ketemu lagi dengan Sadam dan Thalia, enjoy^^
***
Seiring dengan perkembangan karir Sadam, berbagai capaian prestasi telah diraih oleh pria itu, salah satunya adalah solo konser perdana. Sebuah solo konser tentu menjadi pencapaian yang sangat berkesan bagi seorang penyanyi, termasuk juga untuk Sadam, ini menjadi salah satu tolok ukur kesuksesannya.
Banyak hal yang perlu Sadam persiapkan untuk solo konser. Venue, kostum, band, lagu, dan tentu saja dirinya sendiri. Persiapan konser ini juga menghabiskan banyak waktu dan tenaga laki-laki itu. Perencanaan konser ini sendiri telah dimulai satu tahun sebelumnya, dan semakin mendekati hari-H konser, Sadam semakin sibuk.
Satu bulan menjelang konser, kegiatan Sadam untuk mempersiapkannya semakin padat. Hal ini membuat laki-laki itu tidak bisa pulang ke rumah dan bertemu keluarga kecilnya. Tidak hanya Sadam, Thalia juga disibukkan jadwal koas di rumah sakit. Kewajiban koas dengan jadwal penuh membuat wanita itu juga jarang ada di rumah.
Satu bulan tidak ada komunikasi. Satu bulan tidak ada pertemuan. Ini menyebabkan hubungan mereka semakin berjarak.
Lima hari sebelum konser, Sadam sempatkan untuk pulang ke rumah, ia merindukan putri kecilnya. Saat itu sudah larut malam, tentu saja Aluna telah tertidur. Sedangkan Thalia, Sadam tidak tau apakah istrinya itu berada di rumah atau tidak, kata asisten rumah tangga mereka, Thalia sibuk di rumah sakit selama koas, sehingga membuat wanita itu jarang berada di rumah.
Ketika membuka pintu, Sadam mendapati Thalia yang tertidur di sofa ruang tamu. Istrinya masih menggunakan pakaian formal, kemeja dan celana kain, tasnya juga tergeletak di lantai, tampaknya baru saja pulang. Menurut Sadam, Thalia adalah orang yang tertib, setiap pulang dari luar dia selalu meletakkan sepatu dan tas di tempat. Tampaknya wanita ini benar-benar kelelahan.
Mendekat di samping Thalia, Sadam memperhatikan wajah wanita itu terlihat pucat, tidak ada perona bibir, rambutnya juga dikuncir berantakan. Sadam kemudian mengusap lengan Thalia untuk membangunkannya, agar pindah ke dalam kamar.
"Thalia bangun, pindah ke kamar sana." butuh beberapa kali panggilan untuk membangunkan wanita itu. Thalia mengerjapkan matanya, berusaha mengenali sosok yang ada di hadapannya. Begitu menyadari bahwa itu adalah suaminya, Thalia bangun dari posisi tidurnya, berganti duduk.
"Kamu pulang?" Sadam mengangguk kemudian duduk di sebelah Thalia.
"Kamu kenapa tidur di sini? Baru pulang?"
"Ketiduran, ngantuk banget, udah pulang dua jam-an." jawab Thalia sambil melirik jam tangan yang masih terpasang, "Kamu kok pulang, bukannya lagi sibuk-sibuknya?"
"Lagi senggang, boleh pulang sama Galih." sebenarnya Galih hanya mengetahui bahwa ia pulang ke apartemen seperti biasa, tidak tau bahwa Sadam pulang ke rumah.
Keputusan pulang ke rumah muncul tiba-tiba saat di perjalanan. Jika tau, manajernya itu akan mengomel, bukan melarang tapi akan memaksa untuk mengantarnya. Katanya berisiko bagi Sadam berkendara sendiri di saat larut malam, apalagi seharian ini ia lelah setelah latihan. Alasan yang menurut Sadam berlebihan, seolah jarak pulang ke rumahnya sejauh Jakarta Surabaya.
"Udah makan?" pertanyaan yang meluncur dari Sadam membuat Namira mengingat-ngingat kapan terakhir ia makan, yaitu sarapan yang lebih cocok disebut brunch, karena sudah menjelang jam makan siang, wanita itu kemudian menjawab Sadam dengan gelengan, "Cari makan yuk!"
"Jam segini?"
"Masih banyak yang buka, ayo!" mendengar ajakan Sadam membuat Thalia merasakan lapar, sehingga menuruti laki-laki itu. Kalaupun ia makan di rumah mungkin hanya akan memasak mie instan.
***
Menempuh perjalanan lima belas menit, mengantarkan mereka pada sebuah wilayah tempat berkumpulnya para penjual makanan, dan masih ramai meskipun hampir tengah malam.
"Kita makan di sini?" tanya Thalia ketika Sadam memarkirkan mobilnya dan dijawab anggukan oleh Sadam, "jangan ngawur, banyak orang gini, bungkus aja lah."
"Gak enak nanti keburu dingin, makan di mobil aja, kamu mau makan apa?"
"Kamu yang turun beli?" Sadam mengangguk, "Jangan, biar aku aja." tentu keberadaan Sadam tentunya akan memancing perhatian orang-orang, dan untuk menghindari itu, Thalia menawarkan diri.
"Apa yaa... aku mau sate ayam, gak usah pakai lontong." Namira kemudian mengangguk dan turun dari mobil, namun baru beberapa langkah wanita itu kembali.
"Kenapa?"
"Aku lupa gak bawa dompet, minta uang..." Thalia mengatungkan satu tangannya pada Sadam, terlihat seperti anak kecil yang minta duit kepada ayahnya, memancing tawa kecil keluar dari sang suami. Sadam kemudian mengeluarkan satu lembar uang seratus ribu. Hanya itu yang tersisa di dompet Sadam, biasanya Galih yang akan membayarkan jika ia beli sesuatu, sehingga tidak ada uang tunai di dompetnya.
Menunggu hampir setengah jam, Sadam mendapati Thalia berjalan ke arah mobil mereka sambil membawa makanan di kedua tangannya, sehingga laki-laki membukakan pintu dari dalam. Satu porsi sate ayam dan satu porsi nasi goreng tanpa kecap. Sadam tau Thalia tidak terlalu suka kecap, selera makanan yang menurun kepada Aluna.
Mereka kemudian menikmati makan malam yang sudah sangat lewat dari jamnya. Di tengah-tengah suapan, Sadam menyodorkan satu tusuk sate di depan mulut Thalia, yang kemudian diterima olehnya.
Thalia ikut membagikan suapan nasi goreng miliknya kepada Sadam, yang berujung laki-laki itu nambah jadi tiga suap.
Suatu hal romantis yang sangat umum bagi pasangan, namun jarang terjadi pada mereka, bahkan dapat dihitung dengan jari.
***
Sadam dan Thalia kembali pulang ke rumah saat waktu menunjukkan lewat tengah malam. Begitu sampai mereka bergegas untuk membersihkan diri.Sadam memasuki kamar Aluna, melepas rindu pada putrinya. Ia usap punggung kecil itu, kemudian memberikan kecupan kepala dan pipinya. Aroma bayi yang memenangkan bagi Sadam, menghilangkan rasa lelah yang hinggap padanya.
Selesai melepas rindu pada Aluna, Sadam kembali ke kamarnya dan Thalia. Ia mendapati sang istri tengah membaca buku. Sadam melangkah pada laci di kamar, lalu mengambil sesuatu, dan menyodorkannya pada Thalia.
Sebuah lanyard bertuliskan 'VVIP' berada di tangan Sadam. Merupakan tanda bagi pemegang tiket VVIP untuk konser laki-laki itu nanti. Jenis tiket yang paling istimewa, yang bahkan punya akses untuk ke backstage.
"Aku kan udah bilang, belum tentu bisa datang..."
"Belum tentu bisa datang itu... masih ada kemungkinan untuk datang, jadi sampai nanti hari-h konser, bahkan selama konser belum selesai, kursi itu masih punya kamu."
Sadam sudah lama berbagi tentang rencana konsernya kepada Thalia, bulan lalu ia memberitahu tanggal konser tersebut diadakan. Ia kemudian meminta Thalia untuk datang ke konsernya. Namun Thalia menjawab belum tentu bisa datang, karena jadwal koasnya, maka ia tidak bisa berjanji akan datang.
"Ini konser pertama aku, aku berharap banget kamu datang, tapi aku gak maksa, karena kamu ada kewajiban koas, tapi tolong diusahain ya mami..." Sadam memohon kepada Thalia saat itu, tetapi belum diberikan jawaban.
"Pokoknya ini kamu bawa dulu, urusan bisa atau enggaknya pikirin nanti dulu." Sadam meraih tangan Thalia, membuka telapaknya dan menaruh lanyard VVIP tadi di sana.
"Sekarang ayo istirahat, udah malam banget." Sadam mematikan lampu kamar dan ganti menyalakan lampu kecil di meja.
***
terima kasih telah membaca<3

KAMU SEDANG MEMBACA
DISTANCE
ChickLitThalia harus menutupi pernikahannya dengan Sadam dari publik karena laki-laki itu adalah seorang artis terkenal. Menurut Thalia pernikahan mereka tidak seperti pasangan lain. Mereka tidak bermusuhan, juga tidak saling membenci. Hanya saja Thalia m...