11| Tamparan

54 1 0
                                    

©copyright by ar_zedka

11.20 PM.
Friday, 2nd Feb 2024











•Mysterious Leader•



Redion itu sangat baik hati. Tidak, dia orang paling baik hati yang Ranza kenal. Terkadang, dia sering mengajukan diri menjadi babu guru. Kadang kala, ia juga membantu penjual kantin untuk menata barang dagangan atau ikut menjualnya.

Dari kedua hal itu, yang paling Ranza ingat kebaikannya adalah ketika Redion mengerjakan tugas sekolah jika gadis itu tidak sempat menyelesaikan. Ada kalanya, Redion mengajak Ranza bertemu untuk mengerjakan pekerjaan rumah bersama. Bersama? Ranza pikir, sepertinya hanya Redion yang berpikir keras, lalu memberikan jawaban secara gratis kepadanya.

Redion menggunakan tugas sebagai dalih agar Ranza berniat untuk bertemu dengannya. Karena ia tahu, Ranza tidak akan pernah menolak jika berurusan dengan tugas. Dari banyaknya kelebihan yang ia punya, Redion sangat bersyukur karena memiliki kecerdasan di bagian otak.

Saat ini, mereka berada di dalam UKS dengan kondisi buruk. Rambut Ranza teracak-acak, Sagita dan Jesslyn nyeri di bagian perut, Redion yang babak belur hingga sering kehilangan kesadaran, sedangkan Nethanya selamat tanpa luka sedikitpun.

Di dalam UKS ada 4 kasur. 2 kasur di sisi kiri, dua lagi di kanan. Sagita, Jesslyn, dan Redion berbaring di masing-masing brankar. Ketiganya sedang diobati oleh pihak UKS. Sedangkan, Ranza dan Nethanya hanya duduk di atas brankar yang sama dengan diberi sedikit jarak.

"Gue mau pinjam jedainya," pinta Ranza kepada Chelsea yang terlihat agak ketakutan melihat luka Redion di bagian wajah. Gadis itu duduk di kursi yang berada di sisi kasur Ranza. Chelsea melepas jedai yang dipakai, kemudian meminjamkannya kepada Ranza.

Ranza melirik ke arah Nethanya yang terlihat memandang Redion penuh dendam. Tangannya terkepal, matanya menatap lurus ke arah Redion yang berbaring di brankar tersebut. Gadis itu menghela napas. Dia mengetuk bahu Nethanya dengan telunjuk.

Lelaki itu menoleh untuk membalasnya. Seperti yang Ranza duga, ekspresi Nethanya langsung berubah ketika melihat Ranza. Terlihat begitu hangat dan juga menenangkan.

Tak perlu banyak bicara ketika Ranza memberinya jedai. Nethanya kemudian menerima dan menyisir rambut Ranza seperti yang gadis itu inginkan. Dengan lembut dan begitu telaten.

Redion yang tengah mengompres pipi, melirik ke arah Nethanya dan Ranza. Sakit hati karena keduanya, lelaki itu mulai tantrum. "Sakit banget pipi gue, apalagi hati gue."

"Hah?" Fery, temannya itu mengernyit bingung. Ia mencoba menebak apa yang Redion katakan. Karena lebam di pipi, suara lelaki itu terdengar seperti dengungan nyamuk meresahkan.

Pintu UKS terbuka. Pak Herman, selaku kepala sekolah dan guru BK datang untuk menjadi penengah. Karena yang menjadi target ruang BK adalah Ranza, Pak Herman yang memang mengenal gadis itu pun ikut andil dalam mengurusnya.

Kedatangan mereka membuat murid-murid yang berbaring, segera duduk untuk menghormati. Pak Herman menghembuskan napas lelah. Dia bertanya, "Apa masalah utamanya?"

Semuanya diam. Tak ada yang menjawab.

"Atau masalah utamanya sama semua?" Lagi-lagi dia bertanya hal yang sama.

Namun tetap tak mendapat balasan.

Pak Herman bersedekap dada. "Apa saya harus panggil orang tua kalian?"

"Jangan dong pak!" Sagita dan Jesslyn menjawab serentak.

"Jangan! Orang tua saya lagi kerja. Nanti ganggu kerjaan mereka soalnya." Lagi-lagi Dion menjawab dengan ucapan yang tak mereka pahami kalimatnya. Sungguh, suaranya seperti nyamuk yang harus dibasmi.

KEIV | MYSTERIOUS LEADERTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang