7. Another Threats

132 10 0
                                    

"Nona Alexander?" Ucap seseorang, yang membuat Freya yang tengah berjalan pun terhenti, dan langsung menoleh. 'Sekarang apalagi?' Batinnya, begitu dirinya mendapati seseorang berstyle-lan rapih dihadapannya, dengan pandangan jengah. Kenapa seharian ini dia tidak bisa tenang? Harusan malam ini ia pergi ke sungai Han untuk menjernihkan pikirannya.

"Siapa? Suruhan tuan Luciano?" Terkanya. Siapa lagi yang berani mengganggu dirinya dan juga waktunya kalau bukan dari keluarga Luciano yang telah ia rusuhkan?

"Bisakah kau mengikut kami?" Tanya orang itu dengan sopan.

Dengan decakan kasar, Freya langsung menyetujui permintaan pria itu. Dimasukkan dirinya dipintu penumpang belakang, lalu pria itu masuk kedalam kursi kemudi dan menjalankan mobilnya menuju suatu tempat.

Disepanjang jalanan, ia lebih memilih untuk tidur. Kenapa ia tidak takut kalau orang ini macam-macam dengannya? Tentu tidak! Teman mungilnya itu akan mudah menemukannya kalau dirinya tidak pulang, karena didalam tubuhnya itu ada sebuah gps kecil rancangan temannya, yang dimasukkan kedalam tubuh mereka bertiga, gunanya untuk berjaga-jaga kalau mereka tidak kembali selama 1 hari tanpa kabar, dan gps itu juga hanya bisa dilacak oleh laptop dan web khusus yang dibuat oleh teman mungilnya.

Jadi, diselama perjalanan ia lebih memilih untuk tidur, dan tak selama lama dirinya dibangunkan oleh pria berjas itu, dan membuat ia terpaksa membuka matanya dan merenganggkan tubuhnya.

Ditatap sekelilingnya, sebelum dirimya memutuskan untuk keluar dari mobil. 'Seperti istana' batinnya, begitu melihat rumah. Ah ralat, mansion di hadapannya ini.

"Ayo nona." Ucap Pria itu, yang langsung mempersilahkan dirinya untuk masuk.

Lantas Freya mengangguk, lalu mengikuti langkah pria itu. Sampai didalam, dirinya ini dibuat kagum lagi akan kebesaran serta kemewahan kediaman Luciano ini.

Dibawa lah dirinya kedalam ruang tamu, yang terpampang pandangan kota Seoul. "Silahkan duduk dahulu, Nona Alexander." Ujar pria itu, yang langsung meninggalkan dirinya sendiri.

Sementara ia sendiri duduk disalah satu Sofa yang terlihat mewah. Sepertinya keluarga Luciano ini sangat menyukai nuansa black and white.

Ia juga langsung mengedarkan pandangannya menatap sekitar, sebelum akhirnya ia mengeluarkan ponselnya. Ia mengirimkan kode kepada teman mungilnya, agar teman mungilnya itu bisa meretas cctv kediaman Luciano ini.

Tak butuh waktu lama, teman mungilnya langsung membalas kode yang ia berikan, dan menyuruh dirinya agar menaruh perangkat peretas buatan temannya itu, agar memudahkan teman mungilnya ini untuk meretas sistem keamanan cctv kediaman Luciano.

Baru saja ia ingin beranjak dari duduknya, ingin menaruh sebuah benda kecil untuk ditaruh dicctv sesuai perintah teman mungilnya, Pria tadi datang dan menyuruh dirinya untuk mengikutinya. Dengan terpaksa ia harus mengurungkan niatnya dulu, dan mengikuti langkah pria itu dari belakang.

Disepanjang perjalanan, ia terus mengedarkan pandangannya, menatap setiap inci ruangan, dan setiap cctv dan menghitung berapa banyak cctv yang ada. Ternyata ruangan dan cctv dikediaman Luciano ini sangat banyak.

Sampai dipintu ruangan, Pria itu mengetuk pintunya sebelum masuk dan dibukakan pintunya oleh maid. Dituntunlah dia menuju meja makan, dimana disitu sudah ada sang kepala keluarga, selaku ayah dari kedua anaknya, istrinya, dan juga sudah ada kedua anaknya yang sedang makan malam bersama.

"Tuan, Nona sudah datang." Bisik Maid, di samping telinga sang kepala keluarga, Tuannya.

Sang kepala yang mendengarnya pun langsung tersenyum, lalu mengelap mulutnya. "Tamu kita sudah datang." Ucapnya, seraya menatap wanita yang lebih muda yang ada dihadapannya.

OUR MISSION - JENRINA, JAEMINJEONG, RENNING, HAESELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang