𝆹𝅥𝆺𝅥‌ ᳝ ֹ 🌱 ⊱ ִ 𝟎𝟐 ݊

1.2K 167 40
                                    

𓄹 ۪ ∿ ˟ 𓄹 ۪ ∿ ˟ 𓄹 ۪ ∿ ˟

"Drap.. Drap..!!"

Suara langkah kaki terdengar di sepanjang lorong yang gelap, saat ini Halilintar sedang berlari bersama kedua adiknya. Gempa dan juga Taufan. Entah dimana yang lainnya sekarang, intinya mereka hanya bertiga di lorong gelap ini sekarang.

Ya, benar. Ini adalah mimpi Halilintar.

"Bang, Fan duluan ya. Kalian lari terus," ucap Taufan kepada Halilintar kemudian berhenti berlari mengikuti Halilintar dan Gempa.

Sedangkan Halilintar dan Gempa terus berlari, mereka seperti terus dipaksa berlari tanpa berhenti. Halilintar menoleh ke belakang, terlihat Taufan yang sudah tertinggal jauh hanya berjalan biasa, tidak berlari seperti Halilintar dan juga Gempa.

Taufan tersenyum ke arah Halilintar yang melihatnya, tapi menurut Halilintar, senyuman itu menyeramkan, baru pertama kali ia melihat adiknya itu tersenyum seperti itu.

Tubuh Taufan sudah hilang dikarenakan Halilintar terus berlari ke depan bersama Gempa. "Gempa," ucap Halilintar sambil terus berlari di belakang Gempa.

"Kak, Gempa izin ikut Kak Fan, ya?" ucap Gempa yang kemudian berlari ke samping dan memperlambat langkah kakinya.

"Mimpi apa lagi ini Tuhan?!" Di dalam hati, Halilintar bertanya pada dirinya sendiri. Ini kedua kalinya dia memimpikan hal aneh yang tak dimengertinya.

"Gak! Lo mau ke mana hah?!" teriak Halilintar kepada Gempa yang sekarang berada di belakangnya.

"Mau nyusul Kak Taufan." Itu lah kata terakhir Gempa, setelah itu sosok Gempa menghilang, bergantikan dengan kabut.
































"Brukk..!!"




























"Ugh.." Akibat terus melihat kebelakang Halilintar terjatuh karena tak sengaja tersandung sesuatu. Aneh, pikirnya. Karena tadi dia sudah melihat ke arah depan, lantai lorong kosong, tak ada apa-apa.

Tetapi, kenapa Halilintar bisa tersandung? Entahlah, Halilintar juga tak tahu. Dia melihat ke belakang, terdapat sebuah.. karung? Halilintar yang penasaran dengan isi karung tersebut pun membukanya, tercium bau busuk dari karung tersebut, tetapi itu tak menghentikan Halilintar untuk membuka karung tersebut.



























"Srekk.."





























"Hmph..!!" Halilintar menutup mulutnya dikarenakan mual yang sangat luar biasa, karung tersebut berisikan mayat busuk salah satu adiknya.










































Dia, Blaze Indrakusuma. Adik ketiganya.

Halilintar membelalakkan matanya saat dia kembali melihat ke depan. Lorong yang semulanya kosong, sekarang terdapat adik-adiknya yang sudah tak bernyawa.

7 Permintaan Maaf :: [OG] - BBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang