Sakura mengemasi barang-barangnya dengan tergesa. Kedua orang tuanya terus bertanya di depan kamarnya yang terkunci, "Apa yang terjadi?"
Gadis itu duduk di kursinya, mengambil selembar kertas dan menggoreskan tinta di atasnya.
'Aku pergi. Tolong jaga diri kalian.
Sakura sayang ayah dan ibu'Gadis itu melipat suratnya dan meletakkannya di atas meja. Sakura keluar melalui jendela kamarnya. Karin berada di sana.
"Tetaplah disini," pintanya. Berita pengusirannya mungkin sudah menyebar dengan cepat.
"Aku bukan lagi bagian dari pack," tegas Sakura. Kali ini tak ada air mata yang keluar.
"Mengertilah, Naruto hanya sedang terbawa emosi. Semua jantan akan menggila saat mate-nya terluka." Karin menjeda kalimatnya, "Apa kau yang melakukannya?"
Sakura mendengus. Tak ada yang berada di pihaknya sekarang. Semua orang meragukan kesetiaannya. Membuatnya merasa seperti penghianat yang kejam. Masa bodoh dengan nasib Naruto, Moon Halo Pack, atau bahkan seluruh Wisteria. "Aku pergi," Gadis itu membuang muka dan pergi. Karin menatapnya iba.
Wisteria amat luas. Hutan tampak gelap karena tak ada sinar rembulan. Namun, kegelapan bukan masalah besar bagi Sakura.
"Apa aku rogue sekarang?" gadis itu menertawakan keadaannya yang kacau.
Sakura tak tahu akan pergi kemana. Satu-satunya tempat yang pernah ia tinggali hanya di Moon Halo. Ia kembali mengingat sebuah keinginan yang telah lama ia kubur, keluar dari Wisteria. Hanya para alpha yang pernah menembus pembatas demi membawa pulang gadis lemah yang bermuka dua.
"Ada apa di balik pembatas?" Konon, bunga ungu yang mengelilingi Wisteria memiliki kekuatan magis. Melindungi dari bahaya yang datang dari luar.
Saat kedua kakinya keluar dari pembatas itu, ia disambut oleh silaunya cahaya matahari. Sakura melindungi matanya dengan punggung tangan. Hutan ini berbeda. Jauh lebih hangat dan lembab. Saat ia berbalik untuk melihat Wisteria lagi. Tak ada apa pun di sana. Hanya sambungan hutan yang terlihat.
"Dimana ini?" tanya Sakura dalam hati.
Sakura menjelajah lebih jauh. Namun, gadis itu tak menemukan apa pun. Pepohonan yang hampir sama, membuatnya merasa hanya berputar-putar di tempat. Hingga ia mendengar suara tangisan.
Di sebuah gua, seorang gadis bersurai hitam tengah meraung kesakitan sambil memegangi kakinya.
Sakura yang bersembunyi di balik pohon dikejutkan oleh ujung pedang yang terarah ke lehernya saat ia berbalik. "Siapa kau?" seorang laki-laki berpakaian hitam menatapnya tajam.
"Haruno Sakura dari Wisteria," ia tak mungkin menyebut Moon Halo yang telah mengusirnya.
Walau masih menatapnya tajam, laki-laki itu menurunkan pedangnya. Sakura mengamati penampilan laki-laki di depannya. Laki-laki ini memiliki surai yang sewarna dengan bola matanya, hitam legam juga wajah adonis dan tubuh berotot proporsional. Ia merasa pipinya mulai memanas.
"Lantas kau?" gadis itu membuka suara.
"Uchiha Sasuke dari Dropwort," ujarnya dingin.
"Dropwort?" ulang gadis itu dalam hati. Apa itu Dropwort. Sakura tak pernah mendengar nama itu sebelumnya. Ia cukup yakin kalau tak ada pack di Wisteria yang menamakan dirinya sebagai Dropwort.
Di belakang sana, raungan kesakitan semakin menjadi. "Ada apa dengan gadis itu?" tanya Sakura penasaran.
"Peluru perak berlumur wolfsbane bersarang di kakinya."
"Lalu mengapa kau tak menolongnya?" Sakura tak habis pikir akan sikap tenang laki-laki di hadapannya.
"Apa gunanya menolong orang yang pasti akan mati." Laki-laki itu melangkahkan kakinya menjauhi gua. Sakura yang melihat itu sontak menyusulnya. Ia tak punya siapa pun sekarang. Rumahnya juga telah menghilang. Setidaknya ia tak boleh sendirian di negeri asing ini. Walau ia juga tak yakin apakah laki-laki itu orang baik atau bukan.
KAMU SEDANG MEMBACA
Independent
FanfictionHaruno Sakura adalah seorang anak dari werewolf beta. Berlindung di Wisteria ialah hal yang selalu ia syukuri. Karena kedekatan masa kecil, ia jatuh cinta pada alphanya sendiri. Sayang, sang alpha ditakdirkan berjodoh dengan seorang manusia. Membuat...