selamat membaca!—
malam minggu jadi acara Juan dan Raki berkumpul dengan teman-temannya. maunya menonton bioskop atas usulan Gigi tapi ditolak Devan karena ia tidak terlalu suka pergi ke bioskop. ia mudah mengantuk dan esensi bros-time mereka tidak ada. jadilah mereka berkumpul di rumah Dania.
"Dan, gue bantuin ambil minum." usul Juan.
Raki, Athalla, Devan, dan Gigi memilih melanjutkan aktivitas mereka. bermain uno. mengabaikan Juan yang perlahan hilang dari balkon belakang rumah Dania untuk mengekori Dania.
Dania hampir sama dengan Raki. orang tuanya sangat sibuk sampai tidak ada waktu untuk sekedar menengok anak mereka. bedanya, Raki memiliki Juan dan keluarganya sedangkan Dania tinggal bersama puluhan pembantunya.
Juan memperhatikan lorong rumah Dania. kentara sekali jarang dihuni meskipun bersih dan rapi. beberapa frame foto terpajang dengan wajah Dania yang paling banyak. yang lainnya hanya beberapa lukisan besar yang menghabiskan ruang dindingnya.
"tadi lo ke sini sama Raki kan ya, Ju?"
Dania bertanya sambil tangannya memencet lift.setelah keduanya masuk ke dalam lift, Juan mengangguk sambil menatap Dania yang menyandarkan tubuhnya.
"sama siapa lagi, Dan."Dania membenarkan. jarang sekali melihat Raki pergi kemana-mana sendiri. teman satu kelasnya itu selalu bersama Juan atau mentok bersama Athalla. pergi bersama Devan saja jarang-jarang. meskipun lama berteman, tetap saja mereka berbeda.
Juan dan Devan murid kelas dua belas yang berteman dengan Raki, Dania, Gigi, dan Athalla yang kebetulan kelas sebelas dan sudah akrab dari MPLS. mereka pernah berada di gugus yang sama. karena Raki dekat dengan Juan, secara otomatis grup pertemanan ini terbentuk. mulanya Dania merasa skeptis dengan kakak kelasnya Devan yang terkenal buaya itu, tapi setelah lama berteman ternyata hanya perangainya saja yang ramah. pantas kalau beberapa orang mudah terbawa perasaan. pantas juga berteman dengan Juan yang setipe.
"nanti lo bawa minum aja, biar gue yang bawa snacknya, Ju."
"okay."
hening. Dania sibuk membuka lemari untuk kemudian mengeluarkan beberapa bungkus snack. sedangkan Juan diam saja. bahkan saat Dania menyodorkan cola dan minuman kemasan ke Juan.
"tadi siang Raki cerita, katanya lo ngajak dia ke kebun binatang ya?" Dania membuka obrolan.
Juan sadar, Dania seperti secara sengaja ingin obrolan ini tidak berakhir cuma-cuma.
"iya, weekend kalo jadi."Dania menatap Juan sebelum mendudukkan dirinya di depan Juan. di kursi bar dapurnya.
"he's so happy, Ju. the thought of you two have fun at zoo makes him blushing."
Juan mengangkat sebelah alisnya, "oh ya? cerita apalagi dia."
Dania menyilangkan tangannya.
"katanya it would be the first time dia ke kebun binatang since his parents never bring him to."diingat-ingat, Juan juga tidak ingat kapan Raki menghabiskan waktu dengan kedua orang tuanya. sejauh yang ia tahu, Raki akan dijemput oleh suruhan salah satu orang tuanya untuk makan bersama atau sekedar bertemu sebentar. tidak yang akan menghabiskan setengah harinya untuk keluar dari tempat titik temu mereka.
jauh di lubuk hati Juan, ia sangat iba dengan hidup Raki. meskipun Juan mengerti Raki tidak pernah kekurangan kasih sayang, well tuan dan nyonya Halmahera tidak pernah membiarkan itu terjadi. Raki tumbuh dalam lingkup megah Halmahera. terlebih posisinya sebagai anak tunggal membuat Raki semakin spesial di mata keluarganya. semua kebutuhan Raki dapat terpenuhi dengan kedipan mata. sejauh yang Juan tahu pula, om Andreas dan tante Amara selalu mengirimi Raki pesan sebagai tanda mereka peduli. selalu menyempatkan diri untuk bertemu di tengah jadwal padat mereka. meskipun demikian, deep down Juan mengerti kalau Raki ingin waktu berlebih dengan kedua orang tuanya.
KAMU SEDANG MEMBACA
drop of the clouds, wonki!
FanfictionJuan terlalu sibuk buat berpikir kenapa dia ada di sini, di depan pintu putih. Menyandar pada dinding di sampingnya dengan harap yang tak pasti. sejak kapan dia menjadi sebegini terikatnya dengan Meraki Halmahera, teman masa kecilnya. [sub! ni-ki] a...