Bab 16 : A Fear...

14.4K 705 2
                                    

Belakangan ini, Ziva selalu ingin tidur bersama Syd dan Kean. Ziva selalu menangis tengah malam dan entah apa yang di takutinya sehingga Syd dan Kean menyerah dan mengizinkan Ziva tidur diantara mereka berdua.
"kapan adik Ziva akan lahir?" Ziva duduk di pangkuan Syd sambil memegangi perut Syd dengan kedua tangannya, menciumi perut Syd. Sementara Kean menyandarkan kepalanya di bahu Syd sambil memandangi Ziva. Kini kehamilan Syd sudah 18 minggu. Perut Syd sudah agak membuncit.
"emmmm 4 bulan lagi" Syd berkata sambil mengusap kepala Syd.
"sini, duduk dengan Ayah, jangan ganggu adik dan Bunda" Ziva berpindah ke pangkuan Kean. Menempel seperti koala memeluk pohon. Sebelah tangan Kean merangkul Syd.
"apa itu masih lama?"
"ya, sedikit lama, apa Ziva mau menunggu?"
"pasti Ayah" Ziva tersenyum sambil mengecup bibir Kean dan Syd. Mereka sedang menonton film Ice Age favorit Ziva. Syd dan Kean dulu tidak begitu suka menonton film anak-anak, kini mereka mencoba memahami isi film semacam ini. Mereka tidak keberatan dan itu menyenangkan.
"Adik Ziva itu namanya siapa?" Ziva bertanya sambil matanya terus terfokus pada tv.
"next time kita akan carikan nama untuk adik Ziva" Syd mengecup kepala Ziva. Ziva meraih pipi Syd dan mengecup bibirnya.
"Oke Bunda" Ziva masih menonton dan Syd memeluknya. Tiba-tiba ponsel Kean berdering. Kean mengernyitkan dahinya. Nomor yang tidak di kenalnya.
"kenapa ga diangkat?" Syd berbisik, Kean mengedikkan bahunya.
"aku ga mau terima telepon yang nomornya tidak ada di phone book, you know it" Kean mengusap kepala Syd dan mengecupnya. Syd mengangguk. Mereka melanjutkan menonton hingga ponsel Kean berdering lagi.
"Mama..." Kean memperlihatkan layar ponselnya pada Syd. Syd mengangguk, Kean beranjak ke balkon kamar menjauhi Syd dan Ziva karena suara tv sedikit mengganggu jika Kean menerima telepon. Ada apa Mama menghubunginya pukul 9 malam? Biasanya Mama tidak pernah menghubungi seseorang di atas pukul 8 malam. Kean segera mengangkatnya.
"malam Ma, ada apa?"
"Kean, apa kabar sayang? Bagaimana keadaan Syd, Ziva dan calon adik Ziva?"
"kami baik-baik saja Ma, Syd dan bayi nya juga baik, cuma Syd lebih sering pegal-pegal akhir-akhir ini. Kalau Ziva, dia semakin pintar di sekolah, so far so good Ma. Mama apa kabar?"
"baik sayang, ada hal penting yang ingin Mama bicarakan dengan kamu masalah Ziva. Tadinya Mama ingin bicarakan dengan Syd juga, tapi Mama tidak mau Syd jadi memikirkan ini, sedangkan kondisi Syd sedang hamil muda. Mama takut mengganggu kehamilannya"
"tentang Ziva?" Kean menajamkan pendengarannya. Mengernyitkan keningnya. Ada apa dengan Ziva???
"kamu tahu tante Davina Soetomo?"
"Mama nya Ivan?"
"ya, tadi dia mendatangi Mama"
"untuk apa?"
"dia ingin membawa Ziva"
"membawa Ziva??"
"iya, dia mengatakan Ziva adalah salah satu pewaris keluarga Soetomo. Dia berhak merawat Ziva. Dia rencana nya ingin membawa Ziva kembali ke Singapore"
"what????" Kean sangat marah mendengar berita ini. Jantungnya berdegup kencang. Pikirannya berkecambuk. Oh Big No !!! Tidak boleh ada siapapun yang mengambil Ziva dari sisi nya dan Syd.
"apa kamu sudah urus surat adopsi Ziva?"
"sudah Ma, suratnya ada di pengacara aku. Emmmm sebenarnya masih dalam proses"
"dalam proses??? Ini sudah hampir 2 tahun kamu mengadopsi Ziva. Kenapa masih dalam proses??"
"ya....Kean terlalu sibuk Ma, jadi Kean belum sempat mengurus ini" seketika Kean merasa sangat menyesal. Dirinya terlalu sibuk hingga mengabaikan ini dan belum mengatakannya pada Syd. Andai saja Syd tahu, mungkin Syd akan mengurusi nya. Tapi Kean tidak mengatakan ini karena Kean tidak menduga kalau orang tua Ivan akan tiba-tiba datang untuk mengambil Ziva. Oh, ini kebodohan !!! Jika sampai Ziva jatuh ke tangan orang tua Ivan, Kean akan sangat merasa bersalah.
"Kean, kamu secepatnya urus ini semua. Mama khawatir mereka ambil Ziva dari kalian. Jangan katakan apapun dulu pada Syd, Mama tidak mau dia stress"
"iya Ma, besok Kean urus ini"
"oke, kabari Mama jika ada masalah"
"iya Ma"
"bye sayang, salam untuk Syd dan Ziva"
"oke" Kean langsung menghubungi pengacaranya, Om Damara Majusi. Nomornya tidak aktif. Kean semakin panik. Kean akhirnya menghubungi Danang, staff Om Damara.
"Pa Damara sedang di Washington 2 minggu ini"
"jadi saya tidak bisa menemui Om Damara?"
"paling cepat anda bisa bertemu Pa Damara bulan depan, beliau ada keperluan disana. Anda bisa mengecek berkasnya besok di kantor"
"oke, besok saya akan mengunjungi kantor Om Damara"
"baik Pa Keanu"
Oh my God !! Semoga masih sempat, semoga Kean tidak terlambat mengurusi surat adopsi Ziva. Oh apa yang harus dikatakannya pada Syd jika orang tua Ivan mengambil Ziva ??? Jangan sampai ini terjadi !!!
                                                                                              ***
"anda memang sudah mengurus surat adopsi seorang anak bernama Zivarra Reivana yang berusia 4 tahun, orang tuanya yang bernama Reina Sahira dan Ivan Soetomo dinyatakan meninggal dunia hampir 2 tahun yang lalu"
"betul, saya sudah ajukan surat ini pada Om Damara" Kean agak gugup menghadapi Danang, staff Om Damara yang membantu mengurusi berkas surat adopsi Ziva. Mata Danang terus tertuju pada setumpukan berkas dokumen bertuliskan Dazello Keanu.
"itu sekitar ya....hampir 2 tahun yang lalu. Benar begitu?"
"ya, hampir 2 tahun yang lalu"
"anda juga ingin mengubah perjanjian bahwa anda ingin secara permanent mengadopsi Ziva? Lalu anda memutuskan merubah nama Ziva dalam akta kelahirannya menjadi Zivarra Mikhailla Keanu dengan nama orang tua Dazello Keanu dan Sydneyssa Mikhailla, benar begitu?"
"ya...awalnya saya memang berniat hanya sementara merawat Ziva selama menunggu ada orang tua dari Ayah kandung Ziva untuk merawatnya. Tetapi saya berubah pikiran dan berniat memiliki Ziva secara permanent sehingga saya mengajukan surat ralat pada Om Damara dan berniat mengganti akta kelahiran Ziva" Danang mengangguk sambil mencoba mempelajari berkas-berkas Keanu.
"saya butuh surat adopsi resmi Ziva secepatnya. Kurang dari satu minggu ini. Karena ada orang yang mau mengambil Ziva dari saya"
"apa dia keluarga Ziva?"
"dia nenek Ziva, orang tua dari Ayah kandungnya"
"bukankah anda sudah menanda tangani surat ini? Surat dimana anda akan mengembalikan Ziva jika ada orang tua dari Ayah kandung Ziva ingin merawat Ziva?"
"ya, tapi saya ingin meralat itu"
"meralat setelah 1 tahun kemudian dan anda tidak lagi meminta pihak kami untuk mengurusi surat ralat anda sampai hari ini?"
"itu kesalahan saya, saya sibuk"
"kami tidak bisa mengeluarkan surat itu dalam kurun waktu kurang dari seminggu"
"kenapa?" Kean mulai panik mendengar kata-kata Danang.
"karena kami tidak bisa menjamin apa anda sudah mampu merawat Ziva dengan baik selama hampir 2 tahun ini? Bagaimana jika pada kenyataannya Ziva lebih baik tinggal bersama nenek nya yang dengan jelas memiliki hubungan pertalian darah dengannya?"
"Om Damara tahu semuanya, mungkin anda bisa bertanya pada beliau"
"sekarang urusan anda dengan saya, Pa Damara menyerahkan kasus ini pada saya"
"jadi?"
"saya perlu saksi untuk bisa mengatakan bahwa anda dan istri anda merawat Ziva dengan baik dan menandatangani surat penjaminan kesejahteraan hidup Ziva hingga usia nya 20 tahun. Kami juga akan mengirimkan staff untuk melakukan observasi keseharian anda dan istri anda bersama Ziva. Setelah pengumpulan data lengkap, surat ini akan kami proses"
"berapa lama?"
"3 sampai 6 bulan"
"itu terlalu lama !!!"
"itu sudah prosedur kami, jika anda tidak mau silahkan cari pengacara lain"
Kean terdiam. Pikirannya berkelebatan. Tidak ada lagi pengacara yang dia kenali selain Om Damara. Mengapa staff Om Damara ini menyebalkan !! Kean menggeram saat melihat Danang membereskan berkasnya dan mendorongnya ke dekat Kean. Kean mengambil berkas itu dan beranjak.
"permisi" Kean pergi dan meninggalkan ruangan Danang. Kean berjalan pelan menuju parkiran. Oh my God !! What should I do?? Bagaimana jika Syd tahu tentang ini? Syd pasti akan marah besar karena Kean mengabaikan hal sepenting ini. Syd akan mengamuk. Syd...
"Keanu?" seorang wanita tampak memandanginya dengan keheranan. Menepuk bahunya pelan, wanita itu mencoba meyakinkan Kean. Pikiran Kean agak kacau. Mencerna sebentar ternyata wanita ini Firna, orang tua Nerra.
"oh ya, maaf pikiran saya agak kacau. Firna?"
"ya benar" Firna tersenyum sambil mengulurkan tangannya, mereka bersalaman.
"kamu kerja disini?"
"ya, saya salah satu senior lawyer disini, ada apa datang kemari?"
"ada sedikit masalah, kebetulan sekali. Apa kamu ada waktu untuk bicara?"
"ya, mari ikut ke ruangan saya" Firna mengajak Kean menuju ruangannya di lantai 5. Kean merasa beruntung bertemu dengan Firna. Mudah-mudahan Firna bisa menyelamatkannya.
"silahkan duduk Kean"
"thanks, kamu anak Om Damara?" Kean mengernyitkan keningnya saat melihat foto keluarga yang di pajang cukup besar di ruangan Firna.
"kamu kenal Papa?"
"ya, saya cukup dekat dengan Om Damara, beliau pengacara keluarga saya"
"kebetulan sekali" Firna tersenyum simpul.
"ya, saya baru tahu kalau anak Om Damara teman baik istri saya"
"oh ya, Syd apa kabar? Bagaimana kehamilannya?"
"fine, cuma dia masih beradaptasi dengan perutnya yang mulai membuncit dan bayi kami yang mulai sering menendang" Kean dan Firna tertawa bersama saat membicarakan Syd.
"ya, saya tahu benar bagaimana Syd mengeluh tentang ini"
"ya"
"well, ada masalah apa?"
"Ini, ada masalah dengan dokumen ini" Kean lalu menyerahkan dokumennya. Menceritakan semua yang terjadi tentang Ziva. Awal pertemuannya dengan Ziva, ketidak setujuan Syd untuk mengadopsi Ziva dan semua tentang Ziva. Firna tampak terkejut mendengar cerita Kean.
"oh...aku tidak pernah menyangka tentang ini. Syd dan Ziva memiliki chemistry seperti ibu dan anak kandungnya. Mereka juga mirip"
"ya...."Kean mengangguk, pandangannya menerawang. Semakin lama, memang Ziva semakin mirip dengan Syd. Bukan hanya wajahnya tapi sifatnya pun demikian.
"saya akan coba hubungi Papa dan bicarakan ini. Tapi memang prosesnya 3 sampai 6 bulan. Tapi saya akan coba percepat hingga 1 sampai 3 bulan ke depan. Saya bisa menjadi saksi jika di butuhkan. Saya tahu betapa kalian menyayangi Ziva"
"itu sudah proses tercepat?"
"ya, saya tidak bisa menjanjikan dalam hitungan hari, ini berkaitan dengan kesejahteraan seorang manusia, seorang anak di bawah 11 tahun"
"oke thank you Firna"
"your welcome Keanu, saya akan kerjakan ini secepatnya. Sekarang juga saya akan minta staff saya untuk mengurus ini"
"ya, saya akan sangat berhutang budi sama kamu Fir"
"Syd dan kamu teman saya, Ziva juga sahabat baik Nerra. Saya akan lakukan yang terbaik untuk keluarga kecil kalian"
"thanks"
Kean keluar dari ruangan Firna dengan hati sedikit lega. Mudah-mudahan saja ini bisa di selesaikan dalam kurun waktu 1-3 bulan seperti yang Firna katakan sehingga Ziva akan resmi menjadi milik Kean dan Syd. Oh God, jangan biarkan siapapun mengambil Ziva dari kami. Entah apa yang akan terjadi jika Ziva pergi dari kehidupan kami...
                                                                                             ***
Hari ini Syd merasa kurang sehat. Seluruh tubuhnya pegal dan sakit. Kean menyarankan Syd untuk beristirahat saja di rumah. Pagi-pagi sekali Kean sudah mengantar Ziva ke sekolah karena Kean harus praktek di Mitra Hospital yang jaraknya agak jauh dari sekolah Ziva. Syd terduduk sambil bersandar di kepala ranjang. Syd hanya menonton acara tv. Dirinya tidak berminat meninggalkan kamar, selain pinggang dan punggungnya pegal, Syd juga merasa sedikit lemas.
"ibu, permisi ada tamu"
"siapa?"
"saya ga tahu bu, beliau sepertinya orang penting. Beliau membawa seperti tim keamanan, bodyguard barangkali"
"oke, katakan saya sebentar lagi turun menemui dia"
"baik bu" Inah keluar kamar. Syd menurunkan kakinya dari ranjang sambil meringis.
"oh...baby sorry mengganggu tidur kamu" Syd mengusap perutnya dan beranjak menuju cermin untuk merapikan penampilannya. Sambil bercermin, pikirannya berkecambuk. Siapa orang yang ingin menemuinya? Dia datang dengan bodyguard? Syd tidak mengenal siapapun yang suka membawa bodyguard. Syd perlahan membuka pintu kamarnya, mengintip dari lantai 2. Turun perlahan di tangga. Syd berjalan menuju ruang tamu. Tampak seorang berdiri dengan arogan membelakangi Syd. 2 orang bodyguard nya berdiri didekat pintu masuk dan 2 orang di taman depan rumah Syd dan Kean. Oh my God, mereka siapa???
"selamat siang?" Syd berkata ragu, wanita itu membalikkan badannya sambil membuka kacamata hitamnya. Syd mengernyitkan dahinya. Wanita ini tampaknya seusia Mami. Dagunya terangkat, matanya menatap Syd dari atas hingga bawah.
"selamat siang"
"saya Sydney, silahkan duduk"
"saya Davina Soetomo, terimakasih"
"maaf, ada keperluan apa?"
"saya mencari Keanu"
"suami saya sedang bekerja"
"saya orang tua Ivan, Ayah Ziva, maksud dan tujuan saya kemari adalah untuk menjemput Ziva" Syd ternganga mendengar wanita ini mengatakan dengan begitu arogannya. Seketika jantung Syd berdegup kencang.
"saya orang tua Ziva sekarang !!" Syd berkata tegas. Seketika nyonya Davina Soetomo menatap Syd sinis, lalu menyeringai.
"oh ya? Saya nenek dari Ziva dan artinya saya berhak atas Ziva. Anda siapa?"
"saya sudah resmi mengadopsi Ziva !!" Syd menggeram menatap tajam wanita yang ada di hadapannya.
"hubungan saya dengan Ziva sangat kuat. Kami ada pertalian darah yang kuat, tentunya lebih kuat dari anda nyonya Sydney"
"secara hukum, saya dan suami saya sudah resmi menjadi orang tua Ziva"
"saya ingin bukti !!"
"saya akan bicarakan dengan suami saya tentang ini. Anda bisa datang lagi untuk melihat buktinya" Syd agak gugup mengatakan ini. Kean tidak pernah menceritakan masalah adopsi Ziva. Kean hanya mengatakan akan membuat akta kelahiran baru untuk Ziva dengan menambah nama Mikhailla dan Keanu di belakang nama Ziva.
"serahkan Ziva pada saya, saya nenek nya. Ziva akan lebih layak tinggal bersama saya dibandingkan dengan anda dan Keanu"
"saya yakin, Ziva tidak mau tinggal dengan anda"
"dimana Ziva?" Wanita itu berdiri mendekati Syd. Syd beranjak dan berdiri di hadapannya.
"Ziva sedang sekolah"
"oh, terimakasih telah menyekolahkan cucu saya. Saya akan ganti biaya sekolahnya"
"saya orang tua Ziva !! Sudah menjadi kewajiban saya menyekolahkan Ziva" Syd menatap tajam wanita yang ingin di lemparnya jauh-jauh saat ini juga.
"anda jangan mengotot seperti ini, saya nenek Ziva dan saya berhak atas dia. Dia pewaris keluarga Soetomo dan anda bukan siapa-siapa. Saya bisa tuntut anda atas dasar kasus penculikan jika anda tidak bisa memperlihatkan surat adopsi Ziva tentunya"
"jaga bicara anda nyonya Soetomo. Saya sudah resmi menjadi orang tua Ziva !!"
"buktikan, sebelum saya membawa paksa Ziva dari tangan anda"
"jangan pernah bermimpi, anda tidak akan pernah bisa melakukan itu" Syd menekan telunjuknya dibahu nyonya Soetomo. Bodyguard nya hampir memakan Syd hidup-hidup. Namun nyonya Soetomo menahan bodyguardnya.
"hati-hati nyonya Sydney, anda jangan bertindak kurang ajar pada saya. Untung saja, bodyguard saya tidak pernah melawan seorang wanita apalagi wanita hamil seperti anda"
"silahkan anda pergi dari sini dan jangan pernah kembali karena saya muak melihat anda, paham? Jangan pernah berpikir saya takut pada anda. Anda tidak akan pernah bisa mengambil Zivarra dari tangan saya !!!!" Syd mendesis pada wanita itu. Nyonya Soetomo hanya menyeringai.
"saya tunggu bukti bahwa anda resmi menjadi orang tua Ziva, saya beri waktu 48 jam dari sekarang, jika anda tidak bisa membuktikan, saya akan membawa Ziva secara paksa !! permisi nyonya Sydney" nyonya Soetomo melengos bersama para bodyguardnya. Syd berjalan cepat menuju kamar, meraih ponselnya menghubungi Kean. Syd menggeram saat Kean tak kunjung menjawab teleponnya. Syd semakin panik. Syd mulai menangis dan terus mencoba menghubungi Kean.
"amare, ada apa?"
"kamu dimana?"
"di rumah sakit"
"kamu cepat pulang sekarang Kean !!"
"what happen sayang? Kamu...."
"kamu cepat pulang dan jemput Ziva dari sekolahnya"
"Ziva pulang 3 jam lagi sayang, ada apa sebenarnya??"
"sekarang Dazello Keanu !!! Now !!!!" Syd berkata keras pada Kean sambil menangis. Syd  langsung menutup teleponnya. Syd menangis panik. Ya Tuhan lindungi Ziva apapun itu. Jangan sampai mereka membawa paksa Ziva. Jangan sampai. Syd gemetaran dan berkeringat dingin. Ziva....bisiknya dalam hati.
                                                                                            ***
"sweetie..."
Syd berlutut dan langsung memeluk Ziva erat. Ziva memeluk Syd sambil memejamkan matanya, seolah merasakan kekhawatiran yang berkecambuk di hati Syd.
"Bunda kenapa? You okay?"
"not really sweetie"
"why Bunda?Apa ada masalah dengan adik Ziva?"
"no...." Syd menciumi Ziva. Tak lama Kean berdiri di pintu sambil menatap Syd heran. Apa yang terjadi hingga Syd sangat khawatir seperti ini? Syd berdiri, Ziva memeluk pinggang Syd. Syd mengusap kepalanya.
"kita harus bicara Kean"
"what's going on Syd?" Syd memandang Kean lalu menuntun Ziva keluar kamar. Syd meminta Inah mengganti baju Ziva. Syd kembali ke kamar sambil membanting pintunya. Syd terdiam bersandar di balik pintu. Kean memandanginya. Mendekati Syd dan memegang lengannya.
"tadi nyonya Davina Soetomo kesini mencari kamu dan meminta kita untuk menyerahkan Ziva. Aku mengatakan bahwa kita sudah menjadi orang tua resmi Ziva secara hukum. Dia meminta bukti, dia meminta aku menunjukkan surat adopsi resmi Ziva. Katakan sama aku, dimana surat adopsi resmi Ziva?" Syd menatap Kean tajam. Kean sangat terkejut mendengar pertanyaan Syd. Kean mengurut keningnya.
"Kean, jawab !!! Kamu menyimpan surat adopsi Ziva kan?? Jawab Kean !!" Syd mulai marah, Syd mengguncang lengan kanan Kean. Kean diam, tak mau menjawabnya.
"atau kamu belum membuat surat itu? Jawab !!!!!" Syd memandangi Kean tajam. Kean baru berani memandang Syd. Kean mengangguk pelan.
"oh my God Keanu !!! Mereka akan ambil Ziva jika kita tidak memiliki surat itu" Syd terduduk lemas di pinggiran ranjang.
"aku sudah membuat surat itu Syd, tapi...."
"tapi????"
"surat itu menuliskan bahwa aku akan merawat Ziva hingga....hingga keluarga Ivan di temukan dan bersedia merawat Ziva. Jadi aku akan merawat Ziva hanya sementara waktu bukan selamanya"
"oh my God Kean !!! Are you kidding me??? Jadi kita tidak akan merawat Ziva lagi??" Syd membelalakan matanya. Kean menganggukkan kepalanya lemas.
"karena dulu kamu tidka menginginkan Ziva sayang, sehingga aku memutuskan untuk membuat surat adopsi sementara"
"kenapa kamu tidak bicarakan ini Kean????" Syd berkata keras di hadapan Kean. Kean menatap Syd dalam-dalam.
"sayang, sebenarnya aku sudah meralat surat itu. Tapi aku terlalu sibuk dan aku lupa mengurus semuanya. Karena aku pikir, orang tua Ivan sudah benar-benar menghilang"
"kamu sibuk???? Oke, tapi kenapa kamu tidak bicarakan ini sama aku??? Kenapa Kean?? Aku bisa meminta siapapun untuk mengurus ini, bahkan Mami atau Qafka sekalipun ! Jika sudah seperti ini apa yang bisa kamu lakukan Kean? Apaaa????"
"Syd tenang sayang, aku sudah urus semuanya. Aku sudah urus semuanya. Aku bertemu Firna tadi, kebetulan Firna adalah anak Om Damara. Firna mengatakan bahwa akan membuat surat adopsi resmi itu secepatnya. 1 sampai 3 bulan"
"what??? 1 sampai 3 bulan? Kamu tahu, nyonya Davina Soetomo hanya beri kita waktu 48 jam untuk menunjukkan surat itu pada dia. Kalau kita tidak bisa menunjukkan surat itu, mereka akan membawa Ziva bahkan memaksa Ziva untuk ikut dia. Kalau kita menolak memberikan Ziva, kita akan di tuntut atas kasus penculikan !!!" Syd beranjak. Syd berkata dengan berapi-api. Syd mengatur nafasnya yang mulai tak beraturan. Jantungnya melonjak tak karuan. Kean menarik pelan Syd ke dalam pelukannya. Mengusap punggungnya.
"maaf sayang, aku tidak menyangka semuanya akan seperti ini" Kean berkata penuh penyesalan. Syd mulai menangis. Syd sangat takut kehilangan Ziva. Ziva sudah menjadi separuh hidupnya sekarang. Syd bisa mati tanpa Ziva.
"ini kebodohan kamu Keanu !!!" Syd mendesis sambil mencoba melepaskan pelukan Kean. Syd melengos keluar kamar meninggalkan Kean. Kean menyesal dan merasa bersalah. Syd amat sangat marah pada Kean. Pasti. Kean pun sebenarnya tidak mau kehilangan Ziva. Ziva sudah menjadi bagian terpenting hidupnya. Oh God !!! Doing something...please !
                                                                                           ***

The Break PrincipleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang