13

1.1K 61 5
                                    

Sehari sebelum kepulangan Nani

Dengan hati yang berdegup cepat, Dew mulai mencari tahu dalang di balik kecelakaan mobil yang menimpa Nani. Langkah-langkahnya penuh dengan ketegangan, setiap informasi menjadi petunjuk dalam teka-teki yang menakutkan. Dia merambah laporan polisi, berbicara dengan saksi mata, dan memburu jejak melalui rekaman kamera di sekitar lokasi kejadian.

Pikirannya dipenuhi dengan pertanyaan yang membara, mencari jawaban yang mungkin bisa memberikan gambaran tentang apa yang sebenarnya terjadi. Detektif amatur dalam cerita pribadinya sendiri, dia berusaha menghubungkan setiap potongan informasi untuk mengungkap kebenaran di balik kejadian tragis itu.

Telepon berdering tak henti, berkomunikasi dengan pihak berwenang dan mendengarkan cerita dari orang-orang yang mungkin mengetahui lebih banyak. Wajahnya mencerminkan kegelisahan dan tekad untuk membongkar misteri di balik kecelakaan tersebut, mencari dalang yang mungkin bersembunyi di antara rincian yang terabaikan.

Setiap kali menemui kesulitan, ia merangkul rasa frustasi, tetapi tekadnya untuk membuktikan kebenaran terus membara.

Kertas-kertas dan berkas-berkas menjadi teman setianya, diwarnai dengan catatan-catatan yang mungkin menjadi kunci memecahkan misteri.

Hari ini

Selembar foto tergeletak di meja kerjanya. Dia menatap lama pada gambar plat mobil yang ternyata palsu.

Dering ponselnya membuyarkan lamunannya, nama Sena tertera di layar. "Halo," sapa nya dengan nada datar. Hatinya mati rasa. Diseberang telepon, Sena meminta waktu untuk bertemu.

Kedua resmi mengakhiri hubungan tak berselang lama saat dimana Nani bertanya tentang hubungan itu di pantai beberapa Minggu lalu. Tapi Sena masih sering menghubunginya, tak menerima keputusan sepihak dari Dew.

Pertemuan yang diusulkan terasa seperti bayangan dari waktu yang telah berlalu, dan hatinya terbelenggu oleh pergulatan emosi yang rumit. Meskipun perasaannya sudah padam, tetapi suara di ujung telepon itu membangkitkan kekhawatiran dan pertanyaan yang tak terjawab.

"Dimana kita akan bertemu?"

Restoran favorit keduanya menjadi pilihan sebagai tempat bertemu, restoran nya berada tak jauh dari kantor Nani.

Sena adalah orang yang tiba lebih awal. Dew baru turun dari mobil saat dia memesan sepotong brownies. Dew berhenti sejenak di depan pintu restoran, restoran ini adalah restoran yang tidak terlalu besar dengan kapasitas parkir yang juga tidak terlalu luas. Mobil Sena terparkir tak jauh dari pintu, masih bisa di jangkau dengan indera penglihatan. Mata Dew memicing, alisnya terangkat dengan tanda tanya di kepalanya. Langkah pertam ia ambil untuk masuk ke dalam restoran. Matanya langsung tertuju pada dek yang berada di sisi kanan konter pemesanan. Sena ada disana.

"Kenapa kau memanggilku?" Tanya Dew.

"Duduklah terlebih dahulu," ujar Sena. Dew dengan setengah hati menarik kursi, duduk didepan Sena.

"Aku tidak bisa berlama-lama disini, ada banyak pekerjaan di kantor."

Sena mengangguk maklum. "Aku tahu, tapi aku disini untuk membicarakan tentang kita."

"Kita? Hubungan kita udah berakhir, Sena."

"Dew..."

"Sena, kau adalah seorang wanita. Jangan merendahkan harga dirimu dengan merengek dan memohon pada seorang pria yang sudah menikah." Dew memotong, memberi komentar pedas pada Sena.

"Tapi..."

"Tidak, masih banyak pria yang lebih baik dariku di luar sana."

"Apakah aku selama ini hubungan kita tidak ada apa-apanya bagimu?"

[BL] Little Husband-Short story✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang