E M P A T

63 6 1
                                    

Annyeong kawan!



Tidak ada yang spesial pagi ini, Aletta datang tepat waktu di sekolah dengan aman sentosa sampai di kelasnya tanpa drama seperti hari kemarin. Walaupun bisikan halus masih terdengar samar layaknya hari kemarin ‘Memang dia benar kembaran Aluna?’ kira-kira seperti itulah sebagian bisikan orang yang memerhatikan Aletta dari mulai pintu gerbang sampai pantat Aletta duduk di kursinya.

Suasana di dalam kelas pun tak jauh beda. Walaupun masih ada yang melirik maupun berbisik samar tentang Aletta tapi kondisi kelas tetap seperti kelas pada umumnya.

Sebelumnya banyak murid yang berasumsi jika Kelas Sebelas IPA 3 akan menjadi medan perang karena si Cassanova bully sekaligus saudara target pembulian selama ini berada pada kelas yang sama.

Tapi ternyata asumsi mereka salah, Gisel terlihat tenang saja. Memang sedari awal Gisel tidak memiliki masalah terhadap Aletta kecuali kejadian gelud di koridor kemarin. Masalah Gisel hanya ada pada Aluna dan bukan pada Aletta walaupun dia masih dendam karena cakaran dan jambakan Aletta kemarin. Tapi teguran dan hukuman dari Barat sang kakak menekan Gisel untuk tidak membuat masalah lebih jauh lagi.

“Kantinnya masih jauh, Yon?” Keluh Aletta pada sosok lelaki tinggi di sampingnya.

“Lima, Lo udah nanya lima kali Le, sabar ngapa!,”

Tengku Riyon Adnan, teman baru Aletta yang ia dapatkan dari pembagian kelompok tugas IPA Bu Astuti. Tak disangka mereka bisa langsung akur pada pertemuan pertama. Sebenarnya Riyon bukan tipikal lelaki yang mudah akrab pada orang baru tapi entah mengapa dia mau-mau saja di ajak bicara maupun mendengar unek-unek Aletta sejak mereka di dalam Laboratorium tadi.

Ya, mereka baru saja selesai melakukan praktikum pelajaran IPA di Laboratorium yang gedungnya berjarak dua gedung dari gedung jurusan IPA. Jadi tak heran jika Aletta terus mengeluh pada Riyon tak kunjung sampai di kantin.

Maklum anak cacing di perut Aletta sudah mulai berdemo apalagi didukung ke-peningan di dalam Laboratorium.

Cukup lama mereka berjalan akhirnya yang ditunggu-tunggu terlihat hilalnya. Kantin Gedung anak IPA. Ramai, sudah pasti. Tapi anehnya suasana didalamnya terasa sunyi walaupun hampir semua meja berpenghuni. Mata Aletta menemukan objek seluruh penghuni Kantin tepatnya pada meja Gisel dan teman-temannya.

Tapi,

Bodoamat dah gue laper,’

Hanya kalimat itu yang terpikir Aletta begitupun Riyon yang juga mengikuti jejak Aletta ke salah satu stand bakso, memang paket mereka.

Brakk!!

Hari tenang rancangan Aletta sepertinya harus terhempas jauh layaknya sepiring nasi goreng yang terlempar jatuh dari meja oleh tangan lentik milik Cassanova Mandala. Siapa lagi jika bukan Gisel, Sang Cucu Pemilik Yayasan.

“Lo gimana sih, ‘kan gue mintanya gak pake sayur. Kenapa lo kasih, bangsat?,” Jangan lupakan raungan disertai umpatan Gisel yang masih terdengar sama seperti hari kemarin.

Ah, seru nih pasti.” Guman Aletta memerhatikan aksi Gisel yang berjarak tiga meja dari tempatnya.

Aletta mulai tertarik pada drama di depannya.

“Ma⎯maaf Gisel aku lupa,” Cicit gadis berkuncir kuda tanpa berani menatap lawan bicara di depannya.
“Halah bacot, paling juga sengaja ‘kan Lo?” Selena, salah satu teman Gisel ikut membentak gadis berkuncir kuda terlihat semakin bergetar ketakutan.

“Ee⎯nggak, aku gak bohong. Kalau gitu kamu tunggu sebentar ya aku pesenin lagi!”

Gadis itu terus berusaha membujuk Gisel, dia juga terlihat berniat memegang pergelangan tangan Gisel untuk meminta maaf namun sebelum tangan itu menyentuhnya Gisel lebih dulu menyiram jus miliknya ke tubuh gadis lemah tadi.

Hai Aletta~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang