11

716 62 2
                                    

      Dalam suasana malam yang tenang, Nani bertemu dengan kolega di restoran yang dipenuhi oleh cahaya gemerlap lampu hiasan. Suasana hangat restoran menciptakan latar yang nyaman untuk berbincang dan berbagi pengalaman. Mereka duduk di sudut yang tenang, membiarkan percakapan mengalir di tengah gemerisik langkah pelayan dan aroma lezat yang menyelinap dari dapur.

     Menu restoran menjadi pilihan untuk malam itu, dan mereka menikmati hidangan sambil berbagi tawa dan cerita. Cahaya lampu gantung di atas meja menciptakan aura yang ramah, seakan-akan membawa kesan keakraban di antara mereka. Suara pelanggan lain dan senyum pelayan menciptakan harmoni yang menyenangkan di ruangan itu.

     Percakapan yang berlangsung membawa nuansa kebersamaan yang menyegarkan, sementara hidangan yang disajikan menjadi simbol pertukaran gagasan dan pengalaman.

"Maaf, saya permisi ke toilet sebentar." Nani meminta izin untuk keluar dari lingkaran percakapan, membiarkan Joong untuk menemani teman koleganya selagi dia pergi ke toilet.

"Hah, rasanya lega sekali." Gumam Nani, matanya tak sengaja menyisir area restoran. Sekarang sudah agak larut, pengunjung sudah tidak terlalu banyak.

"Bukankah itu Sena?" Gumamnya lagi, matanya memicing untuk mematikan penglihatannya. Kejutan selanjutnya membuat dia tidak percaya.

     Dunianya hancur dalam sekejap ketika matanya menangkap pemandangan yang tidak terduga – Dew bersama Sena. Terkejut melanda wajahnya, dan denyut nadi terasa berpacu seiring dengan kekacauan perasaan di dalamnya.

     Ada banyak restoran di luar sana, kenapa harus restoran yang sama! Dunia sangat sempit. Nani mencoba berpikir positif, mungkin Dew dan Sena sedang membicarakan perpisahan mereka.

    Nani tak ingin berlama-lama melihat itu, dia buru-buru pergi ke ruangan tempatnya. Tak ingin pikiran negatif menghantuinya disaat dia baru memupuk kepercayaan untuk Dew.

"Hai, Nan

Ups! Gambar ini tidak mengikuti Pedoman Konten kami. Untuk melanjutkan publikasi, hapuslah gambar ini atau unggah gambar lain.

"Hai, Nan." Sesaat setelah Nani membuka pintu kamar, Dew menyapanya dengan hangat. Tubuhnya terlihat mengkilap disinari oleh lampu kamar, baru selesai mandi—handuknya masih terlilit di pinggang.

"Hai."

     Seolah beban yang dipikulnya sepanjang hari tiba-tiba ringan, perasaan lega menyelimuti hatinya. Senyum di wajah Dew adalah sambutan yang menyiratkan kenyamanan dan kehangatan walaupun kejadian di restoran masih teringat jelas di ingatan nya. Mari lupakan sejenak.

     Ketika Dew memeluknya, perasaan lega itu semakin terasa, sebagai pelukan yang membawa kedamaian dan kepastian bahwa mereka berdua bersama-sama. Sejenak, dunia luar terasa tidak lagi menuntutnya.

"Pasti lelah." Gumam Dew mengusap punggung Nani, mencium singkat bibir sehat pria lain. Nani bersenandung ringan.

"Bersihkan dirimu, aku akan menunggu."

   Nani merasa tersipu saat mendengar kalimat ambigu dari Dew. Wajahnya memerah, mencerminkan campuran antara malu dan kegembiraan yang tak terduga. Mata mereka bertemu dalam keintiman yang penuh arti, menciptakan keadaan yang memancarkan getaran romantis di udara.

[BL] Little Husband-Short story✓Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang