9

757 70 0
                                    

       Langkah pertama menuju rekonsiliasi terasa seperti berjalan di atas serpihan kaca, dengan rasa ragu yang setiap saat siap mengguncang keyakinannya.

      Pagi hari menyapa dengan cahaya lembut, memecah kegelapan pergulatan batin yang melanda semalam. Dalam ruangan yang tenang, Nani merenung sejenak tentang kesempatan baru dalam hubungan pernikahannya. Pergulatan batin semalam memberinya kesempatan untuk merenung, meresapi keadaan, dan merencanakan langkah-langkah menuju ke arah yang lebih baik.

      Di kamar lain, dalam keheningan pagi, Dew merasa beban di pundaknya menjadi sedikit lebih ringan. Pergulatannya dengan pikiran dan perasaannya memberi peluang untuk pertumbuhan dan pemahaman lebih dalam. Dia menyadari bahwa setiap pergulatan itu adalah batu loncatan menuju keberanian untuk merombak dan memperbaiki fondasi hubungan pernikahannya yang retak.

Cahaya matahari pagi memantulkan harapan baru di wajahnya. Pagi ini, dia merasa siap untuk memberikan kesempatan pada diri sendiri dan Nani untuk memulai kembali, membawa harapan dan niat baik ke dalam setiap langkah mereka. Semoga.

"Selamat pagi," Dew tersenyum tipis ke arah Nani yang baru saja turun ke ruang makan. Pekerja rumah menatap kedua majikan dengan tatapan aneh, ragu akan penglihatan dan pendengaran mereka.

"Pagi," jawaban datar di keluarkan dari belah bibir mungil Nani.

Dew menarik kursi untuk diduduki oleh Nani, mempersilahkannya. Walaupun canggung, Nani bisa bersikap dengan baik. Tanpa ragu untuk duduk di kursi yang di tarik Dew. "Terimakasih?" Ucapnya.

Mereka duduk di meja sarapan, suasana pagi yang khidmat mengitari mereka. Aroma kopi segar dan wangi roti yang baru dipanggang memenuhi udara, menciptakan suasana hangat yang mengundang kebersamaan. Mata mereka bertatap dalam keheningan, tetapi senyuman ringan di wajah—bibir Nani sampai berkedut sangking tidak biasanya dengan suasana meja makan pagi ini.

Piring-piring berisi hidangan sarapan yang disusun dengan indah, menjadi pusat perhatian dalam ritual pagi mereka. Suara gemerisik sereal yang bertemu dengan susu, dan perlahan-lahan sendok yang mengaduk yoghurt, menciptakan simfoni kecil yang mengiringi momen sarapan.

Dalam setiap gigitan, terdapat kelezatan yang tak hanya berasal dari makanan, tetapi juga dari momen kebersamaan yang dihargai. Sarapan pagi menjadi ritual yang mengikat hubungan awal mereka, sebuah waktu yang diisi dengan percakapan ringan dan senyum yang memberikan kehangatan di awal hari. Suasana pagi yang khidmat, menjadi fondasi indah bagi perjalanan mereka bersama. Setidaknya.

"Apa yang akan kau lakukan hari ini?" Tanya Dew.

"Duduk bermalas-malasan di rumah," balas Nani tanpa pikir panjang.

"Bagaimana jika pergi ke Chao Phraya?"

Alis Nani terangkat, kejutan lagi untuk hari ini. Dew terlalu banyak mengambil langkah. "Memangnya kau tidak bekerja?" Tanyanya.

Dew menggeleng, "aku mengambil cuti."

"Tidak, terlalu padat. Jika mau, aku lebih suka ke Pantai Kamala." Balas Nani.

"Boleh juga."

"

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.
[BL] Little Husband-Short story✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang