4. MALAM, BRAGA DAN ANTARIKSA

183 158 100
                                    

HALOOO KETEMU LAGI SAMA AKUUUU, ADA YANG NUNGGU???

BAIKLAHH LANGSUNG AJAAA

SELAMAT MEMBACA


Suara bel pulang sekolah bergema di koridor, menyusul langkah-langkah para siswa yang bergegas meninggalkan kelas. Antariksa, dengan senyum ramahnya, melangkah menuju bangku Jeefanya yang duduk sendiri karena mentari, buru buru pulang bersama bintang. Ada keperluan mendadak katanya.

"Bie jadi kan sekarang?" tanya Antariksa sambil tersenyum.Jeefanya yang awalnya tengah sibuk mengemas bukunya, mengangkat wajahnya dan tersenyum.

"iya, jadi." jawab Jeefanya sambil mengangguk setuju. Mereka berdua melangkah keluar dari ruang kelas, senja menyapa mereka. Mereka pulang sekolah sedikit terlambat karena mengambil kelas tambahan.

Antariksa dan Jeefanya berjalan santai di sepanjang koridor sekolah. Jeefanya dan Antariksa tiba di parkiran sekolah dengan senyum di wajah mereka. Antariksa melangkah cepat menuju motor kesayangan, BumBum, sementara Jeefanya bertanya dengan rasa penasaran. "sa, kita mau kemana si?"

Antariksa tersenyum misterius, "Rahasia, Bie! Ikut aja, pasti lo suka." Mereka menaiki BumBum dan meluncur ke jalanan Bandung tanpa tujuan yang jelas. Angin malam bertiup lembut, membawa aroma khas kota tersebut.

Setelah beberapa waktu berkendara, BumBum berhenti di Braga, sebuah tempat bersejarah yang terkenal di Bandung. Jeefanya tercengang melihat keramaian dan keindahan arsitektur di sekitar. "Braga?"

Antariksa tersenyum lebar, "Gue pengen ngerasain gimana rasanya malam malam di Braga, sama orang yang spesial kayak lo." Mereka berjalan-jalan, menikmati kafe yang vintage, melihat seni jalanan, dan merasakan kehidupan malam yang penuh warna.

"maksudnya?." pertanyaan itu tidak di jawab oleh antariksa. Jeefanya hanya tersenyum kikuk.

*****

Bagaikan lukisan abstrak di atas kanvas langit Bandung, malam itu memaparkan cerita yang penuh warna di sepanjang jalan Braga

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.


Bagaikan lukisan abstrak di atas kanvas langit Bandung, malam itu memaparkan cerita yang penuh warna di sepanjang jalan Braga.

Di bawah sinar bulan yang berseri, mereka memutuskan untuk mengeksplorasi Braga malam itu. Kafe kecil dengan sentuhan vintage menarik perhatian mereka. Di dalamnya, cahaya lilin menciptakan siluet yang romantis, memancarkan kehangatan di antara dinding-dinding bersejarah.

Mereka duduk di meja kayu yang diterangi oleh cahaya lembut. Kopi yang harum mengisi udara seiring dengan obrolan yang saling melibatkan. Antariksa membagikan kisahnya, setiap kata disampaikan dengan penuh emosi. Jeefanya mendengarkan, matanya penuh dengan kekaguman.

"langit nya malam ini cantik ya."

"tapi lebih cantik cewe di samping gue si." lanjut Antariksa dengan senyum manis nya. Jeefanya hanya bisa menyembunyikan malu nya dengan menahan senyumnya. Detak jantungnya berdetak kencang saat mendengar suara Antariksa yang memujinya.

Lelaki itu Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang