MINE || 22 || END

7K 260 6
                                    

♥️♥️♥️sudah di end!♥️♥️♥️

Beberapa bulan kemudian.....

Hospital City. Tempat dimana Jeno dilarikan setelah perutnya mengalami kram. Haechan sedari tadi mondar-mandir didepan pintu ruangan Jeno ditangani.

Tak henti-hentinya ia berdoa pada Tuhan agar menyelamatkan Jeno dan bayinya. Ia tak mau jika kabar buruk mengenai salah satu dari mereka.

Ten duduk disamping Haechan sembari mengelus punggung anaknya itu. "Jeno bakal baik-baik saja Chan."

Haechan menghela nafasnya pelan. "Tapi sejak tadi, udah hampir dua jam, dokter nggak keluar-keluar Bun."

Johnny mengelus kepala anaknya menguatkan. "Mereka kuat Chan. Mereka bakal baik-baik saja."

"Lo juga tau sendiri kan gimana excited nya Jeno menyambut keluarga baru kalian?" ujar Renjun. "Minta sama tuhan buat bantuin mereka agar tetap baik-baik aja."

"Jeno bisa lewati ini semua Chan. Percaya sama suami lo yang kuat itu," imbuh Jaemin.

Haechan menganggukkan kepalanya. "Percaya kalau Jeno bisa lewati ini semua demi anak kita."

Ten menepuk pundak Haechan sambil tersenyum. "Jeno bersama anak kalian pasti aman dalam lindungan-Nya."

Tak lama kemudian, pintu ruangan itu terbuka. Mereka semua lantas berdiri. Membiarkan Haechan yang satu langkah lebih mau untuk menanyakan keadaan Jeno pada dokternya.

"Bagaimana keadaan Jeno dok? Mereka baik-baik saja kan?"

"Tuan Jeno juga bayinya selamat. Namun keadaan Tuan Jeno sedikit lemah karna keadaan pasien yang hanya memiliki satu ginjal. Jadi untuk sekarang, biarkan Tuan Jeno istirahat dulu. Dan bayinya sudah kami pindahkan ke ruangan tersendiri," jelas Dokternya.

"Lalu, apakah bayinya boleh dijenguk?" tanya Ten.

"Boleh. Ikutlah bersama suster," kata Dokternya menunjuk suster dibelakangnya.

"Apa aku boleh masuk menjenguk suamiku?" tanya Haechan.

"Silahkan. Tapi dengan bergantian jika keluarga juga ingin menjenguk Tuan Jeno."

Haechan tersenyum. "Makasih dok."

Haechan langsung beranjak masuk keruangan itu untuk menjenguk Jeno. Ia ingin memastikan bahwa Jeno baik-baik saja dengan keadaannya sekarang.

Haechan lalu duduk dikursi dekat bangsal, menatap Jeno yang tersenyum kearahnya.

"Bagaimana keadaanmu? Apa yang sakit? Apa perlu ku panggilkan dokter lagi? Atau kamu ingin sesuatu? Jenokuuuu."

Haechan lalu mencium pipi Jeno gemas. Jeno hanya terkekeh saja. Ia juga senang dengan takdir-Nya bersama Haechan disini. Dan dengan anugrah anak laki-laki yang sudah ditangani oleh dokter.

"Anak kita udah lahir Jennnn, makasih udah kasih aku hadiah paling berharga dipernikahan kita Jennn."

Jeno tersenyum. Membiarkan Haechan memeluk tubuhnya. Jeno membalas pelukan itu sembari mengelus lengan Haechan lembut.

"Sama-sama Chan. Dan anak itu mirip aku."

Haechan melepas pelukan itu. "Mana ada. Anak itu mirip aku."

Jeno berdecak. "Nggak mau ngalah? Nggak mau nyerah kalau anak itu mirip aku?"

Haechan tersenyum gemas dengan Jeno yang mempout bibirnya. Haechan langsung mengelus rambut Jeno. "Iya sayang, dia mirip kamu. Mirip Mommy nya."

Jeno langsung tersenyum hingga matanya hilang.

"Udah nyiapin nama buat aegi?" tanya Haechan.

Jeno nampak berpikir sebentar. Banyak nama yang ia siapkan untuk anaknya. Tapi satu nama yang menurut Jeno pas aja. Sion. Seo Sion. Berharap laki-laki itu seperti Haechan. Dominan yang menyenangkan.

"Sion? Seo Sion. Kamu setuju?"

"Alasannya?"

"Nggak ada. Cuma aku pengen dia kayak kamu aja. Dia bakal dominan yang banyak dikagumi sama banyak orang."

Haechan tersenyum menggoda. "Jadi mirip aku nih aeginya?"

Jeno berdecak. "Tapi mukanya mirip aku."

"Iyadeh, iya."

"Gimana? Namanya itu ya?"

Haechan mengangguk. "Kalau menurut ibunya baiknya begitu, siapa yang berani nolak. Doa ibu nomor satu kan?"

🐻🐶

"Seo Sion."

"Nama yang bagus," puji Ten. Ia lalu mengelus pipi cucunya yang masih dalam gendongannya. "Baik-baik ya cucu Buna. Jangan sampai kau mirip sama Daddy mu yang menyebalkan itu."

"Bunaa, Haechan tidak semenyebalkan itu ya," sanggah Haechan tak terima.

Jeno hanya terkekeh mendengar perdebatan ibu dan anak itu. "Enggak Buna. Haechan enggak nyebelin kok. Cuma sikapnya tuh mancing emosi aja kok."

"Sayangggg," rengek Haechan.

Ten terkekeh pelan. "Udah-udah. Sekarang nih, gendong anak kamu." Ten menyerahkan Sion ke Haechan. "Rawat putramu. Jangan sampai kenapa-kenapa atau Mae akan menggantung mu nanti."

"Sekarang Buna mau pulang dulu. Ayah-mu sudah menunggu didepan dengan Papa Tae juga Renjun. Jen, kami pulang dulu ya. Jaga dirimu baik-baik."

"Makasih Buna. Salam buat Ayah, Papa, sama Renjun ya."

"Nanti Buna sampaikan. Buna pulang yaaa." Ten kemudian beranjak pergi dari ruangan Jeno untuk pulang.

Sisa Jeno dan Haechan yang menggendong Sion didalam ruangan itu.

"Masih nggak nyangka kalau aku bisa punya anak seganteng itu Chan," ujar Jeno tersenyum tipis dengan menahan tangis haru.

Haechan mengelus pipi Sion lembut. "Anak gantengnya Mommy Jeno," kata Haechan. Ia lalu menggesekkan hidungnya pada hidung Sion.

"Mommy mu nangis tuh. Nggak mau dipeluk?" Haechan lalu menyerahkan Sion pada Jeno yang sudah duduk bersandar pada bangsal yang dinaikan bagian atasnya.

Jeno langsung memangku anaknya lalu mencium kedua pipinya. "Jadi anak baik sayangnya Mommy."

Haechan mengusap puncak kepala Jeno lalu menciumnya sekilas. "Bahagia untuk keluarga kecil kita ya Jen."

Jeno mengangguk. "Aku akan berusaha jadi Mommy dan istri kamu yang baik."

"Begitu sebaliknya. Aku akan selalu ada untuk kalian."

"I love you Chan." Jeno tersenyum kearah Haechan.

Haechan mengecup sekilas bibir Jeno lalu tersenyum. "I love you more Jen."

Haechan lalu mengecup kening Sion. "Dan i love you Seo Sion nya kamiii."

🐻🐶

TAMAT

Makasih. Makasih udah baca cerita ini. Maaf jika ada kekurangannya. Aku nggak akan bisa selesein cerita ini tanpa kalian. Dan see you untuk cerita aku yang lainnyaaa!!

MINE || HYUCKNOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang