BAB 6

729 38 9
                                    

  Sea terbangun sendirian di ranjang itu. Jimmy sudah tidak ada. Yah lelaki itu mungkin sudah pergi pagi-pagi sekali kembali kerumahnya sebelum berangkat ke kantor. Dia kan punya rumah, tidak mungkin kan dia terus-terusan berada di apartement ini?

Tapi entah mengapa Sea merasa ada yang kosong, setelah beberapa kali dia terbangun dengan jimmy di sisinya, entah kenapa ada yang kurang saat dia terbangun sendirian sekarang.

Bodoh! Apa yang kau pikirkan Sea? Kau hanyalah laki-laki simpanannya, yang dibelinya untuk memuaskan nafsunya! Jangan pernah berpikir macam-macam. Lagian masih ada Mark  yang harus kau cemaskan.

Sambil membungkus tubuhnya dengan seprai, Sea melangkah ke kamar mandi, tubuhnya terasa agak nyeri, karena entah kenapa pagi tadi Jimmy bercinta seolah-olah kesetanan dan tidak menahana-nahan diri.

Ketika mengaca dan menurunkan selimutnya Sea mengernyit.

Dari Leher, dada sampai perutnya, semuanya penuh dengan bekas ciuman Jimmy. Lelaki itu seolah sengaja meninggalkan jejak di mana-mana. Warnanya merah di sekujur tubuh Sea, dan Sea yakin tak lama lagi akan berubah menjadi ungu.

Dasar Jimmy! Siapapun yang melihat akan tahu kalau ini bekas ciuman, di bagian dada bisa dia sembunyikan, tapi yang di leher?

Sea belum pernah mendapatkan bekas ciuman seperti ini di tubuhnya sebelumnya.

Percintaannya dengan Mark selalu sopan dan tidak pernah sepanas itu sehingga Mark bisa meninggalkan bekas-bekas ciuman di kulitnya. Tapi Sea tahu bekas ciuman seperti ini butuh beberapa hari untuk hilang.

Dasar Jimmy bodoh! Gerutunya sambil mencari cari turtle neck yang dapat menutupi tubuhnya sampai ke leher lalu memadankannya dengan blazer, Sea hanya menyapukan bedak tipis ke mukanya, lalu segera melangkah keluar, jangan sampai dia terlambat ke kantor lagi.

Ketika berdiri di tepi jalan menanti kendaraan umum, Sea merasakan sengatan sakit yang tiba-tiba di kepalanya.

Aduh! Di saat seperti ini migrainnya kambuh. Tapi tentu saja hal itu terjadi, dia belum sarapan, dan dia kurang tidur gara-gara Jimmy hampir tidak pernah membiarkan tidur nyenyak tiap malam.

Dengan memaksakan diri Sea naik ke dalam bus menuju kantornya.

***

“Wajahmu pucat sekali”, salah seorang temannya memandang Sea dengan cemas ketika Sea mendudukkan diri di kursinya. Tadi dia hampir terlambat dan setengah berlari ke mesin absen.

Sea memegang pipinya, memang terasa agak panas, apakah dia demam? Dan kepalanya juga pusing sekali. Tapi tetap dipaksakannya tersenyum,

“Engga apa-apa kok, mungkin karena belum sarapan, nanti setelah minum teh hangat pasti agak baikan.”

Tapi ternyata tidak, rasa pusing itu makin menusuk nusuk di kepalanya terasa nyeri,bahkan untuk menolehkan kepalanya saja terasa sangat sakit, badannya juga sama saja, rasanya nyeri di sekujur tubuh seperti habis dipukuli. Sea bertahan dengan tidak bergerak di kursinya, tapi rasa sakitnya makin tak tertahankan,

“Sea coba kesini sebentar, lihat draft pemasaran ini bagaimana menurutmu?”, salah seorang rekannya memanggilnya.

Dengan mengernyit Sea mencoba berdiri, tubuhnya limbung sejenak, tapi dia berdiri dan bertahan sambil berpegangan di tepi meja.

Lalu setelah menarik napas dalam-dalam, dia melangkahkan kaki ke meja rekannya. Tapi tiba-tiba rasa nyeri tak tertahankan menyerang kepalanya dan semuanya menjadi gelap.

“Pingsan??!”

Jimmy setengah berteriak kepada Force yang menyampaikan kabar itu padanya.

“Kapan?! Dimana?!”, Jimmy mulai berdiri dari balik meja besarnya.

A Romantic About SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang