02. CYT

12 6 1
                                        

Kringgg Kringgg Kringgg Dringg Dringgg!

Alarm arganizer Mina berbunyi keras sehingga getarannya berpadu dengan getaran kemeja kuping Mina terasa sakit mendengarnya, tapi matanya terasa sangat berat untuk membuka. Mina membiarkan saja sampai suaranya hilang sendiri.

"Non Mina bangunan! Ibu sudah menunggu di bawah." Aduh sekarang suara ketukan pintu Bi Jummi menggema di kamar Mina, benar-benar tidak ada yang membiarkannya tidur dengan tenang pagi ini. "Iya bi tunggu sebentar." Ucapnya terpaksa agar Jummi berhenti mengetuk pintu.

Mina meregangkan tubuhnya lalu perlahan Ia membuka matanya dan sinar matahari menyilaukan matanya membuat Mina refleks mengernyit. Mina mengubah posisinya menjadi duduk dan melihat sekitar. Ia kemudian beranjak dari tempat tidurnya dengan bermalas-malasan Mina berjalan menuju meja riasnya dan mengambil ikat rambut.

Mina mengikat rambutnya Seraya berjalan keluar kamar sambil menuruni tangga Mina melihat suasana ruang keluarga yang terpantau sepi. Kemudian berjalan menuju dapur di sana sudah ada Ibu dan Jummi yang sudah menyelesaikan masak.

"Stop!! Jangan bergerak sebelum aku kembali." Mina berlari menuju kamarnya mengambil ponsel dan dengan cepat kembali ke dapur menaruh ponselnya di ujung ruangan dan siap merekam semua kegiatan dapur.

"Kamu ngapain sayang?" Tanya ibu Mina yang masih diam membeku.

"Mama sama Bi Jummi keluar aja biar aku yang siapin semuanya" Mina mengambil celemek bermotif kotak kotak yang tergantung dan segera memakainya.

"Tapi kenapa? Itu ngerekam buat apa?" Tanya ibu Mina heran melihat apa yang di lakukan anaknya.

"Nanti juga mama tau, sekarang mama keluar kerjain yang lain aja." Dengan kebingungan mereka berdua hanya menuruti perintah Mina tanpa banyak bertanya.

Mina menyelesaikan semua kegiatan dapurnya dengan cepat. Ia tidak mengerjakan banyak hal hanya menaruh barang ke tempatnya, melap dan beberapa kegiatan sok sibuk lainnya. Setelah pekerjaannya selesai Mina membawa semua makanan yang sudah dibuat Ibunya dan Jummi sang pembantu ia bawa ke meja makan.

"Selamat pagi sayang, tumben pagi pagi gini udah keliatan sibuk banget." Mina menoleh dan tersenyum manis. Terlihat ayahnya Erik sudah mengenakan baju yang rapi dan di susul oleh Santi ibunya. Mina duduk di samping ayahnya.

"Papa aku melakukan hal baik pagi ini. Aku bantu Mama di dapur, kalau papa nggak percaya aku punya videonya." Mina menyodorkan HP-nya pada ayahnya. Erik menatap HP itu sejenak lalu kembali menatap istrinya yang sibuk mengambilkannya makanan.

Dari kecil Mina selalu di beri hadiah oleh ayahnya ketika ia sudah melakukan hal baik.

"Aku mau hadiahnya mobil baru. Papa lihatkan mobil aku depannya penyok." Erik mengangguk paham.

"Papa punya kenalan bengkel bagus nanti kamu bisa bawa mobilnya ke sana atau enggak kamu bisa telepon dia buat ambil mobilnya. Sebentar papa kasih kartu namanya."

"Bengkel? Aku mau mobil baru, nggak masalah kalau mobilnya lebih murah dari itu yang jelas aku mau mobil baru." Tegas Mina pada ayahnya. Erik menghentikan kegiatan memasukkan makanan ke mulut lalu membuang nafas berat.

"Papa nggak bisa kasih kamu mobil baru tapi kalau kamu tetap mau mobil baru kamu harus bantu papa ngurus salah satu cabang perusahaan papa" Ucap Erik tampak tak kalah tegas lalu melanjutkan adegan makannya.

Mina terdiam seperti sedang mendengar buruk. Ia menatap ayah dan ibunya secara bergantian dan tidak melihat harapan bisa mendapatkan mobil baru. Mina mengambil sedikit nasi goreng lalu menaruhnya ke piring dan langsung memakannya dengan cepat.

Setelah piringnya kosong Mina mengambil air putih yang sudah di sediakan lalu membawanya pergi. Erik dan Santi hanya melihat kelakuan anak tunggalnya tidak tau harus berkata apa.

Cinta Yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang