Liam Archandra
Bab 9
"Ulang tahun Liam"Jakarta, 2 Januari 2015.
Hari ini, tepat ulang tahun putra kedua Tsania.
Dia ingin, di ulang tahun anaknya ini, dapat menjadi kebahagiaan yang amat bahagia.
Alhasil, ia bangun jam 4 pagi walau dalam keadaan kurang fit untuk membuat kue ulang tahun, merencanakan, dan membeli hadiah dengan cepat, agar sekiranya saat Liam pulang dari sekolah, lelahnya langsung hilang seketika.
Tsania sudah membicarakan ini kepada ayah bunda nya untuk merencanakan perayaan ulang tahun putra nya.
Tsania akan diam diam datang ke rumah miliknya yang ditepati oleh Abimana untuk membuat kue, sementara ayah bundanya mengurus kedua cucu laki lakinya.
Dia sudah diberi tahu dengan ayah nya untuk tidak kesana tetapi ia menolak, ia memaksa untuk datang ke rumah miliknya walaupun ada Abimana.
Ayah dan bundanya sudah menyuruh Tsania berhati-hati akan suaminya. Mereka berdua takut anak tengahnya akan dipukuli serta dihajar oleh Abimana.
Jam setengah enam pun tiba, Tsania segera pamit dengan membawa peralatan membuat kue ditangannya yang ditaruh di sebuah plastik merah. Ia akan memasukkan bahan tersebut ke dalam bagasi mobil.
"Ayahh bundaa, aku pamit yaa!!" seru Tsania mengklakson sebelum menjalankan mobilnya.
"Kalau ada apa apa hubungi ayah atau bunda, ya, nak!" balas bundanya penuh perasaan khawatir.
"Iyaa bundaa, ayah, aku pamit dulu" pamit Tsania kembali kepada Ayahnya dengan memberikan senyuman yang manis.
"Iya, hati hati ya, nak"
Tsania menjawab dengan cara mengangguk, ia segera menjalankan mobilnya dan mengklakson sebagai tanda pamit kembali.
/sampai dirumah miliknya.
Suara mobil Tsania terdengar dari ruang tamu yang diisi oleh 2 manusia, yaitu Abimana dan Bulan.
Abimana santai santai saja, ia berfikir itu hanya tetangga yang ingin memarkirkan mobil didepan rumah.
Tsania segera membuka pintu mobil nya, membuka bagasi mobil, dan mengambil beberapa plastik dan totebag yang berisi bahan bahan untuk membuat kue, lalu menutup kembali keduanya.
Saat Tsania membuka pintu yang tidak dikunci.. Disitulah ia sadar bahwa..
Suaminya sedang asyik bermesraan dengan cara suap-suapan makanan dengan sahabat sejati nya, Bulan.
Abimana tersadar, bahwa yang masuk adalah istrinya, atau biasanya ia sebut mantan istrinya, walau belum sempat cerai.
Tsania berdiam sementara sembari menahan air mata dengan cara mengedipkan mata cepat agar air mata nya tidak terjatuh di pipinya.
Bersikap seolah tak peduli kondisi yang ada didepan nya, ia segera berjalan cepat menuju dapur dan menaruh plastik dan totebag nya diatas meja.
Abimana yang melihat itu sontak geram, mengernyitkan keningnya pertanda heran. Tetapi ia tak terlalu memperdulikan wanita cantik yang berjalan didepan nya.
Percayalah, Tsania itu cantik nya pakai banget, dia juga baik dan tulus, mudah mengapresiasi, ringan tangan, layaknya paket lengkap di dirinya, beruntung sekali yang mendapatkan perempuan seperti Tsania.
Sayangnya, kekurangan Tsania berada di tangisan. Ya, ia tak bisa menahan air mata disaat ia merasa terharu atau sedih. Seolah-olah mata menyuruh air yang berada di matanya agar segera turun membanjiri pipi gembul nya.
KAMU SEDANG MEMBACA
•' Liam Archandra '•
General Fiction"Ibu, Liam cape, Liam lelah, Liam cuma punya abang sama ibu sekarang.. Kapan ibu akan kembali?, katanya mau dibeliin peralatan sekolah?"