BAB 11

664 40 4
                                    

        

          “Dimana ruangan tempat perawatan Mark Pakin?” Jimmy berdiri di depan resepsionis.

Resepsionis itu mendongak dan ternganga. Terpesona melihat penampilan dan ketampanan Jimmy.

“Ruangan perawatan Mark Pakin?” Jimmy mengulang jengkel karena resepsionis itu hanya menatapnya seperti orang bodoh.

“Oh….Untuk Mark…Anda…Anda mungkin harus menemui Suster Milk dulu, beliau suster kepala penanggung jawabnya.”

“Dimana?” gumam Jimmy tak sabar. “Lantai tiga, ruangan perawat nomor dua.”

Tanpa basa-basi Jimmy meninggalkan resepsionis yang masih ternganga itu. Pintu itu tertutup rapat dan Jimmy mengetukknya.

     “Masuk” sebuah suara yang tegas terdengar dari dalam. Jimmy masuk dan langsung berhadapan dengan suster Milk.

Suster milk langsung menyadari siapa yang berdiri di hadapannya. Dia tidak mungkin salah mengenali.

Penggambaran Sea sangat akurat. Lelaki ini memang benar-benar luar biasa tampan dengan keangkuhan yang sudah seperti satu paket dengan auranya.

“Apakah anda akhirnya berhasil menemukan kebenaran?” gumam suster milk langsung tanpa basa-basi.

Jimmy mengernyit mendengar sapaan pertama suster milk yang sama sekali tidak diduganya. Tapi dia lalu teringat telelepon di tengah malam yang tanpa sengaja dia angkat. Penelepon itu mengatakan dirinya adalah suster milk…

“Ya,” Jimmy mengakuinya pelan, “Anda sudah tahu semuanya?”

“Semuanya, dan pertama, sebelum anda menghina Sea lagi. Saya akan jelaskan kepada anda, semalam Sea datang kepada saya, dengan kondisi mengenaskan. Mental dan fisik yang rapuh, dan dia bilang ingin melepaskan diri dari anda, menurut saya itu wajar mengingat perlakuan anda padanya,” Suster milk menatap Jimmy dengan pandangan mencela yang terang-terangan hingga wajah Jimmy merona, “Uang yang dia pakai untuk melunasi anda, itu adalah uang pinjaman dari saya dan beberapa staff rumah sakit lain, bukan uang hasil menjual dirinya kepada lelaki lain seperti apa yang anda tuduhkan kepadanya tadi pagi.”

Sebuah kebenaran lagi. Lebih keras daripada tamparan di pipi, lidah Jimmy terasa kelu.

“Saya ingin bertemu Sea.” gumam Jimmy akhirnya. Suster milk mengangkat alisnya.

“Untuk apa? Ketika hubungan hutang piutang itu lunas. Tidak ada lagi perlunya kalian bertemu, lagi pula saya tidak yakin Sea bersedia menemui anda.”

“Tidak ada hubungannya dengan uang! Saya tidak peduli dengan uang!!!” Jimmy hampir berteriak, lalu berdehem berusaha meredekan emosinya, “Saya harus bertemu dengan Sea, meminta maaf, saya tahu selama ini saya salah….”

“Anda bisa menyampaikan permintaan maaf anda melalui saya.” sela Suster milk tegas.

Jimmy mengernyit, “Saya mohon…..Saya harus bertemu dengan Sea, saya butuh bertemu dengan Sea.”

Suster milk mengamati lelaki yang berdiri di hadapannya. Lelaki ini terlalu tampan, terlalu kaya sehingga wajar dia tampak begitu arogan. Tapi sekarang Jimmy tampak begitu menderita, dan dia rela memohon agar bisa bertemu Sea. Suster milk menarik napas, ketika sebuah kesimpulan muncul di benaknya.

A Romantic About SeaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang