Sea berlari, tanpa sadar melepaskan diri dari pelukan Jimmy, dia berlari penuh air mata, ke kamar perawatan Mark, kerinduannya membuncah, rasa syukurnya tak tertahankan.
Ketika sampai di depan pintu perawatan nafasnya terengah, dia berhenti karena pintu itu masih di tutup rapat, suster milk tergopoh-gopoh mengejarnya, “Sea, jangan masuk dulu, dokter baru menstabilkan kondisinya.”
Penantian itu terasa begitu lama, sampai kemudian Sea diijinkan masuk, hanya lima menit untuk sekedar menengok Mark, setelah itu dokter harus mengevaluasi kondisinya Mark lagi.
Dadanya sesak tak tertahankan ketika mata itu balas menatapnya, mata yang selama ini terpejam, tertidur dalam damai, membuat Sea menanti, mata itu sekarang terbuka, hidup, dan balas menatapnya.
“Mark,” suara Sea serak oleh emosi, dan tangisnya meledak, dia menghampiri tepi ranjang, ke arah Mark yang masih terbaring, pucat dengan alat-alat penunjang kehidupan yang masih menopangnya, tapi hidup dan membuka mata.
Sea meraih tangan Mark dan menciumnya, lalu menangis. “Mark.”
Banyak yang ingin Sea ungkapkan, dia ingin mengucap syukur karena Mark akhirnya bangun, dia ingin merajuk karena Mark memilih waktu yang begitu lama untuk terbangun, dia ingin menangis kuat-kuat, tapi semua emosi menyebabkan suaranya tercekat di tenggorokan
Air mata tampak menetes dari pipi Mark, lelaki itu mencoba berbicara, tetapi tampak begitu susah payah, “Stttt…Kau tidak boleh bicara dulu,” gumam Sea lembut, mencegah Mark berusaha terlalu keras, “mereka memasang selang di tenggorokanmu, untuk makanan, kau koma selama kurang lebih dua tahun.”
Mata Mark menatap Sea, tampak tersiksa, dan dengan lembut Sea mengusap air mata di pipi Mark, “Nanti, setelah mereka yakin kondisimu membaik, mereka akan melepas selang itu dan kau akan bisa berbicara lagi, tapi sekarang, kau cukup mengangguk atau menggeleng saja ya, sekarang…” Sea menelan ludah, menahan isak tangis yang dalam, “Sekarang kita harus mensyukuri karena kau akhirnya terbangun, ya?”
Mark menganggukkan kepalanya, dan seulas senyum dengan susah payah muncul dari bibirnya.
“Sekarang istirahatlah dulu, dokter akan mengecek kondisimu lagi.” bisik Sea lembut ketika melihat isyarat dari dokter yang menunggui mereka.
Ketika Sea akan beranjak, genggaman Mark di tangannya menguat, Dengan lembut Sea menoleh dan memberikan senyuman penuh cinta kepada Mark.
“Aku tidak akan kemana-mana, aku harus menyingkir karena dokter akan memeriksamu lagi, tapi aku tidak akan kemana-mana, aku akan berada di dekat sini sehingga saat kau butuh nanti aku akan langsung datang.”
Pegangan Mark mengendor, lelaki itu mau mengerti. Dengan lembut Sea mengecup dahi Mark dan melangkah menjauh keluar ruangan perawatan. Air matanya mengucur dengan derasnya ketika dia melangkah menghampiri suster milk. Suster milk masih berdiri di sana dan Sea langsung berlari ke arahnya, menangis keras-keras.
“Dia sadar suster…dia akhirnya sadar…aku masih tak percaya, selama ini aku hampir kehilangan harapan. Mulai berpikir kalau Mark memang tidak mau bangun, mulai berpikir kalau semua perjuanganku ini sia-sia… Tapi sekarang…”, Sea terisak, “Aku tak percaya bahwa pada akhirnya dia sadar… dia kembali dari tidur panjangnya, dia ada di sini untuk aku…“
Dengan lembut Suster milk mengelus rambut Sea, “Ini semua karena perjuanganmu Sea, Tuhan melihat keyakinanmu maka ia mengabulkannya.” mata suster milk juga berkaca-kaca, terharu melihat pasangan yang sudah hampir menjadi legenda karena kekuatan cintanya di rumah sakit ini, akhirnya akan berujung bahagia.
KAMU SEDANG MEMBACA
A Romantic About Sea
RomanceCERITA INI SEPENUHNYA MILIK KAK SANTHY AGATHA sendirian, dan menghancurkan semua mimpi-mimpinya yang sebelumnya terbungkus dalam rencana masa depan yang telah tersusun rapi. Semuanya hancur. Dalam perjuangannya untuk bangkit itulah dia harus berhubu...