Prologue

64 7 0
                                    

1998

Suara panggilan itu terdengar, membelah kesunyian dengan keputusasaan yang mendalam.

Semuanya terjadi begitu cepat. Kehidupan berubah dalam sekejap, meninggalkan luka yang tak tersembuhkan di hati mereka yang kehilangan keluarganya.

Insiden tragis itu menjadi mimpi buruk yang tak akan pernah terlupakan. Pemberontakan yang merajalela di beberapa kota, menghancurkan keseimbangan hidup dan merenggut keselamatan orang-orang tak berdosa. Kota Kirmata, yang menjadi pusat dari segalanya, menjadi saksi bisu atas tragedi tersebut. Pemberontakan itu merambat tanpa ampun, mengguncang fondasi kota yang dahulu begitu megah.

Setelah berhasil meredam pemberontakan, bayang-bayang tragedi itu mengubah wajah kota-kota yang terkena dampak. Kriminalitas melonjak tajam, dan para mafia melihat ini sebagai kesempatan emas untuk menguasai kota-kota yang telah porak-poranda akibat insiden tersebut.

Dua tahun telah berlalu, namun misteri di balik pemberontakan itu tetap menjadi teka-teki. Pemerintah terkesan bungkam, menyimpan rahasia yang mungkin lebih menakutkan daripada peristiwa itu sendiri, meninggalkan ketidakpastian dan ketakutan bagi mereka yang berusaha mengungkap kebenarannya.

*****

2001

"Apa? Kamu ingin bermain bersama kami?" Seorang di antara mereka, dengan kasar, memukul seorang anak laki-laki hingga terjatuh. "Kamu itu lemah, tidak cocok bersama kami. Lebih baik kamu bermain dengan mereka saja, hahaha," ujarnya sambil tertawa dan menunjuk ke arah para anak perempuan yang sedang bermain.

"WOI KALIAN!" Teriakan seorang anak laki-laki lain memecah ketegangan. Dia berlari mendekati mereka dan memberikan pukulan pada salah satu dari mereka. "Rakal, kamu tidak apa-apa?" Anak laki-laki itu membantu Rakal, yang sebelumnya dipukul oleh anak-anak nakal itu, untuk berdiri. "Sudah kubilang, jangan mencoba untuk terlihat akrab dengan mereka."

"Aku tidak apa-apa. Apa salahnya mencoba untuk berteman, kan?" tanya Rakal.

"Kamu tahu mereka itu nakal. Percuma, mau bagaimanapun, mereka akan berusaha untuk menindasmu walaupun kamu jago berkelahi," jawab Baron.

Anak yang tadi dipukul berdiri dengan ekspresi marah. "BARON! SEMUANYA HAJAR MEREKA!" Dia dan teman-temannya mendekati Baron dan Rakal.

"Bersiaplah untuk babak belur," kata Baron.

Para anak perempuan yang sedang bermain di sekitaran mereka langsung berlari ketakutan.

Baron dan Rakal berhasil memukul mereka semua, namun tidak luput dari pukulan balasan. Lima menit kemudian, perkelahian itu terus berlanjut hingga salah satu pengurus panti asuhan datang untuk meredakan situasi. Akhirnya, mereka semua, termasuk Baron dan Rakal, dihukum.

"Kalian ini, selalu saja...." Pengurus panti asuhan itu menggelengkan kepala, sembari memegang sebuah kayu. Anak-anak yang terlibat hanya bisa berdiri sembari menundukkan kepala dengan kaki mereka yang tampak merah akibat dipukul oleh kayu. Sedangkan Baron dan Rakal memasang muka santai, seolah mereka sudah terbiasa dengan hukuman yang dianggapnya seperti makanan sehari-hari.

"Sudah, lebih baik kalian balik ke kamar. Baron, Rakal, ikut saya; ketua yayasan ingin bertemu dengan kalian," ujar pengurus panti asuhan tersebut. Baron dan Rakal segera mengikuti setelah selesai dihukum.

Saat tiba, pengurus panti asuhan itu membuka pintu dan terlihat di dalam sudah ada ketua yayasan dan seorang laki-laki bertopeng sedang duduk berhadapan.

Sesaat kemudian, ketua yayasan melihat ke arah mereka berdua. "Nak Baron, nak Rakal, sini kemari," ujarnya.

Baron serta Rakal menghampiri dan ikut duduk bersebelahan dengan laki-laki berjas abu-abu itu, sedangkan pengurus panti asuhan pergi.

"Ada apa, Ibu, memanggil kami ke sini?" tanya Baron dengan rasa ingin tahu.

"Nak Baron, Nak Rakal, perkenalkan ini Pak Angga yang akan mengadopsi kalian," jawab ketua yayasan.

"Salam kenal, Baron dan Rakal. Senang bisa bertemu dengan kalian," ucap Angga sambil memberikan jabatan tangan.

Baron dan Rakal segera menanggapi jabatan tangan itu. Walaupun mereka berdua sedikit merasa aneh dengannya.[]

Dua Arus Sang PenghakimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang