Sakura melipat tangannya di depan dada. Menatap malas pada kedua orang yang tengah saling berpandangan. Udara di sekitarnya terasa memanas seiring waktu.
"Aku curiga kalian punya hubungan istimewa di masa lalu," kedua laki-laki itu beralih menatapnya tajam. Gadis itu mengangkat kepalanya, "Uh, aku tak suka ini."
"Mengapa kau ada di sini?" Deidara menuntut penjelasan pada Sasuke yang masih berdiri di ambang pintu.
"Kita satu tim sekarang," ujar Sasuke dingin.
"Aku tak mau berbagi kamar denganmu," Deidara memeluk bantalnya posesif.
"Aku akan pergi dengan Sakura kalau begitu," Sasuke mencekal lengan kiri Sakura. Sakura menghela napas lelah.
"Sakura ada di timku. Mengapa kau mau mengambilnya?" Deidara membuang bantalnya dan melangkah maju. "Mengapa juga tiba-tiba kau ada di sini?" Ia mencekal lengan kanan Sakura, "Apa kau menyukainya?" Tatapan keduanya semakin menajam.
Sakura menghempaskan tangan keduanya. Gadis itu melangkah sedikit menjauh. "Tolong teman-teman, ingat tujuan kita kemari. Pikirkan sebuah rencana atau semua ini akan sia-sia."
Deidara mendadak serius, "Perayaan musim dingin akan dimulai tengah malam ini. Dekatilah pewaris Shimura dan Hyuga, buat mereka jatuh cinta padamu hingga saling berperang, siapa pun pemenangnya buat hatinya terluka juga. Sempurna."
"Kau gila?" Sakura tak habis pikir dengan ide gila Deidara.
"Sakura tak akan melakukan ide bodohmu itu," putus Sasuke.
"Tunggu, mengapa tak kau ajak si omega itu dengan ide gila ini? Apa wajahku terlihat seperti seorang pelacur?" Sakura meninggikan suaranya.
"Kuakui kau sangat cantik, Sakura. Bahkan, Tayuya pun tak ada apa-apanya jika dibandingkan denganmu," Deidara menarik sudut bibirnya. Sasuke mengepalkan tangannya.
Sakura mendengus, "Kau bercanda?"
"Kau tahu, senjata apa yang paling ampuh? Itu adalah cinta yang tak terbalas," Deidara memajamkan matanya, "Aku ingin mereka membayar atas semua kematian yang terjadi di Dropwort," laki-laki itu membuka matanya yang memerah. "Asal kau tahu, Tayuya sudah pernah mencobanya, bahkan Tenten. Namun, tak ada satu pun dari mereka yang berhasil."
Sakura mulai mengerti arah pembicaraan Deidara. "Cinta tak terbalas? Apa mate mu menjadi korban?" tanyanya dengan suara pelan.
"Ya," Deidara menunduk, "Aku tak berdaya saat mereka melecehkannya sebelum membunuhnya dengan kejam," setetes air mata jatuh dari matanya. "Maukah kau mencobanya, Sakura?"
"Apa tak ada cara lain?"
"Tak ada. Biar pun ada, sudah kucoba sejak ratusan tahun yang lalu," Deidara mengusap air matanya dengan punggung tangan.
"Kau harus menolaknya, Sakura," teriak Sasuke.
Sakura tampak tengah menimbang keputusannya. Gadis itu mengusap rambutnya kasar. Mendekat ke arah jendela yang menghadap ke jalan utama. Orang-orang mulai berdatangan. Hiruk pikuk kota semakin terlihat. Gadis itu menutup telinganya yang lagi-lagi berdenging. "Apa yang harus kulakukan?"
Ia kembali teringat akan tuduhan Naruto, "Apa aku benar-benar akan menjadi seorang pengkhianat?" Ia juga kembali teringat akan Hyuga Hinata, "Namun, tak ada cara lain." Sakura harus segera menyelesaikan masalah ini sebelum sesuatu di mimpinya menjadi nyata. Berulangkali ia menyangkal, nyatanya di lubuk hatinya yang paling dalam percaya bahwa mimpi merupakan petunjuk dewa. Entah mengapa ia merasa ada sesuatu dengan nama Hyuga.
"Baiklah," jawabnya pada akhirnya.
"Tidak," Sasuke menghimpit Sakura ke dinding. "Kumohon, jangan lakukan itu," suaranya berat. "Mereka berbahaya," ada jeda panjang sebelum ia melanjukan, "Aku tak akan memaafkan diriku sendiri jika sesuatu terjadi padamu." Laki-laki itu mengarahkan telapak tangan Sakura menyentuh jantungnya, "Bukankah cinta tak berbalas ini juga menyakitkan bagiku? Melihatmu bersama laki-laki lain, sungguh akan membuatku gila."
KAMU SEDANG MEMBACA
Independent
FanfictionHaruno Sakura adalah seorang anak dari werewolf beta. Berlindung di Wisteria ialah hal yang selalu ia syukuri. Karena kedekatan masa kecil, ia jatuh cinta pada alphanya sendiri. Sayang, sang alpha ditakdirkan berjodoh dengan seorang manusia. Membuat...