Chapter 3 🫂

28 6 0
                                    

"Liam Archandra"

Bab 3
'Maafkan aku, Tsania

Siang saat itu, Tsania menginap di rumah ayah bundanya bersama anak pertama nya selama beberapa minggu sampai Abimana dapat ber taubat.

Sementara Abimana, ia hanya menangis.

Air mata nya seperti air terjun, setiap detik mengalir tanpa henti.

Bagaimana Abimana tidak menangis? Ia baru saja membentak istrinya dan sampai memukul istrinya yang sudah jelas Tsania tidak mempunyai salah apa apa.

Ia baru menyadari kesalahannya disaat sudah 2 bulan berselingkuh dengan cabe rawit mwehehe.

Setelah dipikirkan Abimana dengan keras, lantas ia berjalan cepat mengambil handphone nya yang tertinggal di laci ruang tamu tadi.

Abimana mengambil handphone nya , duduk di sofa ruang tamu, dan nge chat si cabe rawit itu.

Izin gapake ifake dulu yaa, kemaren sengaja gegara memo penuh.

Babe ❤

Putus!
13.40

Eh sayang?
Kenapa mau putus?
Aku ada salah apa sama kamu?
13.42

Jelas lu ada salah, pake nanya
Jangan panggil gw 'sayang'
Jijik
13.43

Ewh..
Siapa juga yang mau manggil lu kek gitu
Gw juga jijik
13.44

Gw-lu..?
13.44

Sebenarnya gw pacaran ama lu cuma mau harta nya doang uppss
Maaf ya
Gue juga udah punya pacar yang lebih daripada lu!
13.45

/you blocked this contact

Lantas setelah membaca ketikan dari si cabe rawit.

Sangat.. Ia sangat merasa bersalah kepada sang istri.

Tsania adalah perempuan yang hatinya selembut kapas, kesabaran nya melebihi semua tugas tugas kantor nya.

Tsania juga hanya memiliki tubuh yang tidak terlalu kurus, jadi Tsania pasti kesusahan dalam mengasuh Altair, anak pertama mereka.

Abimana menangis sejadi-jadinya, ia ingin meminta maaf dengan Tsania.

Tetapi.. Semua akun sosial media nya Abimana diblokir oleh Tsania.

Sementara Abimana tidak boleh mengunjungi Tsania selama beberapa minggu.

Abimana menyesal, menangis, meminta maaf kepada Tsania, dan menyalahkan diri sendiri.

Tidak tahu, waktu begitu cepat.

Abimana melihat jam berwarna biru muda di dinding menunjukkan pukul tiga kurang 15 menit.

Ia ingat, ia ada janji dengan ayahnya Tsania, begitu juga dengan ayahnya.

Abimana berjalan pelan menuju tempat penaruhan handuk dan mengambil handuk tersebut lalu berjalan kembali menuju kamar mandi.

Sebenarnya ia malas mandi karena tubuhnya yang lemas karena daritadi menangis selama beberapa jam, ia hanya mencuci muka dan menggosok gigi.

•' Liam Archandra '•Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang