Bab 7 : Yang Tersisa

138 27 0
                                    

Di kedalaman hutan, air terjun lima susun mengalir begitu deras. Mengabaikan sekelilingnya yang telah membeku karena suhu dingin akibat badai salju semalam suntuk. Sakura mengeratkan mantel hitam pinjaman Sasuke. Laki-laki itu tengah berjalan santai di bebatuan yang licin, menembus tirai aliran air.

"Benarkah ada gua di baliknya?" Sakura mengerutkan kening. Tak percaya akan ucapan Sasuke sebelumnya. Saat ia melihat bahwa Sasuke berhasil menembusnya, gadis itu membuka mulutnya takjub.

Dalam hembusan angin yang ringan, salju di ujung daun cemara jatuh mengenai kepala Sakura. "Aduh!" gadis itu mengelus kepalanya yang terasa sakit. Tiba-tiba, ia mendapatkan sebuah ide, "Satu-satunya hal yang dibutuhkan di sini adalah kecepatan." Gadis itu melihat sekeliling. Melepaskan pakaiannya dan melipatnya rapi. Lantas ia berubah menjadi wujud serigalanya. Menggigit pakaiannya di mulut, ia berlari dan melompat dengan kecepatan tinggi. Alhasil, bulu-bulunya tetap kering dan ia tak merasakan tetesan air yang bak anak panah itu. Sakura melompat-lompat senang karena rencananya berhasil.

Geraman muncul dari belakangnya. Sakura berbalik. Seorang laki-laki bersurai pirang panjang dan sebagian terikat tengah menggemelatukkan giginya. "Siapa kau?"

"Aku bersama Uchiha Sasuke," jawabnya tenang.

"Kau pikir aku percaya? Sasuke tak mungkin bersama seorang gadis." laki-laki itu menumbuhkan cakarnya, "Kau mata-mata? Siapa yang menyuruhmu?" teriaknya dan berubah sepenuhnya ke dalam wujud serigala. Meninggalkan pakaiannya yang koyak.

Sakura mengambil langkah mundur. Ia tak ingin memulai keributan. Namun, laki-laki di hadapannya tampak terlalu marah. "Ini tak akan berhasil dengan kata-kata."

Serigala hitam legam itu pun berlari kencang ke arahnya. Sakura menggertakkan gigi melihat hal itu. Ia tak tinggal diam. Gadis itu bukanlah tipe yang suka mengalah dalam pertempuran. Jiwa betanya kini memegang kendali. Ia pun berlari mengahadapinya. Hendak menyambut serigala hitam itu dengan cakarnya. Namun, saat cakar mereka hendak menggores punggung masing-masing, teriakan Sasuke menggema, "Berhenti!"

Sakura menyipitkan matanya, saat ia melihat kalau bola mata Sasuke sempat menyala kemerahan. "Apa ia alpha?" tanyanya dalam hati.

"Apa kalian tak ingin segera membahas strategi? Cepat kembali ke bentuk manusia," seorang gadis bercepol berkacak pinggang menatapnya.

"Ya," Sakura rasa serigala hitam itu masih menatapnya tajam. Ia bisa melihat sisa-sisa pakaian yang telah tercecer di atas tanah.

"Mau memakai pakaianku?" tawarnya. Ia menggerakkan kepalanya ke belakang. Menunjukkan letak pakaian yang ia tinggalkan. Sejujurnya Sakura lebih suka dalam wujud serigalanya.

"Cih, aku tak sudi berpakaian seperti wanita," laki-laki itu tampak kesal dan berlalu pergi. Sakura mengedipkan matanya. Ia tak bermaksud menghina laki-laki itu, tapi tampaknya kebaikannya disalahartikan.

"Sakura," Sasuke mendekat sambil memeluk pakaian Sakura. "Ikut aku!" laki-laki itu berjalan melewatinya. Sakura terpaksa mengekor di belakangnya.

Kini, mereka telah sampai di sebuah ruangan berpintu batu, "Masuklah," Sasuke mempersilakan gadis yang masih berdiri di luar pintu itu untuk masuk.

"Ada apa?" Sakura masuk dan mengamati interior ruangan.

"Pakai pakaianmu! Aku akan menunggumu di luar," Sasuke meletakkan pakaian itu di atas meja batu dan berjalan keluar.

Sakura hanya mengangkat alis melihat tingkah Sasuke. Sungguh, ia sangat tak suka diperintah. Terlebih oleh seseorang yang baru saja ia kenal. Entah itu seorang mate atau bukan. Lagi pula ia sudah menangguhkan masa mating ini, bukan? Ia akan dengan senang hati memutuskan ikatannya bila Sasuke juga menyetuju. Ia siap menerima segala risiko yang harus dihadapinya.

IndependentTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang