Chapter 3 (Bab 1)

30 5 0
                                    

Mereka bertiga terkejut, tapi sebelum sempat bereaksi, mereka sudah dikelilingi oleh banyak orang bersenjata dari berbagai arah. Orang-orang bersenjata itu mengenakan armor perak yang menutupi seluruh tubuh dan helm yang menyembunyikan wajah mereka.

Tak lama kemudian, orang bersenjata itu memberi jalan untuk seseorang yang tampaknya menjadi pemimpin mereka. Mereka memberi hormat ketika orang itu mendekat. "Selamat datang," ucap seorang pria berjas hitam dengan suara dingin. Dia berjalan dengan tentakel-tentakelnya yang menjulur dari punggungnya dan mengangkat tubuhnya di udara.

Ketika dia sudah cukup dekat, tentakelnya perlahan menurunkan tubuhnya ke tanah.

Mereka bertiga menyaksikannya. "Aku mau muntah," bisik Indra kepada kedua temannya.

Ketika melihat wajah orang itu, Rakal sadar bahwa itu adalah mafia yang menjadi target mereka. Tanpa ragu, Rakal langsung mengambil pistolnya dan menodongkannya. "Tempat apa ini sebenarnya?" tanyanya.

Semua orang bersenjata seketika mengarahkan senjatanya ke arah mereka bertiga.

Mafia itu mengangkat tangan kanannya sedikit sebagai isyarat untuk berhenti. "Jangan takutkan mereka," katanya. Mafia tu memperkenalkan dirinya sebagai Fahrih dan mengajak mereka masuk.

Mereka bertiga merasa curiga dan tetap berjaga-jaga sambil mengikuti perintah Fahrih.

Baron, Rakal, dan Indra berjalan di antara para ilmuwan yang sibuk dengan pekerjaan mereka di laboratorium. Tidak ada yang menoleh atau memperhatikan mereka.

Mata mereka tertuju pada beberapa layar monitor yang menampilkan anatomi manusia dan sebuah rekaman. Mereka bertiga terkejut melihat semua rekaman yang diperlihatkan—orang-orang yang ada dalam rekaman terlihat begitu tersiksa dengan sumber kekuatan yang didapatkan dari eksperimen.

Mereka bertiga berhenti sejenak, tak percaya dengan apa yang mereka lihat.

"Tunggu, tempat apa ini sebenarnya?" Mereka bertiga serentak menodongkan pistol ke arah Fahrih.

Fahrih tertawa dingin dan berkata, "Tempat ini adalah laboratorium rahasia milik organisasi kami. Kami sedang melakukan penelitian untuk membuat manusia memiliki kekuatan super. Kekuatan yang bisa mengubah dunia."

"Kekuatan apa itu?" tanya Rakal dengan nada sinis.

"Kekuatan yang bisa membuat kalian melakukan hal-hal yang tidak mungkin. Seperti mengendalikan api, air, angin, atau bahkan pikiran orang lain. Kekuatan yang bisa membuat kalian menjadi dewa," jawab Fahrih dengan bangga.

"Kau gila," ujar Baron dengan marah.

"Tidak, aku hanya ingin menciptakan masa depan yang lebih baik. Masa depan di mana kami yang berkuasa. Masa depan di mana kami yang menentukan nasib umat manusia," kata Fahrih dengan mata berkilau.

"Kalian tega mengorbankan nyawa orang-orang yang tak berdosa demi ambisi kalian?" tanya Indra.

"Mereka adalah variabel dalam sebuah persamaan yang harus dikorbankan demi mencapai tujuan yang lebih besar." ucap Fahrih dengan dingin.

"Kalian sudah kehilangan kemanusiaan!" kata Rakal dengan penuh kebencian.

"Kemanusiaan? Itu hanya ilusi yang menghalangi kemajuan," balas Fahrih dengan tegas.

"Kemajuan macam apa yang dibangun di atas tumpukan tulang belulang?" sahut Rakal dengan keras.

"Cukup. Aku tidak punya waktu untuk berdebat dengan kalian." kata Fahrih dengan senyum jahat.

Dia kemudian mengeluarkan salah satu tentakelnya dan menekan sebuah tombol. Alarm berbunyi dan pintu-pintu laboratorium terkunci. Para ilmuwan berhenti dari pekerjaan mereka. Mereka semua mengeluarkan pistol dari saku.

Dua Arus Sang PenghakimTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang