku takut membuat kesalahan yang akan membuatku dalam bahaya bukan, jadi aku mulai membaca ulang lagi tulisanku.
Prolog sudah selesai bersama bab yang lain sekarang tinggal epilog nya tapi sebelum aku menulis kembali aku mendengar suara langkah kaki yang mendekat ke kamarku. Aku pun mulai memasukan kembali buku itu ke dalam laci yang ku tumpuk dengan berkas-berkas entah punya siapa.

Tok Tok Tok

Ketukan demi ketukan itu membuatku melangkahkan kakiku ke arah pintu, lalu membukanya. Ku lihat ayah sedang menatap ku lalu berkata. "Putriku, ayah mau mengajakmu jalan-jalan ke luar apa kamu mau." Ucapnya padaku.

"Ayo aku juga bosen dikamar terus, tapi aku akan ganti baju dulu." Kataku.

"Baiklah ayah menunggumu di ruang tamu." Ujar alzen lalu melangkah pergi dari kamarku.

Aku berlari masuk kedalam kamar mandi untuk berganti baju, setelah beberapa menit aku keluar dengan gaun biru dan memakai mahkota kecil dengan berlian ditengahnya, yang menandakan aku adalah putri dari kediaman of cows. Ya disini yang paling berkuasa setelah kaisar adalah grand duke dan putrinya, walaupun status zoya hanya duchess tapi ia tetap memakai mahkota yang menandakan sebagai putri dari grand duke yang lebih berkuasa dari kaisar remosia.

Aku melihat penampilan ku, ah pantas saja banyak yang iri pada zoya bagaimana tidak iri zoya wajahnya sangat cantik bak dewi bukan itu saja status nya saja sudah membuat orang minder.

Melangkahkan kakiku menuju ruang tamu, aku pun mendengar bisikan yang membuat diriku sedikit merinding.

"Selesai kan cerita mu, jangan sampai kau membuat kisah yang sudah kau tambahkan prolog tanpa epilog karena memulai tapi tidak berkahir sama saja bohong. Waktu mu hanya sampai bulan purnama." Ujar suara wanita tersebut didekat telingaku.

*****************
Hello readers author yang paling author sayangi kembali lagi bersama author, kayaknya author bakal up sebulan sekali wkwk.

Tapi kok yang baca makin dikit author jadi sedih, dan yang vote cuma dikit kali plus gak ada yang komen lagi dahlah author ngambek sama kalian semua.

Oh iya author sedikit gak ada tugas, jadi author up deh hehe. Ya walaupun part ini kurang nyambung kayaknya sih tapi tolong dimaklumi.

Tanda jika ada typo di setiap paragraf.

Vote dan komen guyss

See you more.

           

I'am Duchess Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang