“Tidak enak.” Mark mengernyit, menggelengkan kepalanya, menghindari sendok berisi bubur sayuran yang disuapkan Sea kepadanya.
Hari ini adalah tiga minggu sejak mark tersadar dari komanyaa, kondisinya sudah mulai membaik, dia sudah bisa duduk, sudah bisa mengucapkan lebih dari satu kalimat, dan alat-alat penunjang kehidupannya sudah mulai dilepas satu persatu, dokter sendiri memuji perkembangan Mark yang luar biasa pesat, tekad lelaki itu kuat, maka ketika dia berniat untuk sembuh dia akan merasakannya sepenuh hati.
“Kau harus memakannya,” gumam Sea sedikit geli dengan kemanjaan Mark yang seperti anak-anak, “ini menyehatkanmu.”
“Rasanya seperti muntahan.” Gumam Mark, tapi akhirnya menurut membuka mulutnya, menerima suapan Sea lalu mengernyit ketika menelan.
Ekspresinya membuat Sea tergelak, tapi kemudian Mark meraih tangan Sea yang tidak memegang sendok, ekspresinya berubah serius,
“Sea, tak terbayangkan rasa terimakasihku padamu….aku tidak tahu bagaimana mengungkapkan cintaku, aku…. Para dokter dan perawat menceritakan perjuanganmu untukku….”
“Stttt,” Sea meletakkan sendoknya dan menyentuhkan jemarinya di bibir Mark, “Perjuangannya sepadan, kau akhirnya bangun kan?”
“Tapi….” ekspresi kesedihan menghantam Mark, “aku…. Aku mungkin tidak akan bisa berjalan lagi. Aku mungkin lumpuh selamanya, aku hanya akan menjadi bebanmu…”
“Mark,” Sea menyela sedikit marah, “kau tidak boleh memvonis dirimu sendiri, kesembuhanmu yang luar biasa ini juga diluar prediksi dokter bukan? Kita pasti bisa kalau kita berjuang dengan tekad dan keyakinan kuat bersama-sama, meskipun begitu….”, Suara Sea berubah sendu, “meskipun pada akhirnya kau lumpuh selamanya pun, aku akan tetap bahagia bersamamu… Kau tahu selama ini aku selalu berdoa apa? Aku berdoa yang penting kau sadar, aku tidak peduli yang lain, Tuhan sudah mengabulkan doaku Mark…. Tidakkah itu cukup?”
Mata Mark tampak berkaca-kaca.
“Kau tidak tahu betapa aku mencintaimu……”
Suara di pintu itu mengalihkan perhatian mereka, Sea dan Mark menoleh bersamaan, lalu Sea tersenyum, Dokter namtan ada di sana, dalam kunjungannya yang biasa, sekarang bahkan dokter namtan sudah mulai akrab dan berteman dengan Mark.
Tapi senyuman Sea langsung membeku ketika menyadari siapa yang mengikuti di belakang dokter namtan, itu Jimmy!
Jimmy yang sama. Jimmy yang tampan dengan penampilan bak adonis, dengan ekspresi yang dingin dan tidak terbaca. Sea tidak pernah berhubungan dengan jimmy lagi sejak Mark sadarkan dari komanya, Jimmy selalu memaksakan maksudnya dengan perantaraan dokter namtan, seperti ketika Jimmy memaksakan untuk menanggung biaya rumah sakit Mark dan ketika Jimmy memaksakan Sea setuju – lewat bujukan dokter namtan – agar Sea dan Mark pulang ke apartemen yang dibelikannya ketika Mark sudah boleh pulang dari rumah sakit nanti.
Sekarang lelaki itu berdiri di depannya, ekspresinya tak terselami dan sedikit muram, membuat Sea bertanya-tanya, apakah Jimmy mendengarkan percakapannya dengan Mark tadi. Apakah Jimmy tidak senang mendengarnya,
“Dokter Namtan,” Mark menyapa ramah ketika Sea hanya diam saja, lalu menatap ingin tahu ke arah lelaki tampan yang sepertinya hanya menatap terfokus kepada Sea,
“Halo Mark, aku datang untuk mengecek keadaanmu. Dua hari lagi kau sudah boleh pulang kalau kondisimu sebaik ini terus,” namtan menyadari Mark menatap ke arah Jimmy, lalu menyikut pinggang Jimmy untuk menarik perhatian Jimmy yang terarah lurus kepada Sea, “Dan ini Jimmy, dia eh bosku dan bos Sea juga.”
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic About Sea
RomanceCERITA INI SEPENUHNYA MILIK KAK SANTHY AGATHA sendirian, dan menghancurkan semua mimpi-mimpinya yang sebelumnya terbungkus dalam rencana masa depan yang telah tersusun rapi. Semuanya hancur. Dalam perjuangannya untuk bangkit itulah dia harus berhubu...