OLIVIA
"Changement"○●○
SORAK DAN TEPUK TANGAN penonton saling bersapa di dalam gedung opera, bersamaan dengan para penari yang sedang mempertunjukkan koreografi mereka dengan indah dan penuh dengan wibawa.
Gema suara musik orkestra langsung juga mendendang di telinga, menciptakan kesan suara dramatis yang membuat pertunjukkan lebih intens dan terlihat lebih profesional.
Seharusnya aku ada di sana, berdiri di bawah sorot lampu dengan sorakan dan teriakan antusias yang membuat lebih percaya diri dari sebelumnya. Bagaimana bisa aku melakukan itu jika salah satu aset terbesar yang ada pada diriku sedang tidak berfungsi dengan sepenuhnya sekarang?
Masih ada banyak penyesalan dan juga amarah di dalam dada semenjak kecelakaan yang menimpaku minggu lalu. Bagaimana tidak, satu-satunya langkah yang harus aku ambil untuk menempuh karirku lebih jauh kini rusak dan tidak berarti apa-apa.
Aku merasa seperti anak kecil yang kehilangan layangan mereka. Aku kehilangan satu-satunya pintu yang terbuka untukku hanya karena seseorang lainnya merasa bahwa aku tidak cukup untuk berdiri di panggung. Kenapa Nico berpikir bahwa aku tidak pantas mendapatkan sorotan lampu utama di atas panggung jika perusahaan berkata bahwa aku merupakan kandidat terbaik sebagai principal?
Kadang aku merasa bahwa pria tersebut sedang mengalami gegar otak atau penyakit kepala lainnya—bukannya aku berharap bahwa ia benar mendapatkan penyakitnya—karena ia terlalu buruk untuk identitas dan imej perusahaan. Aku mengatakannya, sejujurnya.
Bukan ini kali pertama aku mengatakannya. Setelah kecelakaan tersebut terjadi, Bu CEO dan direktur perusahaan berusaha untuk membuat semuanya kembali stabil seperti semula, tapi aku rasa itu tidak dapat terjadi. Kerusakaannya sudah terjadi secara signifikan dan terbentuk selama beberapa bulan terakhir. Aku tidak berharap untuk menjadi partnernya lagi ... pria itu melukaiku secara fisik dan emosional, dan aku tidak akan diam saja.
Binar mataku kembali fokus pada cahaya lampu yang menyeruduk ke bagian belakang panggung, tempat aku berdiri sendiri sambil menunggu Andrea dan yang lain untuk menyelesaikan pertunjukan mereka hari ini.
Dari suara orkestra yang didendangkan di seluruh opera, aku tahu bahwa pertunjukkan sudah mencapai klimaksnya, kini hanya ada ucapan terima kasih dari semua penari yang ikut berpartisipasi dalam pertunjukkan Cinderella tersebut.
Kai, dengan senyum penuh pesona dan gayanya yang bijaksana untuk terakhir kalinya menundukkan kepala terima kasih. Partner tarinya yang juga seorang prima dan principal, Amelia juga melakukan yang sama dengan pria tersebut.
Saat semua soloist dan penari latar lainnya menundukkan kepala sebagai pengucapan terima kasih untuk terakhir kalinya, para penonton bersorak-sorak dengan anggun, kebanyakan orang-orang yang datang untuk menikmati acara balet merupakan turis, influencer, serta beberapa mahasiswa jurusan seni yang sedang melakukan pengamatan mereka.
Satu-persatu penari keluar dari panggung melewatiku, beberapa kali aku menyapa beberapa dari mereka yang aku kenal, melambaikan tangan kiriku sementara mereka menatap lenganku dengan kasihan. Dengan reputasi dingin Nico di perusahaan, aku dapat memahami kenapa mereka menatapku seperti korban yang kasihan, bukan aku satu-satunya orang yang mengkomplain mengenai Nico. Aku yakin berita mengenai kecelakaanku yang disebabkan oleh Nico menyebar ke seluruh perusahaan, karena itu aku mendapatkan tatapan melas mereka.
Mendengkus pasrah, aku kembali menatap ke arah panggung. Andrea ada di barisan terakhir dengan Kai di sisinya. Mereka berdua tidak saling berbicara, tapi mata mereka yang saling mencuri-curi pandang mengatakan semua hal yang perlu aku tahu.
KAMU SEDANG MEMBACA
Accelerate Faster [END]
RomanceBalet adalah napasnya. Setelah keluarganya keluar dari inflasi, Olivia Roberts kembali berusaha untuk mendaki anak tangga di New York Ballet Theater setelah mendapatkan kesempatan untuk melakukan trial principal di perusahaannya. Balapan adalah hidu...