11. BM|| Sidestory Of Naya

2.7K 40 2
                                    

Aku bingung gimana mau kasih peringatannya. Pokoknya di chapter kali ini ada scene di mana salah satu karakter ML sama IBLIS yang mungkin scene ini mengganggu sebagian orang. Jadi skip aja kalau ke trigerrrr

Rena merasakan geli pada lidahnya saat Damien memberinya ciuman yang cukup intim.

"Ingat apa yang aku katakan padamu, princess." Damien bersuara setelah melepaskan ciumannya. "Jangan biarkan siapapun menggoda atau mendekatimu."

Sedangkan gadis itu hanya mendengus dengan wajah cemberut. "Aku mengerti. Sampai nanti."

Rena segera keluar dari dalam mobil Damien. Ketika mobil itu melaju pergi, Rena menarik napas dalam. Membawa kembali dirinya yang dikenal banyak orang. Sosok Rena yang dominan dan tak tersentuh. Namun, siapa sangka jika di balik semua itu Rena memiliki sisi yang hanya di ketahui oleh Damien seorang.

Melangkah menuju kelasnya, pikiran Rena kembali tertuju pada sosok Damien, partner tempat tinggalnya. Rena sendiri tidak tahu dan masih bingung apa status mereka.

Bukannya apa-apa. Hanya saja mereka berdua telah melakukan semuanya. Tinggal bersama, berciuman, bahkan Damien tak segan memanggilnya princess atau sayang. Pria itu mempunyai banyak panggilan sayang untuknya, namun sudah sejauh ini mereka hanyalah dua orang yang tinggal di bawah atap yang sama tanpa status.

Menyebutnya pacar, tidak mungkin karena Damien sendiri tidak pernah mengungkapkan perasaannya pada Rena. Di sebut FWB a.k.a Friends With Benefits juga bukan karena kalau di pikir-pikir Damien bukan temannya.

Ia menggeleng pelan mencoba, mengusir pikiran tidak jelasnya itu.

"Renaaaa!!!!!!"

Mau tidak mau Rena tersenyum mendengar suara melengking itu di belakangnya.

Ia berbalik dan menemukan Naya yang langsung berlari dan memeluknya.

"Aku merindukanmu. Sebulan ini kau benar-benar tidak datang menemuiku." Naya mencibir sambil menarik diri.

Rena yang mendengar itu tersenyum pelan. "Maaf. Aku benar-benar tidak sempat."

Sejenak Rena memperhatikan wajah Naya yang tampak berbeda. Naya tampak lesu dengan mata panda yang coba di tutupi gadis itu menggunakan concealer.

"Naya... Apa kau sakit?"

"Ah... Ketahuan ya." Naya tersenyum kikuk.

"Kau sakit?" Rena menempelkan tangannya di dahi Naya. Namun suhu tubuh Naya cukup normal.

"Aku tidak sakit, Ren." Naya nampak termenung sesaat. "Hanya saja ada beberapa kejadian akhir-akhir ini yang menggangguku."

Rena menyentuh bahu Naya. "Naya... Kau tau aku selalu ada untukmu."

Naya tersenyum lelah mendengar itu. "Siang nanti bisakah kita bicara di atap? Aku tidak tau lagi harus berbicara dengan siapa."

Rena menatap prihatin ke arah sahabatnya itu. "Tentu Naya. Tentu."

Seperti janjinya pada Naya, Rena pergi ke rooftop bersama Naya saat jam makan siang.

Mereka duduk di kursi panjang di tempat yang cukup teduh di sana.

"Baiklah. Tenangkan dirimu dulu, Naya." Rena mengusap lembut punggung Naya untuk memberinya semangat dan rasa nyaman.

Sejenak Naya terdiam dan tampak ragu. Namun akhirnya ia menarik napas dalam-dalam.

"Aku..... Aku tidak tau harus bercerita darimana. Tapi...." Naya kembali terdiam. Masih tampak ragu. Sedangkan Rena dengan sabar menunggu Naya menjelaskan semuanya.

Beg Me 21+Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang