1. AWAL YANG TIDAK BAIK

248 183 104
                                    

Haiiiii ketemu lagi sama akuuu, semoga sukaaaa

SELAMAT MEMBACA


Di tengah gemerlap pagi yang mengawali semester dua, Jeefanya merentangkan langkahnya dengan hati yang penuh keraguan. Kabut kelabu menyelimuti sekolah, mencerminkan perasaannya yang berkabut oleh beban tugas dan tekanan masalah lainnya.

Semangat awal yang berkobar di semester satu seakan pudar oleh matahari pagi yang enggan bersinar terang. Kurikulum yang semakin kompleks membuatnya berjongkok di bawah beban pengetahuan yang lebih mendalam. Mata pelajaran yang tadinya hanya sebatas pengenalan, kini menjadi labirin rumit yang harus diarungi.

Persaingan di antara rekan-rekannya terasa semakin ketat. Ruang kelas yang sebelumnya penuh tawa dan cerita, kini dibanjiri oleh aura serius dan keinginan untuk mencapai prestasi. Jeefanya merasa dirinya berada di antara deretan huruf dan angka yang mencerminkan nilai dan ekspektasi, terlepas dari siapa dirinya sebenarnya.

Namun, bukan hanya beban hidup yang merayapi pikirannya. Dinamika sosial di sekolah nya juga menciptakan riak-riak kekhawatiran. Hubungan dengan teman-temannya bergulir dalam lanskap yang berubah, seperti arah angin yang tak bisa diprediksi. Jeefanya merasa sendirian di tengah keramaian, mencari kepastian di antara pergumulan sosial yang melibatkan hati dan perasaan.

Namun, di balik awan kelam itu, ada cahaya kecil yang mulai menerangi langit Jeefanya. Dukungan dari teman-temannya yang memahami tentangnya.

Jeffanya masuk ke dalam kelas dengan senyum yang sedikit dipaksakan, namun senyumnya memudar ketika mendengar perkataan temannya, Celine. "Waktu itu Jeffanya ngomong sama gue, dia pengen banget punya pacar yang ganteng, padahal kalo ada yang suka ya tinggal jadian aja, kenapa harus pilih pilih si jeef? "

Wajah Jeffanya langsung berubah menjadi kesal, merasa bahwa Celine tidak seharusnya menyebarkan informasi pribadi seperti itu. Jeffanya kemudian mendekati Celine dengan ekspresi ketusnya, "cel, kenapa lo nyebut-nyebut hal pribadi gue kayak gitu? Gue gak pernah ngomongin itu sama lo!"

Celine hanya tersenyum sinis, "Ah, santai aja, Jeff. Gue kan cuma berbagi info aja. Lagian, semua orang di sini juga penasaran kok!"

Jeffanya merasa kesal dan bertanya kepada teman-temannya, "Kalian percaya sama omongan Celine? Gue gak pernah ngomong gitu!"

Jeffanya mencoba menjelaskan lagi, "Gue gak ngerti kenapa Celine ngomong gitu ke kalian semua."

"Santai aja, Jeef. Kan cuma bercanda. Lagian, ngapain lo serius banget?" Celine dengan seringainya berucap.

Jeefanya, meskipun kesal, mencoba untuk tetap tenang dan segera duduk di kursi nya.

Antariksa masuk ke kelas bersama teman teman nya, Bumi dan Cakrawala. Teman temannya yang lain? entahlah mereka belum datang ke sekolah. Hanya mereka bertiga yang sering pagi pagi datang ke sekolah.

Antariksa masuk dengan senyum yang ramah dan pakaian yang rapi. Teman nya—Bumi Aksara Wijaya dengan plastik gorengan ditangannya menebar senyum yang membuat cewek tergila-gila. maklum si tukang nebar pesona.

Satu lagi—Cakrawala kavindra baskara dengan wajah jutek nya mengabaikan sapaan dari teman sekelas nya. Jutek jutek gitu juga incaran adik kelas.

"pagi pagi udah cemberut aja, padahal kan baru masuk sekolah." sapa Antariksa sambil berjalan menghampiri Jeefanya yang tengah duduk di kursinya. Antariksa adalah teman yang paling peka pada Jeefanya.

"hmm." deheman yang Antariksa dapat. Bahkan Jeefanya tidak melirik Cakrawala sedikitpun. lo kenapa si bie? — pikir Antariksa.

Jeefanya duduk dengan tatapan kosongnya, sepertinya tak tertarik dengan apa yang sedang terjadi di dalam ruangan. Sementara itu, Antariksa, yang biasa memberikan semangat dan kecerahan, tiba-tiba merasa terasing.

Lelaki itu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang