Setelah menyapa beberapa orang dan teman sekelasnya, Zemira segera mendudukkan dirinya di atas kursi.
Pagi ini, semuanya berjalan normal. Biasa-biasa saja dan tidak ada kendala. Namun hal ini justru membuat Zemira semakin waspada. Ia takut jika akan terjadi hal buruk nantinya.
Melirik ke samping, ke arah Azra yang diam termangu seraya menatap kosong ke depan, Zemira tidak mengatakan apa pun. Perempuan itu hanya diam, tidak mau mengusik Azra yang pagi ini tidak bertingkah.
Mengambil buku dari dalam tasnya, Zemira segera membaca buku tersebut. Baru saja beberapa kalimat yang ia baca, seseorang memanggil namanya dari arah ambang ruangan.
Di depan pintu, terlihat Erlangga yang melambai-lambaikan tangannya dengan ekspresi yang tampak cukup bodoh.
Zemira menghela napasnya dengan berat. Ia menandai bukunya dengan pembatas, menutup kemudian memasukkannya ke dalam tas.
"Apa?" tanya Zemira seraya berjalan ke arah Erlangga.
Habis Azra terbitlah Erlangga.
Jika dipikir-pikir lagi, Erlangga lebih banyak bertingkah ketimbang Azra. Dan hal itu, jujur saja, membuat Zemira terkejut.
Ketua geng motor yang tampangnya seperti berandalan, sering membolos, tawuran, dan merokok---itu ternyata memiliki sifat lain yang cukup kekanak-kanakan.
Ralat. Sangat kekanak-kanakan.
"Kamu gak apa-apa, 'kan?" tanya Erlangga. Wajahnya terlihat lesu. Sepertinya ia tidak tidur semalaman, entah karena apa alasannya. Terbukti dari matanya yang memiliki lingkaran hitam yang terlihat jelas.
"Gue? Gak kenapa-kenapa tuh. Sehat sehat aja," jawab Zemira sambil menaikkan kedua bahunya. "Harusnya gue yang nanya. Lo gak apa-apa? Kantong mata lo keliatan banget, udah kayak panda. Semalem lo ga tidur?" tanya Zemira.
Erlangga menggeleng. "Semalem aku tidur jam sembilan, cuma kebangun jam satu, habis itu gak bisa tidur lagi deh," jawabnya.
"Udah mau bel. Balik ke kelas lo sana! Liat ini udah jam berapa?" Zemira menunjuk ke pergelangan tangannya. Ada arloji yang berwarna hitam di sana.
"Ya udah deh, aku balik ke kelas ya? Nanti pas jam istirahat, aku jemput. Bye-bye!!" seru Erlangga. Laki-laki tersebut melambaikan tangannya sebelum ia benar-benar pergi.
Zemira hanya tersenyum simpul. Beberapa detik kemudian, ekspresinya kembali datar.
Jika ia bisa, ia sangat ingin mengganti tempat duduknya. Duduk bersama Azra membuatnya kesulitan untuk bernapas karena saking canggungnya.
***
Bel istirahat berbunyi. Sepanjang jam pelajaran, Azra tidak mengucapkan apa pun. Namun, Zemira tetap tidak mempedulikannya.
Di ambang pintu, tampak Erlangga yang sedang berdiri seraya menatap ke arah Zemira. Sepertinya, laki-laki itu sedang menunggunya.
"Ke sini aja, gue males jalan," ujar Zemira, setengah berteriak.
Erlangga menggelengkan kepalanya. Dengan langkah besar, ia memasuki ruang kelas tersebut.
"Lagi ngapain?" tanya Erlangga, kemudian duduk di tempat Azra.
"Ga liat gue lagi baca buku?" Zemira melirik Erlangga sekilas, kemudian kembali fokus pada rangkaian kata-kata di dalam buku yang ia pegang.
"Tumben ga ke kantin?" tanya Erlangga. Laki-laki itu menopang dagunya sambil menatap Zemira dengan lekat.
"After everything that happened, baik dulu maupun sekarang, gue ga yakin bakal sering keluar kelas," jawab Zemira tanpa menoleh.
KAMU SEDANG MEMBACA
Kaukritya
RomanceHarap follow terlebih dahulu sebelum membaca. Dan jangan lupa untuk memberi vote agar saya semakin semangat untuk update ❣️ *** Azra Mahendra, laki-laki itu telah melakukan lebih dari seribu kesalahan kepada Zemira Kalila, wanita yang telah menjadi...