MINE || 17

3.7K 215 0
                                    

♥️♥️♥️selamat reading! happy vren♥️♥️♥️

Flashback kemarin setelah Jeno dari Gramedia.....

Jeno mengerjapkan matanya perlahan. Ia menyapukan matanya meniti setiap inchi ruangan yang ia tempati ini. Gelap. Dan Jeno tidak bisa melihatnya.

Sebentar.....

Jeno dimana? Bukankah tadi dia sedang di Gramedia bersama Jaemin? Tapi mengapa sekarang dirinya berada ditempat yang bahkan Jeno sama sekali tidak tau ini tempat apa.

Dan apa ini?

Tubuhnya terikat oleh tali?

Apa yang terjadi dengan Jeno sekarang?

"Jaeminnn....." Panggil Jeno yang berharap si pemilik nama menyaut.

"Nana?" Sekali lagi dan tidak ada jawaban.

Klek

Saklar lampu berbunyi. Ruangan yang tadinya gelap langsung terang.

"Sudah bangun Nak?"

"Papa?" Jeno terkejut saat didepannya sana ada Lee Taeyong yang duduk dikursi kebesarannya. Ternyata ini kantor sang Papa. Tapi Jeno tidak ingat mengapa ia bisa berada disini.

"Apa kabar Jen? Lama ya Papa nggak ketemu sama kamu."

"Pa, lepasin aku Pa."

"Papa lepasin, tapi pergi ya ke Amerika. Biarin Haechan sama Renjun."

"Nggak akan! Haechan cuma buat Jeno," sergah Jeno.

Apa-apaan Papanya ini yang tiba-tiba ngomong begitu.

"Duh Jen, kalau kamu sama Haechan, warisan Ayah Doy nggak akan bisa segera cair ke tangan Papa. Kamu mau Papa jatuh miskin ha?"

"Warisan Ayah itu hak Jeno."

"Iya. Itu memang hak kamu. Tapi kalau kamu juga bisa punya keturunan."

Jeno langsung diam. Iya. Itu memang yang Jaemin ceritakan tadi. Kenapa ini lebih menusuk kalimatnya.

"Anak Papa itu aku atau Renjun sih?"

"Ya Renjun juga anak Papa. Tapi dia lebih bisa nguntungin, daripada kamu. Apalagi Renjun juga sudah masuk kedalam keluarga kita dan Ayahmu sudah menyetujuinya. Otomatis, dia yang akan menerima warisan dan Papa bisa segera ambil alih itu dari tangan Renjun. Dengan catatan kamu melepas Haechan dan biarin Haechan bersama Renjun untuk memberi Papa cucu."

Jeno masih diam. Setega itu Papanya mengorbankan kebahagiaan anaknya demi sebuah warisan?

Dan Haechan? Jeno tidak akan melepas Haechan.

"Dan ingat, Renjun punya rahim. Sementara kamu enggak ada. Emang baiknya tuh kamu jadi dominan, bukan malah jadi submissive. Badan aja gede, tapi manjanya minta ampun."

Ingin selalu Jeno menonjok mulut Papanya yang terus mengoceh. Namun Jeno harus ingat, Taeyong itu Papanya.

Kepalanya sudah penuh emosi. Ini dia marah. Tapi dia bisa apa selain diam dan berpikir bagaimana membalas laki-laki itu tanpa memikirkan bahwa dia Papanya.

Jeno sudah terpancing emosi. Ia lalu menatap tajam Papanya. "Semiskin itu anda sampai harus merebut hak anak anda sendiri?"

Taeyong mengerutkan keningnya.

"Kenapa Papa tidak mencarikan Renjun laki-laki selain Haechan untuk menikahi anak Papa itu. Kenapa harus Haechanku?"

"Karna Haechan dan Renjun saling mencintai."

MINE || HYUCKNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang