3. Never Affraid

189 15 0
                                    

"Jadi, bagaimana?" Tanya salah satu orang dengan berpakaian rapih, kepada seorang wanita bernama Freya Alexander.

Freya langsung menautkan kedua alisnya, begitu mendengar pertanyaan yang lebih tepatnya sebuah tawaran. "Kau pikir aku akan mau bekerjasama dengan dirimu?" Tanya balik yang ia berikan, yang tentu saja menolak tawaran dua orang yang ada dihadapannya ini. Satu perempuan dan satu laki-laki.

"Kenapa tidak? Aku menawarkan semua yang kau butuhkan." Ujar Pria itu, yang sangat bingung kenapa wanita ini menolak dirinya.

"Kau pikir aku miskin? Aku tidak butuh semua tawaranmu." Balas Freya, yang enggan untuk terikat dengan siapapun.

"Benarkah? Kau tidak punya pilihan lain, Nona Alexander. Kerjasama lah dengan diriku, atau semua rahasia milikmu akan terbongkar." Ancam pria itu.

Freya yang mendengarnya pun langsung menautkan kedua alisnya, merasa lucu akan ucapan yang di lontarkan pria ini. "Kau mengancam diriku?" Tanyanya, yang tidak menyangka kalau dirinya di ancam oleh pria yang menurutnya tidak sebanding dengan dirinya.

Pria itu mengedihkan bahunya acuh. "Menurutmu?" Tanya balik pria itu.

Dan lagi-lagi Freya tersenyum, lalu terkekeh. "Kau? Pria semacam dirimu mengancam aku? Seorang Freya Alexander, Oh Gosh?!" Tanyanya lagi, yang benar-benar tak percaya akan perkataan pria yang ada dihadapannya.

"Pilihlah, Nona Alexander. Waktumu tidak banyak." Ujar Pria itu, tak mengidahkan pertanyaan wanita yang ada di hadapannya inu.

Bukannya menjawab, Freya malah merapikan bajunya. "Kau tau aku tidak suka bekerjasama, bukan?" Ujarnya, memperingatkan kembali.

Pria itu mengangguk paham. Ia sangat paham akan karakter wanita yang ada di hadapannya ini. "Aku tau. Tapi kau tak punya pilihan." Ujar Pria itu.

Freya langsung menunjuk dirinya. "Aku? Tak punya pilihan?!" Entah kenapa kali ini dirinya banyak melontarkan kalimat pertanyaan, akan pernyataan pria yang ada dihadapannya ini.

Pria itu mengangguk. "Iya. Jadi, cepatlah tanda tangan ini! Aku tidak suka bermain-main!" Titah pria itu memaksa wanita yang ada dihadapannya ini.

Dan Freya langsung mengerutkan bibirnya. Mengecek jam yang bertengger ditangan kirinya. "Ah, padahal aku masih ingin bermain-main dengan pria idiot seperti dirimu." Balasnya dengan nada dan wajah datarnya, mengancam dan tak bersahabat.

"Siapa?! Aku?! Idiot?!" Geram pria itu marah, begitu mendengar kalimat yang merendahkan dirinya.

Tanpa ragu, Freya menganggukkan kepalanya, lalu mengeluarkan sebuah amplop yang ia siapkan sedaritadi. "Kau pikir, kau bisa mengancam diriku, Tuan Kim?!" Ejeknya.

"Bagaimana kalau aku membongkar semua tindakan korupsi, perdangan ilegal dan hal lainnya kepada awak media? Sepertinya akan seru, Menteri perdagangan seperti dirimu ini melakukan tindakan korupsi, perdagangan ilegal prostitusi, dan perselingkuhan kepada aktirs muda nan cantik. Ah! Sepertinya sangat menyenangkan melihat trending berita seperti itu." Sambungnya, dengan senyum pongah penuh bangganya.

Tuan Kim yang mendengarnya pun langsung menggeram kesal menahan amarah. "Kau mengancamku?!" Tanya baliknya, yang tidak percaya kalau dirinya di ancam oleh seorang wanita.

Freya yang mendengarnya pun langsung mengedihkan bahunya acuh. "Ah, sepertinya bukan aku yang tidak mempunyai pilihan. Tetapi kau." Balasnya.

"Ah! Seperti yang kau katakan tadi, bahwa kau ini tidak ingin bermain-main! Jadi, aku ingatkan sekali lagi kepada dirimu! Jangan pernah mengancam diriku?! Aku tidak pernah bermain-main pada orang yang mengancam diriku." Tambahnya, sebelum akhirnya dia pergi meninggalkan pria itu.

OUR MISSION - JENRINA, JAEMINJEONG, RENNING, HAESELLETempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang