𝆹𝅥𝆺𝅥‌ ᳝ ֹ 🌱 ⊱ ִ 𝟎𝟑 ݊

1.2K 160 16
                                    

𓄹 ۪ ∿ ˟ 𓄹 ۪ ∿ ˟ 𓄹 ۪ ∿ ˟

Gempa melirik salah satu lukisan yang belum sepenuhnya jadi, Gempa bangga dengan kakaknya ini yang mempunyai bakat melukis yang menurut Gempa bilang luar biasa.

Saat sedang mengamati lukisan-lukisan milik sang kakak keduanya itu, Gempa tak sengaja menginjak salah satu lukisan.

"Hm? Pasti ini jatuh..." Saat Gempa mengambil dan membalik lukisan tersebut untuk melihat apa yang digambar sang kakak di lukisannya yang tak sengaja jatuh itu, Gempa langsung terdiam.

" Saat Gempa mengambil dan membalik lukisan tersebut untuk melihat apa yang digambar sang kakak di lukisannya yang tak sengaja jatuh itu, Gempa langsung terdiam

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

Gempa tersenyum, dia menyukai lukisan tersebut. Tetapi menurut Gempa ada yang sedikit aneh di lukisan itu, mengapa di bagian Taufan warnanya terlihat pudar? Sedangkan di bagiannya dan Halilintar tidak pudar?

"Lihat apa, Gem?" Suara tersebut berhasil membuat Gempa terkejut. Siapa yang tidak terkejut? Saat sedang fokus mengamati dan memikirkan sesuatu tiba-tiba ada yang mengagetkan dari belakang dan membuyarkan kefokusanmu.

Semua orang yang ada di kamar serentak menoleh ke belakang Gempa, begitu juga Gempa. Orang yang barusan berbicara adalah-- "Kak Taufan ngagetin saja! Kirain siapa!" celetuk Duri yang kemudian dibalas tawa kecil dari Taufan.

Taufan menghentikan tawa kecilnya, lalu melirik ke arah lukisan buatannya yang dipegang oleh Gempa. "Bukannya nggak sopan, ya? Memasuki kamar seseorang tanpa izin kepada pemiliknya terlebih dahulu?" tanya Taufan. "Gue kira Ayah, Bunda, dan Kak Halilintar udah ngajarin kalian sopan santun," lanjutnya. Taufan sedikit menekan ucapannya saat mengatakan Kak.

"Ah-Aku, Kak Ali, dan yang lainnya hanya bingung kenapa Kak Fan tidak keluar kamar dari tadi pagi. Kami khawatir ada yang terjadi kepada Kak Fan..." jelas Gempa.

"Lebih tepatnya lo sama Bang Hali doang yang khawatir sih, Gem" celetuk Blaze. Dirinya duduk di kursi belajar milik Taufan, walaupun sang pemilik kamar menatapnya sinis dirinya tetap tak peduli.

Duri menyenggol lengan Blaze. "Apa sih, orang Duri juga khawatir sama Kak Fan."

Taufan hanya mengangguk-angguk paham. "Terus sampai ngambil lukisan gue tanpa izin?" tanya Taufan sekali lagi sambil menunjuk lukisan yang dipegang oleh Gempa.

"Eh? Gempa hanya... Tadi ini ada di lantai, Gempa kira ini terjatuh, jadi... Gempa ambil," balas Gempa sedikit terbata-bata menjawab pertanyaan dari Taufan.

Taufan Adrian Devandra atau yang kerap saudaranya panggil dengan sebutan Taufan mengangguk paham lagi, lalu mengambil lukisan miliknya dari tangan Gempa. "Udah puas kan lihat gue? Sekarang kalian boleh keluar dari kamar ini," ucap Taufan mengusir enam saudaranya itu dengan sopan.

Satu-persatu dari mereka mulai keluar, kecuali sang sulung--Halilintar. Sekarang di kamar Taufan hanya tersisa dua orang, yaitu Halilintar dan sang pemilik kamar--Taufan.

7 Permintaan Maaf :: [OG] - BBBTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang