10| Insiden Kantin

36 2 0
                                    

©copyright by ar_zedka

11. 47 PM.
Saturday, 27th Jan 2024












•Mysterious Leader•

Pemilik nama Nethanya itu menghentikan ibu jarinya yang bergerak di atas layar sentuh dengan lebar 6 inci. Sebelumnya, lelaki itu menghampiri Ranza di kelas, tapi justru diusir. Lalu, dia berakhir di kantin dengan makan sendiri.

Berniat mengirim pesan kepada Ranza untuk mengingatkan makan, tetapi ia urungkan karena menurutnya, tidak sopan untuk mengirim pesan. Nethanya itu sangat anti dengan ketidaksopanan, apalagi jika menyangkut paut tentang majikannya.

Makan sebelum majikannya makan, tidak sopan.

Berbicara santai kepada Ranza yang umurnya dibawahnya, tidak sopan.

Menghubungi lewat ponsel tanpa ada hal mendesak, tidak sopan.

Dan masih banyak hal perilakunya yang sering ia sebut ketidaksopanan yang Ranza bahkan tak pernah mempermasalahkan.

Pada dasarnya, Nethanya hanya mengirim pesan kepada Ranza jika gadis itu tidak bisa dihubungi. Seperti misalnya, Ranza tidak bisa ia temui atau sangat sulit untuk ditemui. Jika ada dua hal itu yang terjadi, Nethanya bisa menghubungi lewat ponsel.

Berhubung Ranza sungguh melarangnya, ia menarik kembali ponsel dan memasukkan ke dalam sakunya.

Nethanya mengaduk kuah soto ayam bihun bersama dengan sambal dan juga koya. Salah satu makanan kesukaannya. Begitu kaya rempah dan juga cita rasa nusantara yang terasa kuat dilidahnya. Tak lupa pula dengan perasan jeruk nipis yang menambah cita rasanya.

"Ini tempat gue!"

Baru saja, lelaki itu ingin menyuapi diri, tetapi justru ada yang mengganggunya. Nethanya kembali menurunkan bihun ke atas mangkuk, dia mendongak menatap seorang lelaki yang ia temui tadi pagi di tangga.

Nethanya mengernyit, lelaki itu bertanya, "Apa ada nama lo di sini? Atau lo yang beli meja ini?

Redion, lelaki yang melarang Nethanya itu memandang rendah lawan bicara yang duduk tanpa persetujuannya. "Tempat ini hak sakral buat gue!"

Nethanya memandangnya heran. Untuk menghindari pertengkaran, lelaki itu membawa mangkuk dan beralih ke meja lain. Tanpa sadar, ucapannya terdengar mengejek, "Norak banget."

Redion kurang puas. Entah apa yang ia harapkan, tapi Nethanya tidak seharusnya berada di sini. Di depan matanya dengan tampang yang Redion akui ketampanannya.

Lidah di dalam mulutnya, mendorong pipi dari dalam yang mengartikan bahwa dirinya kesal bukan main. Redion beralih ke meja yang Nethanya duduki, kemudian berucap, "Berdiri lo, jangan duduk sini! Keberadaan lo bikin gue sakit mata."

Nethanya harap, dia yang mengalah akan terbebas dari lelaki itu, tapi justru ditampar begitu saja. Sebenarnya tidak keras, tapi mampu membuat lelaki itu kesal bukan main. Dia tersedak karena terkejut saat ditampar. Tisu yang berada di atas meja, ia ambil untuk mengusap ingus dan air liurnya.

Nethanya memandang tajam lelaki yang baru saja menamparnya pelan. Memang tamparan pelan yang seharusnya tak perlu dibalas oleh amarah. Hanya saja, Redion menampar murid baru yang tak dikenali atas dasar apa? Mereka tidak saling kenal, mereka bukan teman, dan juga mereka orang asing.

"Mau lo apa sih?" Nethanya bertanya dengan nada rendah seakan ia menahan rasa geram.

"Lo gak dengar gue ngomong apa?" Tanpa sadar, Redion juga meniru nada tutur bicara lelaki itu.

KEIV | MYSTERIOUS LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang