Bab 18 : The Heaviest Moment

14.3K 745 3
                                    

Hari-hari berat di jalani oleh Syd dan Kean. Sudah 1 bulan ini Syd dan Kean tanpa Ziva. Nyonya Davina bahkan tidka pernah mengangkat telepon Syd untuk sekedar mendengar suara Ziva. Setiap hari Syd mencoba, namun orang kepercayaan nyonya Davina selalu mencari-cari alasan agar Syd tidak bisa bicara dengan Ziva. Syd sangat kecewa dnegan keadaan semacam ini. Nyonya Davina begitu licik !
Akhir-akhir ini, Syd lebih banyak menghabiskan waktunya di kantor, bekerja seperti biasanya. Syd selama 14 jam nonstop berada di kantor. Syd mengembalikan pola hidupnya seperti saat sebelum Ziva hadir. Meskipun sekarang Syd lebih mudah lelah karena kehamilannya yang memasuki bulan ke 6. Syd juga jarang berkomunikasi dengan Kean. Hanya sesekali saja jika ada hal penting. Bahkan Syd lebih sering tidur di kamar Ziva.
Syd lebih banyak diam untuk menghindari pertengkaran dengan Kean. Syd sebenarnya masih marah dengan kelalaian Kean. Andai saja Kean tidak sibuk, andai saja Kean membicarakan ini dengan Syd, andai saja Kean tidak lalai dan masih banyak andai-andai yang lainnya.
"kamu ga menyentuh apapun sejak tadi siang, amare" Kean bicara dengan begitu khawatir. Syd sama sekali tidak mau memandangnya sedikitpun.
"aku ga lapar" Syd berkata datar, Syd beranjak namun Kean menahannya.
"kamu boleh marah sama aku, kamu boleh kesal sama aku Syd. Tapi please, jangan siksa diri kamu seperti ini. Bayi kita membutuhkan kamu. Dia butuh makan, Syd" Kean berkata lembut pada Syd. Syd menatapnya tajam.
"jangan ganggu aku Kean !!" Syd mendesis. Kean memandangnya dengan penuh kehangatan.
"aku minta maaf atas kelalaian aku Syd"
"percuma, itu tidak akan mengembalikan Ziva" Syd berkata dingin, Kean mengusap kepala Syd namun Syd menghindar.
"aku memang salah Syd, aku...."
"percuma Kean, apapun yang keluar dari mulut kamu tidak akan merubah keadaan !"
"Sydney...apa kamu ga bisa memaafkan kesalahan aku?"
"ini terlalu fatal !! Kamu membuat Ziva menanggung kebodohan kamu. Kamu heartless Kean. Kamu ga memikirkan Ziva. Kamu ga tahu betapa Ziva ketakutan pada nyonya Davina !!"
"aku memikirkan Ziva, Syd. Aku..."
"aku benci kamu Kean !!" Syd memotong Kean. Kean menghela nafasnya menenangkan diri. Setelah tenang, Kean menatap Syd dalam-dalam.
"katakan apapun yang kamu mau tentang aku, tapi kamu harus makan dan memikirkan kesehatan anak kita, oke?"
"aku tidak mau dan tidak akan pernah mau !!" Syd sangat menyulut emosi Kean sehingga Kean lepas kendali dan meneriaki nya.
"Syd !! Kamu mau membunuh anak kita pelan-pelan???? Jangan bantah aku Syd, aku hanya minta kamu untuk makan, terserah kamu mau marah atau membenci aku sekalipun. Aku hanya khawatir akan kesehatan kamu dan anak kita !!!" Kean berteriak di hadapan Syd. Kean merasa sangat kalut melihat tingkah Syd belakangan ini yang selalu menghindarinya.
"bahkan kamu membentak aku?" Syd berkata pelan. Matanya berkaca-kaca. Kean sangat geram melihat ini.
"asal kamu tahu Syd, jangan pikir hanya kamu yang kehilangan Ziva. Aku juga merasakan itu. Aku merasa bersalah pada Ziva dan kamu menambah beban pikiran dengan terus menyalahkan aku !! Aku lelah Syd !!!"
"aku ga peduli, semua ini tetap salah kamu ! Kamu tidak pernah bisa mempercayai orang lain untuk bisa membantu kamu, bahkan istri kamu sendiri Keanu !!!" Syd berteriak frustrasi sambil menatap Kean tajam. Kean terdiam mengacak rambutnya.
Mereka saling diam setelah saling berteriak satu sama lain. Ini bisa di katakan perdebatan terhebat sepanjang Syd dan Kean hidup bersama. Sebelumnya, Syd tidak pernah mendebat Kean jika Kean sudah membentaknya, tapi kini Syd balik membentaknya dan hal itu menyulut kemarahan Kean. Kean lalu keluar kamar dan membanting pintu. Kean takut kehilangan kendali dan menyakiti Syd.
Inilah hasil dari hilangnya komunikasi mereka selama 1 bulan. Sebuah pertengkaran dan perdebatan keras. Saling menyalahkan dan tidak ada yang mau mengalah. Mereka sama-sama merasa kecewa. Syd kecewa akan sikap Kean yang membuatnya kehilangan Ziva dan Kean kecewa akan sikap Syd yang selalu menyalahkannya atas semua ini. Memang ini kesalahan Kean, tapi jika Syd lebih bersikap dewasa, Syd mungkin akan mendukungnya dan tidak menyalahkannya seperti ini. Ini pertama kalinya Kean mendebat Syd dan itu membuatnya sangat menyesal karena telah membentaknya.
                                                                                                ***
Malam itu, Syd duduk diam di kursi kekuasaannya sambil melipat kedua tangannya di dada. Memandangi foto Ziva di sudut meja kerjanya. Photoshoot session yang diambil 2 bulan yang lalu bernuansa black and white. Syd tersenyum, entah kenapa anak ini menjadi mirip sekali dengannya. Padahal, Syd tidak ada pertalian darah dengan Ziva. Sesekali Syd meringis merasakan tendangan bayinya yang sudah mulai lincah bergerak-gerak di dalam perutnya. Oh good boy, bisiknya dalam hati.
Syd belakangan sudah tahu bahwa bayinya laki-laki. Kean sangat excited namun Syd masih terus memikirkan Ziva. Syd melirik jam dinding di ruangannya. Sudah pukul 8 malam. Pantas saja Syd merasa sangat lapar. Syd membereskan barangnya dan hendak pulang. Syd melangkah menuju lift, berpapasan dengan seorang pantry dan tersenyum padanya. Sampai di lantai utama, Syd berjalan menuju lobby. Mobilnya sudah bersiap di lobby. Syd belakangan selalu menyimpan boneka teddy bear Ziva di bangku depan. Setiap kali meliriknya, mata Syd panas dan berkaca-kaca. Oh Ziva sedang apa sekarang? Biasanya pukul 8 malam Syd menemaninya mewarnai dan belajar atau menonton film jika weekend. Syd merindukan saat-saat itu. Miss you so much Zivarra...
Syd lalu melajukan mobilnya menuju rumah. Sampai dirumah, Syd memarkirkan mobilnya. Oh Kean sudah pulang, tumben sekali. Biasanya, semenjak Ziva tak ada, Kean kembali mengubah jam prakteknya hingga pukul 9 malam dan baru sampai rumah pukul 10 malam. Syd turun dan Kean sudah menunggu di pintu garasi yang menembus ke dalam rumah mereka. Syd memeluk boneka Ziva dan sebelah tangannya membawa tas. Syd melewati Kean.
"hai"
"hai, kamu sudah makan malam?"
"belum" Syd menjawab singkat lalu melengos tanpa mau menatap Kean sama sekali. Syd berjalan menuju tangga kekamarnya. Pertemuannya dengan Kean akhir-akhir ini membuat pikirannya kacau. Syd bahkan semakin membenci Kean sejak perdebatan kacau 1 minggu yang lalu. Syd memutuskan untuk mandi demi menenangkan pikirannya.
Setelah mandi, Syd melihat bercak darah di celana nya. Syd seketika panik. Oh my God, what's going on? Oh jangan sampai terjadi hal buruk. Jangan !! Syd mencoba menenangkan dirinya, berpakaian lalu keluar dari toilet. Aku harus ke rumah sakit sekarang, gumam Syd dalam hati.  Kean melirik Syd yang keluar dari ruang wardrobe  dan tidak memakai baju tidurnya.
"Syd, mau kemana?" Kean bertanya heran. Syd tidak menjawabnya. Kean beranjak dari ranjang  dan menarik lengan Syd yang baru saja meraih tasnya.
"Syd, mau kemana semalam ini?" Kean bertanya dengan nada tegas sambil menatap Syd. Mata Syd berkaca-kaca. Syd gemetaran. Syd terlihat begitu panik dan terlihat pucat.
"amare, what's going on?" Kean mulai ikut panik melihat ekspresi wajah Syd yang seperti baru saja melihat hantu. Bibir Syd bergetar, air matanya menetes.
"Syd?"
"aku....aku...harus ke rumah sakit"
"kenapa? Ada apa? Siapa yang sakit?" Kean bertanya panik. Syd mencoba mengatur nafasnya. Kean mengusap punggung Syd sambil merangkulnya.
"ada...ada flek Kean, aku takut. Aku takut terjadi apa-apa dengan anak kita" Syd berkata lirih sambil meneteskan air matanya. Kean membelalakan matanya, terkejut dengan kata-kata Syd.
"Oh my God..Kita ke rumah sakit sekarang" Kean langsung meraih jaketnya di ruang wardrobe dan kunci mobilnya nightstand. Kean dengan hati-hati memasukkan Syd ke bangku depan SUV nya. Kean langsung menancap gas menuju The Ritz Hospital. Dalam perjalanan sesekali Kean melirik Syd.
"what do you feel Syd?" Kean sangat panik melihat keadaan Syd yang sepertinya memburuk. Wajah Syd memucat, tangannya berkeringat dingin. Jangan sampai terjadi apa-apa pada bayi kami, Kean berdoa dalam hati. Syd tidak menjawab, hanya menggelengkan kepala. Air mata mengalir dari ujung matanya.
"Oh my God, Kean !!!" Syd melihat darah mengalir melewati pahanya. Syd semakin panik, begitu pula Kean. Kean memanuver mobilnya tak karuan. Kean menggenggam tangan Syd erat.
"everything is fine, Syd. Kamu tenang sayang" Kean berusaha menenangkan Syd, meskipun dirinya sangat panik. Kean membelokkan mobilnya menuju UGD. Syd dibawa menuju UGD oleh 3 orang bruder. Syd berbaring sambil sesekali meringis. Kean sudah tidak bisa berpikir lagi melihat keadaan Syd. Syd mulai lemah dan Kean semakin panik. Vita yang malam itu berjaga di UGD langsung menangani Syd.
"Syd...kamu bisa dengar aku? Anggukan kepala kalau kamu mendengar aku Syd" Vita berkata pelan sambil tangannya sibuk mengecek denyut nadi Syd dan mengedarkan stetoskopnya di dada Syd. Syd mengangguk pelan meskipun matanya terpejam. Beberapa suster memasang oksigen dan alat cek detak jantung. Kean sangat kalut melihat keadaan semacam ini.
"dokter Vita doing something !!"
"I will !! kamu sebaiknya keluar dokter Keanu" Vita mendesis karena dirinya menjadi ikut panik melihat tingkah Kean. Para suster yang membantu menangani Syd menatap Kean seperti menyetujui kata-kata Vita. Kean akhirnya keluar setelah mendengar desisan Vita. Kean, meskipun seorang dokter, dirinya tetap panik jika melihat Syd yang sakit. Kean duduk tak tenang di kursi tunggu. Apa yang sebenarnya terjadi pada Syd, Kean masih belum mengetahuinya.
                                                                                       ***
"stress, kelelahan, terlalu banyak pikiran. Kamu tahu itu berbahaya buat kondisi Syd sekarang?" Vita berkata tegas di hadapan Kean. Syd sudah di pindahkan ke ruang perawatan. Dokter Indah sedang memeriksanya didalam. Kean dan Vita menunggu di luar.
"ya Vit" Kean mengangguk lemah.
"apa Syd punya masalah di kantornya?"
"I don't know"
"bagaimana bisa kamu ga tahu apa yang terjadi pada Syd, Kean?"
"aku ga pernah berkomunikasi dengan Syd akhir-akhir ini"
"seriously? Why?? berarti pertanyaan aku salah, apa Syd punya masalah dengan kamu?"
"mungkin Vit, aku ga tahu" Kean menggosok wajah dengan kedua tangannya. Mengacak rambutnya frustrasi.
"Kean, kondisi Syd rentan, jangan sampai membuat dia stress kalau kamu tidak mau terjadi hal-hal yang tidak diinginkan pada anak kalian. Kamu harus support Syd, kamu harus selalu available untuk dia Kean"
"aku udah mencoba Vit, tapi semenjak Ziva pergi Syd berubah. Dia pulang malam, dia pendiam dan selalu bersikap dingin sama aku"
"mungkin Syd terlalu memikirkan Ziva. Lebih baik kamu jemput Ziva dan membawanya untuk menemui Syd"
"Syd akan semakin stress jika dipisahkan lagi dengan Ziva"
"I know, kamu lebih mengetahui yang terbaik untuk istri kamu sendiri Kean" Vita menepuk bahu Kean, Kean tersenyum kecil.
"ya"
"oke, aku kembali ke UGD ya, jaga Syd dan calon anak kalian"
"sure Vit, thanks" Vita mengangguk sambil tersenyum dan menghilang di lorong.
Tak lama dokter Indah keluar setelah memeriksa keadaan Syd. Syd terlalu stress dan tegang sehingga berpengaruh pada bayinya. Terlambat sedikit, Syd bisa melahirkan bayinya dengan prematur. Seketika Kean lega saat mendengar Syd hanya membutuhkan bed rest selama 1 minggu ini hingga kondisinya pulih. Oh Kean tidak akan memaafkan dirinya sendiri jika harus kehilangan anak keduanya. Setelah dia dengan bodohnya menghilangkan Ziva, tidak mungkin dia menghilangkan anaknya lagi. Lebih baik Kean mati !!
Kean perlahan masuk ke ruangan Syd. Syd meliriknya. Kean duduk di samping Syd sambil mengusap perutnya, lalu beranjak untuk mengecup keningnya. Kean meraih tangan Syd dan mengecupnya.
"everything is fine" Kean berbisik sambil memandangi Syd, Syd hanya memandangnya tanpa ekspresi. Kean mengusap kepala Syd dengan penuh kasih sayang. Syd perlahan memejamkan matanya.
"love you my Sydney" Kean mencium pipi Syd. Syd diam tak bereaksi apapun.
"hai son, jangan buat Ayah panik lagi ya" Kean mengecup lagi perut Syd. Syd membuka matanya sambil tersenyum tipis pada Kean. Kean seketika merasa lega melihat senyuman Syd, walaupun hanya senyuman tipisnya.
"love you too Kean, maaf atas semuanya"
"no, kamu ga perlu meminta maaf sayang. Kamu lebih baik istirahat ya, jagoan kita sepertinya sudah mulai memprotes" Kean baru saja merasakan tendangan jagoannya. Syd mengangguk lemah. Syd terus memegang tangan Kean.
"don't go"
"never, aku akan disini" Kean tersenyum sambil mengusap kepala Syd. Syd menggeser kepalanya dan meminta Kean untuk mengistirahatkan kepalanya di bantal yang sama. Kean dengan senang hati menempelkan pipinya di bantal itu. Syd tertidur miring memandang Kean. Syd agak merasa bersalah pada Kean. Kean selalu baik padanya, namun Syd selalu menyimpan marah pada Kean karena kepergian Ziva. Seharusnya, Syd tidak menyalahkan Kean sepenuhnya karena Kean juga terpukul atas kembalinya Ziva pada nyonya Davina Soetomo. Kean, I'm so sorry, bisiknya dalam hati.
                                                                                         ***
"Syd baik-baik saja Mi, iya. Mami cukup ya, ga perlu drama queen. Ya Mi....bye. Salam untuk Qafka dan Sherill. Oke Mi. Yaa bye. Love you too" Syd baru saja menerima telepon dari Mami nya yang sedang mengunjungi tante Sanny di Australia bersama keluarga Qafka. Syd memang sengaja tidak ikut karena kondisinya yang tidak memungkinkan. Mami sangat panik mendengar Syd pendarahan. Syd menyesali kenapa Kean mengabari Mami.
"Syd, kamu makan ya nak" Mama pagi-pagi sekali sudah tampak menjenguk Syd. Mama sangat panik mendengar kabar Syd masuk rumah sakit dari Kean.
"Syd belum lapar Ma, Mama simpan makanannya dulu, oke?"
"tapi Syd, kamu hanya makan roti tadi"
"Ma, Syd ga mau memuntahkan semua sarapan Syd" Syd berkata lembut pada Mama mertuanya yang agak panikan. Mama akhirnya menyerah membujuk Syd. Mama hanya duduk sambil mengusap kepala Syd.
"Kean mana Ma?"
"Kean sedang praktek" Syd mengangguk mengerti. Selanjutnya Syd dan Mama saling diam. Syd memang cukup akrab dengan Mama mertuanya, namun terkadang Syd terlalu tertutup.
"Syd, jangan terlalu memikirkan Ziva. Fokus kan pikiran pada bayi kamu"
"Syd merasa kehilangan Ziva Ma. Ziva segalanya bagi Syd"
"iya, tapi kamu sebaiknya memikirkan kesehatan bayi kamu, dia masih lemah dan kesehatannya bergantung pada kamu, oke? Mama akan usahakan agar Ziva kembali dengan kalian"
"iya Ma" Syd mengangguk. Pikirannya kembali melayang pada Ziva. Ziva sedang apa? Apa Ziva kembali ke sekolah lamanya? Semoga kamu baik-baik saja Ziv. Bunda sangat merindukan kamu dna ingin memeluk kamu sekarang, bisik Syd dalam hati.
Tiba-tiba lamunan Syd buyar melihat Kean muncul di balik pintu dengan jas dokternya. Wajahnya yang sudah lebih fresh dari kemarin. Syd menggigit bibir bawahnya saat melihat Kean. Syd memang selalu terpesona pada ketampanan suaminya.
"morning" Kean mengusap kepala Syd, mengecup kening dan bibirnya.
"morning"
"hai Ma" Kean lalu memeluk Mama nya erat. Kean memang sangat dekat dengan Mamanya di bandingkan mas Danish, sehingga Kean selalu di anak emas kan oleh Mamanya.
"better?" Kean duduk di ranjang Syd. Kean mengusap perut Syd lalu mengecupnya.
"ya" Syd menjawab singkat dengan sedikit senyuman. Mama merasa anak dan menantunya butuh bicara sehingga berpura mau menghubungi Papa di luar ruangan. Kean duduk menatap Syd lalu mendekat, mengadukan hidung nya dengan Syd sebelum melumat bibirnya. Syd selalu meleleh dengan perlakuan Kean yang selalu manis dan terkesan romantis seperti ini. Syd memegang wajah Kean dan melepaskan bibirnya perlahan.
"I miss you, amare"
"miss you too, caro" Syd menjawab pelan dan memeluk Kean. Kean mengusap punggung Syd, memeluknya lebih erat. Syd meneteskan air matanya lagi. Syd terisak dan Kean membiarkan Syd menangis di pelukannya.
"keluarkan semua beban kamu sayang, aku tahu kepergian Ziva sangat membebani pikiran kamu selama ini. Aku tahu kamu sangat kecewa sama aku. Aku tahu kamu benci sama aku. Tapi sekarang lebih baik kamu fokuskan pikiran kamu pada anak kita, oke?" Syd mengangguk pelan di balik pelukan Kean. Kean mengecup kepala Syd dan membiarkan Syd tetap berada di pelukannya.
"jangan bebani pikiran kamu dengan kepergian Ziva. Bayi ini membutuhkan kamu. Semakin kamu stress, kesehatan dia akan terganggu sayang. Aku yakin kamu tidak mau terjadi apa-apa pada dia kan?"
"ya Kean" Syd berkata serak di balik pelukan Kean.
"yang terpenting sekarang, kamu harus menjaga kesehatan kamu kalau kamu ingin dia sehat. Masalah Ziva, biar aku yang tangani. Aku akan bicara pada Firna masalah surat adopsi itu. Tapi kamu harus janji, kamu akan terus memfokuskan pikiran kamu pada dia Syd. Dia masih terlalu lemah untuk di bagi beban pikiran kamu" Syd mengangguk pelan. Kean mengecup mesra bahu Syd berkali-kali. Membuat Syd merasa menggelenyar.
"aku ingin pulang Kean" Syd bergumam pelan setelah cukup lama berada di pelukan Kean. Kean tersenyum kecil.
"soon, mungkin emmmmm 5 atau 6 hari lagi"
"aku ingin pulang sekarang !!" Syd berkata sedikit mengotot, Kean terkekeh sambil mengusap punggung Syd.
"bertahan disini untuk beberapa hari, oke? Demi kesehatan kamu dan jagoan kita" Kean berbisik. Syd menghela nafasnya dan melepaskan pelukannya dari Kean. Syd mengangguk perlahan.
"good" Kean menghapus sisa air mata di pelupuk mata Syd. Kean lalu meraba perut Syd dan mengusapnya lembut. Syd selalu senang jika Kean melakukan ini.
"kamu tahu, aku merasa aneh melihat kamu terbaring disini dan aku menjenguk kamu di sela-sela jam praktek"
"ini pertama kalinya aku masuk rumah sakit and I hate hospital"
"but you love the doctor"
"so much" Syd tersenyum sambil melingkarkan tangannya di leher Kean. Kean mengecup bibir Syd dan menahannya beberapa detik.
"love you Sydney, aku janji akan menebus kesalahan aku dan membawa Ziva kembali ke hadapan kamu"
"love you too Kean" Kean kembali melumat bibir Syd dengan lembut dan sesekali menggigit bibir bawahnya. Kean selalu mampu merontokkan segala kemarahan Syd.
Pagi itu, Syd mulai memaafkan Kean dan Kean merasa lega. Hanya saja hidup Syd masih terasa hampa tanpa kehadiran Ziva. Hari-hari terberatnya dalam hidup adalah kepergian Ziva tanpa kabar sedikitpun. Syd selalu berdoa agar Ziva selalu sehat dan ceria. Semoga nyonya Davina memperlakukan Ziva dengan baik dan tanpa kekurangan sesuatu apapun.
Syd menghela nafasnya. Syd meremas jas Kean karena mulai kehabisan nafas. Memegang wajah Kean dan melepaskan bibirnya perlahan.
"nafas kamu menjadi pendek, biasanya kita selalu bertahan lama setiap melakukan ini"
"ya, karena sekarang aku membagi nafas aku dengan jagoan kamu" Syd mengusap perutnya, Kean terkekeh mendengar jawaban Syd. Kean langsung memeluk Syd lagi lebih erat. Kean merindukan Syd. Sangat merindukannya...
"Love you so much my Sydney"
"Love you too my Keanu"
                                                                                           ***

The Break PrincipleTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang