Hampir sebulan sejak kejadian itu, dan Jimmy menepati janjinya. Tidak menemui Sea lagi. Atas bujukan dan desakan namtan, Sea kembali bekerja di perusahaan Jimmy, lagipula bujukan namtan ada benarnya juga, Sea butuh gajinya untuk menghidupi mereka semua. Dan selama sebulan itu Jimmy, sang CEO menjadi orang yang paling sulit dilihat di kantor, jika tidak sedang melakukan perjalanan bisnis, lelaki itu mengurung diri di ruangan kerjanya dan tidak keluar-keluar. Sesekali Sea masih berpapasan dengan force, lelaki itu masih bekerja di sini, Jimmy tidak jadi memecatnya, sepertinya dia dan Jimmy sudah berhasil menyelesaikan kesalahpahaman di antara mereka.
Dan Sea merindukan Jimmy. Dia sudah bertekad melupakan Jimmy, tetapi hatinya punya mau sendiri, kadang dia menatap lift khusus direksi yang menyambung langsung ke ruangan Jimmy dengan penuh harap. Berharap tanpa sengaja dia melihat Jimmy keluar dari sana, melangkah ke parkiran mobilnya. Tuhan tahu betapa ia bersyukur seandainya saja dia bisa melihat Jimmy, biarpun cuma satu detik, biarpun cuma dari kejauhan. Tapi entah kenapa Jimmy seperti punya pengaturan waktu sendiri agar tidak bertemu Sea.
Sore itu Sea melangkah memasuki apartemennya dengan lunglai, dia tidak enak badan, sedikit panas dan meriang, jadi dia minta izin pulang cepat.
Ketika memasuki ruang tamu, dia mendengar suara tawa dari ruang tengah. Suara Mark dan dokter namtan. Dokter namtan sudah mendapat izin Jimmy menggunakan setengah hari kerjanya untuk melakukan terapi khusus pada mark. Terapinya sudah membuahkan hasil, Mark sudah bisa menggerakkan jari-jari kakinya, sedikit mengangkatnya dan melatih saraf-sarafnya. Optimisme bahwa Mark akan bisa berjalan lagi semakin besar.
Sea melangkah ke ruang tamu dan melihat Mark sedang duduk di kursi rodanya sedang dokter namtan menuangkan teh untuknya, sepertinya session terapi sudah selesai.
Mark mendongak ketika merasakan kehadiran Sea dan tersenyum lebar, mengulurkan tangannya, “Hai sayang,”
Dengan senyum pula Sea melangkah mendekat, menyambut uluran tangan Mark. Lelaki itu membawanya ke mulutnya dan mengecupnya, “Bagaimana session terapi kali ini?” tanyanya lembut.
Mark tertawa dan Sea mengamatinya dengan bahagia, Mark banyak tertawa akhir-akhir ini. Lelaki itu makin sehat, warna kulitnya juga sudah jadi cokelat sehat, tidak pucat pasi seperti dulu. Badannya sudah berisi dan tampak lebih kuat. Mark sudah menjadi Mark nya yang dulu, yang penuh tawa dan vitalitas, dengan semangat hidup yang memancar dari dalam dirinya.
“Aku tadi sudah belajar berdiri, sulit sekali Sea sampai keringatku bercucuran, tapi aku senang sudah sampai di tahap sejauh ini”, jelas Mark bahagia.
Sea membelalakkan matanya senang, “Benarkah?”, dengan gembira ditatapnya dokter namtan, “benarkah dokter?”
Dokter namtan mengangguk dengan senyum dikulum, “Perkembangan Mark sangat pesat Sea, aku optimis dia akan bisa berjalan lagi.”
Dengan bahagia Sea memeluk Mark erat-erat, “Oh aku bangga sekali padamu mendengarnya sayang!” serunya dengan kegembiraan murni.
Tapi tiba-tiba Mark melepaskan pelukannya dan menatap Sea sambil mengerutkan alisnya,
“Sayang, badanmu panas.”
Gantian Sea yang mengerutkan keningnya lalu meraba dahinya sendiri,
“Benarkah? Aku memang merasa tidak enak badan, makanya aku pulang cepat.”
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic About Sea
RomanceCERITA INI SEPENUHNYA MILIK KAK SANTHY AGATHA sendirian, dan menghancurkan semua mimpi-mimpinya yang sebelumnya terbungkus dalam rencana masa depan yang telah tersusun rapi. Semuanya hancur. Dalam perjuangannya untuk bangkit itulah dia harus berhubu...