Mata Rena berkedip beberapa kali untuk menyesuaikan mentari pagi yang menyelinap melalui jendela kamarnya.
Perlahan ia mengangkat tubuhnya dan duduk beberapa saat untuk mengumpulkan kesadarannya. Untuk sesaat ia terkejut sebelum akhirnya ia menghela napas. Ia lupa kalau sekarang ia tinggal bersama Damien.
Rena beranjak dari tempat tidurnya. Ia berjalan lungai ke arah dapur. Menemukan Damien yang tengah duduk di kursi meja makan sambil membaca koran.
"Sudah bangun?" Damien menyapa saat Rena duduk di depan pria itu.
"Uhum." Rena bergumam sambil meraih beberapa lembar roti dan selai cokelat.
"Aku akan pergi ke kantor hari ini."
"Kantor?" Tanya Rena. "Kau masih pergi ke kantor padahal punya hotel?"
Damien tersenyum tipis.
"Selain menyukaimu, aku juga sangat menyukai uang, princess. Apa yang aku dapatkan dari gedung ini tidak akan memuaskan mataku."
Rena mendengus. "Sombong"
"Oh ya. Pastikan kau datang ke kantorku siang ini."
Alis Rena terangkat mendengar pernyataan itu. "Hah??? Kenapa aku harus kesana?"
Damien melipat korannya dan meletakkannya di atas meja. Bukannya menjawab, ia justru berdiri dan berjalan ke arah Rena. Pria itu berdiri di belakang kursinya.
Tubuh Damien yang tinggi dan besar membungkuk untuk menyamakan tingginya dengan Rena. Tangan kanannya terulur untuk menyentuh dan meremas payudara kiri Rena. Sedangkan tangan kirinya mengelus lembut paha Rena.
Tubuh Rena menegang sebagai antisipasi. Reflek ia menjatuhkan rotinya ke atas meja dan dengan cepat mencoba menahan tangan Damien.
"Aku dengar.... Kau akan segera memulai internship mu. Dan aku telah berbaik hati kepada ayahmu dengan mengatakan kalau kau boleh melakukannya di perusahaan ku, Princess"
Tubuh Rena tersentak karena bisikan itu.
"Sakit... " Rena merintih pelan saat remasan Damien semakin kasar di dada nya.
Mendengar itu Damien tersenyum tipis. Ia menjilat bibirnya sendiri menatap Rena yang berusaha menjauhkan tangannya dengan pipis bersemu merah.
"Tahan, sayang. Aku ingin membuat Payudaramu membesar. Karena itu lah aku selalu menyentuhnya dan meremas nya seperti ini."
Pada saat itu Rena ingin rasanya menonjok wajah Damien. Bagaimana bisa pria itu berbicara dengan nada seolah-olah tengah menenangkan dan membujuk anak kecil.
"Cukup Damien. Aku tidak mau Payudaraku membesar!" Rena mencoba berbicara dengan ketus.
Bukannya berhenti, Damien justru menggunakan tangan kirinya untuk ikut meremas payudara Rena.
"Dam.... Damien cukup... Berhenti.. Ini sakit..." Rena mulai merengek. Bukan karena apa-apa. Tapi si brengsek Damien tidak bisa lembut. Pria itu justru meremas payudaranya dengan kasar hingga menimbulkan rasa ngilu.
"Pastikan kau datang siang ini, sayang. Jika tidak, aku pasti akan memberitahu ayahmu jika kamu menolak untuk melakukan internship di tempatku. Kau pasti tau apa yang akan terjadi jika aku melakukan itu." Damien berbicara sambil menarik dirinya.
Rena sendiri menarik napas dalam-dalam seusai sentuhan itu.
"Kau baru saja mengancam ku?" Rena bangkit menghadap Damien.
"Terserah kau menganggapnya apa. Karena aku tidak akan mempermasalahkan itu, princess. Meskipun kau mempunyai mobil, tapi nanti kau akan di antar oleh supirku karena kau belum tahu dimana kantorku. Turunlah ke bawah dan tanyakan pada resepsionis. Katakan kau di suruh olehku. "
KAMU SEDANG MEMBACA
Beg Me 21+
Romance21+ Area!!!! Rena tidak pernah menyangka bahwa keputusannya untuk pergi ke club malam membuatnya di tarik paksa oleh seorang pria yang menuntut Rena untuk menjadi submissive nya. . . . "Open your mouth" Suara bisik bernada rendah itu memenuhi in...