Binnie Hyung
| Mianhae, Beomgyu-ah
| Yeonjunie tiba-tiba demam semalam, jadi aku harus merawatnya sampai lupa membalas pesanmu
| Kalau kau mau, aku bisa menjemputmu dan kita akan habiskan waktu disiniBeomgyu melemparkan ponselnya keatas meja rias. Ia mengusak wajah kemudian menatap pantulan dirinya sendiri dari cermin. Sembab masih tersisa di kelopak matanya akibat menangis semalaman. Tangisan kecewa sebab kakaknya baru memberi kabar delapan belas jam setelah ia memutuskan meninggalkan tempat perjanjian.
Malas sebenarnya berjalan ke kediaman pemuda itu dan bertemu dengan orang yang sampai saat ini masih berada di peringkat pertama daftar manusia yang paling ia benci. Tapi langit tidak menunjukkan kabar baik untuk beberapa jam kedepan dan adiknya sedang tidak di rumah. Ketika sarapan tadi, Taehyun berkata harus pergi ke kampus sampai petang. Padahal hujan adalah ketakutan Beomgyu paling utama.
Jarak rumah Beomgyu dan kediaman baru kakaknya tidak begitu jauh. Hanya menghabiskan waktu lima belas menit dengan berjalan kaki melalui jalur utama yang ramai. Ia harus memilih satu antara ketakutan dan kebencian dalam waktu singkat.
Pemuda itu mengusak surai panjangnya lagi. Ia melirik kearah jendela yang menampilkan angin kencang dengan langit kelabu. Sangat tidak baik untuknya melawan trauma seorang diri. Sayang sekali maid yang selalu membantu mereka dengan urusan rumah sudah pulang dua jam lalu. Dan kini tak ada lagi pria jangkung yang siap memeluknya hingga badai berhenti.
Tak ada pilihan lain, Beomgyu segera mengambil kardigan dan berjalan keluar. Ia akan memberi tahu Taehyun lewat pesan sembari berjalan nanti.
Beomgyu ingat betul, langit kelabu dan angin kencang adalah awal dari bencana masa remajanya. Kondisi yang sama lima tahun lalu. Ketika Beomgyu masih mengenakan almamater high school. Merasa dirinya keren dengan mengemudi ke bar sepulang sekolah bersama ketiga temannya.
Tanpa mereka tahu, dalam tiga puluh menit saja keempatnya sudah keluar bar dengan kondisi dua diantara mereka mabuk berat.
"Lagian ngapain sih, Jin? Ngide main billiard segala! Pake punishment minum whisky lagi buat yang kalah. Karma, kan!"
"Udah buruan! Jeongin sama Wonjin taro di jok belakang aja!"
"Yakin mereka gak bakal ngapa-ngapain satu sama lain?"
"Kalo ngapa-ngapain juga kita yang enak dapet bualan baru"
Beomgyu tersenyum kecil mengingat dialog hari itu. Dialog terakhir sebelum kejadian yang tak pernah ia bayangkan seumur hidup. Kecelakaan yang merenggut kedua temannya. Menyisakan Beomgyu sendiri disana sebab Jeongin harus melakukan pengobatan intensif di negeri orang. Dan atas permintaan orangtuanya, pemuda itu tak pernah kembali lagi.
Kecelakaan yang diakibatkan oleh badai dan hujan. Membuat jarak pandang terbatas dan tanpa persiapan menghantam monster besi dengan kecepatan serupa dari arah sebaliknya. Kecelakaan yang membuat Beomgyu koma selama hampir satu minggu.
Hari dimana Beomgyu tersadar adalah hari paling kelam dalam hidupnya. Ia bahkan sampai berani bertanya kenapa tidak ikut berakhir saja? Toh, dia terbangun tanpa ada lagi kata persahabatan dalam setiap aktivitasnya.
Terlalu lama melamun membuatnya tak sadar sudah berada di depan gerbang bangunan sederhana dengan dua lantai tempat sang kakak bernaung dua bulan terakhir. Yah, tak ada lagi hal yang sama semenjak salah satunya hilang. Memori selama menempuh langkah demi langkah tadi membuatnya teringat sesuatu, ia sudah cukup lama tidak mengunjungi kedua kawannya. Bahkan mereka belum tahu kalau kakaknya sudah memilih jalan yang membuat Beomgyu sulit menjelaskan perasaannya sendiri.
Aku akan mengunjungi Wonjin dan Sungchan kapan-kapan
KAMU SEDANG MEMBACA
Misplaced Love
FanfictionAku mencintaimu, hyung Tak bisakah kau membalasnya? [Soojun || Soogyu || Beomtae] Kalau anda bingung, kita sama 🌸 short story 1 🌸 1 chapter = 300-500 word