T I G A

111 9 0
                                        

Annyeong kawan!




SMA Mandala memiliki lahan yang sangat luas tidak heran jika setiap jurusan memiliki gedung sendiri dan setiap gedung akan memiliki empat lantai, lantai pertama berisi kantin, lantai dua anak kelas sepuluh, lantai tiga anak kelas sebelah dan yang paling atas untuk anak kelas dua belas. Jika setiap tahunnya akan ada sekitar empat ratus siswa dalam satu jurusan bisa dibayangkan berapa ruangan yang dibutuhkan.

Dua jam lebih Aletta habiskan untuk membersihkan diri dan mendengarkan ceramah panjang Bu Rika guru favorit SMA Mandala yang tiada bosan menyampaikan setiap peraturan di SMA Mandala.

Namun itu sebenarnya sia-sia dan tidak berefek pada Aletta. Semua wejangan Bu Rika sampai mulut berbusa tadi hanya lewat telinga kanan lalu say hai sebentar di otaknya kemudian kembali keluar melalui telinga kiri.

Dan di sinilah Aletta sekarang berdiri di kelas Sebelas IPA 3 berbeda dengan Aluna yang ada di kelas Sebelas IPA 1 memang jika soal kapasitas otak Aluna lebih unggul kemana-mana dibandingkan Aletta. Sebenarnya Aletta tak kalah pintar dengan Aluna tapi karena sifat malas Aletta dia jadi sedikit tertinggal pelajaran.

Sedari Aletta menginjakkan kaki di dalam kelas IPA 3 semua orang menatapnya heran jika saja Aletta tadi tidak datang bersama Bu Rika mungkin Aletta akan langsung diusir mengira salah memasuki kelas.

“Ayo perkenalkan nama kamu!” Pinta seorang guru perempuan biasa dipanggil Bu Ambar, Guru Bahasa Indonesia yang baru masuk setelah perbincangan singkat antar Guru dengan Bu Rika di depan kelas.

Sebelum memperkenalkan diri Aletta mengedarkan pandangannya ke setiap sudut kelas melihat siapa saja manusia baru yang akan ada di sekelilingnya mulai sekarang. Pandangan Aletta terhenti pada salah seorang yang menatapnya tajam layaknya musuh perang. Aletta hanya tersenyum culas tanpa menghiraukannya.

“Nama saya Aletta Kairan Maharani kalian bisa panggil Ale. Saya pindahan dari Bandung dan kalian pasti mengenal wajah ini karena kita memang kembar identik,” Aletta menekan pada akhir kalimat seperti menegaskan pada semua orang inget itu baik-baik, jangan salah orang.

“Oke Aletta, silahkan duduk di kursi yang kosong dan kalian buka buku halaman lima puluh!” Instruksi Bu Ambar melihat suasana kelas yang hening sejak awal mungkin mereka masih syok menyadari di kelasnya sekarang ada kembaran dari anak emas SMA Mandala dan target perundungan Sang Cassanova SMA Mandala.

Aletta melangkah ke bangku belakang bagian barisan tengah tepat di belakang manusia yang sejak awal tidak mengalihkan pandangannya dari Aletta.

Belum samapai Aletta di bangkunya ada sebuah kaki menjulur menghalangi jalannya. Bukanya jatuh dan berakhir malu Aletta malah menginjak kaki tersebut kuat-kuat menghiraukan ringisan pelan dari pemilik kaki.

Upss!” Aletta menampilkan raut bersalah namun sebenarnya Aletta menyeringai senang.

“Kenapa Aletta?” Tanya Bu Ambar mendengar lengkuhan Aletta.

“Tidak bu, saya hanya merasa menginjak sesuatu tapi ternyata tidak ada apa-apa,” Aletta menjawab diiringi senyum manis membuat beberapa siswa menatapnya tanpa berkedip, terpesona eh?.

Bu Ambar yang merasa penasaran  meneliti bawah Aletta tepatnya bagian kaki.

“Apa kamu indigo, Aletta?” Tanya Bu Ambar memastikan.

Eh tidak bu, saya hanya merasa menginjak buah cabe bu, eh ternyata cuma perasaan saya saja,” Gurau Aletta memancing tawa renyah penghuni kelas sedang orang yang dikatai Aletta cabe semakin berang ditambah tawa semua orang, baru kali ini dia ditertawakan orang lain.

Hai Aletta~Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang