Erik dan Mina duduk berdua di balkon memandang kebun tanaman belakang rumah yang tampak sepi. Keduanya tampak memakai selimut di pundak. Keduanya menikmati suasan malam yang dingin dan sepi.
Sudah lama sekali semenjak terakhir kali mereka menghabiskan waktu bersama. Apalagi akhir akhir ini mereka lebih sering bersitegang. Saat saat yang di rindukan keduanya meminum secangkir kopi hangat bersama dan ngobrol tentang baanyak hal.
"Mama bilang tadi pagi kamu ngancurin mobil kamu. Kenapa?" Tanya Erik sambil menyeruput kopi hangatnya.
"Karena mau ke bengkel, biar ada alasan ke sana aja. Oh iyaa, aku udah mutusin buat mau kerja di bengkel yang kemarin papa bilang." Mina juga ikut menyeruput kopinya.
"Bengkel?" Erik menatap anaknya terkejut dan di jawab anggukan oleh Mina. Erik menatap Mina tidak percaya kenapa lebih memilih kerja di bengkel dari pada di perusahaannya. Sudah jelas posisinya akan lebih bagus dan enak jika ia di perusahaan. Entah apa yang ada di rencanakan Mina, Erik tidak pernah bisa menebaknya.
"Kamu memang seperti papa. Papa selalu mendukung keputusan kamu tapi kalau kamu nggak betah disana kamu bisa ke perusahaan papa. Pintu ruangan papa selalu terbuka buat kamu." Ucap Erik. Sejujurnya hatinya sedikit ragu dengan perkataanya barusan. Putrinya bekerja di bengkel? Apa itu dapat di percaya. Apa yang ada di pikirannya sampai mau kerja di bengkel.
"Iyaa tapi aku nggak akan masuk ke pintu itu, tenang aja aku bakal betah di sana kok."Ucap Mina percaya diri.
****************
Mina masuk ke kamarnya dering ponselnya terus berbunyi. Ia mengambil ponselnya yang terletak di atas nakas. Seseorang dengan nomor yang tidak ia simpan menelfonnya sejak tadi. Mina segera mengangkatnya tanpa berpikir panjang."Assalamualikum, halo siapa?" Ucap Mina
"Waalaikumsalam, halo neng ini saya pak taufik yang kerja di bengkel." Suara yang tidak asing terdengar dari balik telfon Mina.
"Oh iyaa pak, gimana pak?" Ucap Mina tampak penasaran. Ini yang ia tunggu tunggu sejak tadi.
"Kata bos saya ada kerjaan buat neng, besok neng bisa ke sini dulu ketemu bos." Ucap Pak Taufik menjelaskan.
"Makasih pak, iya besok saya ke sana. Sekali lagi makasih banyak." Mina mematikan telfonnya. Mendengar kabar itu membuat Mina sangat senang. Ia mulai membayangkan jika harus bertemu dengan Farez tiap hari, membantunya dan ngobrol sama dia.
****************
Hari ini tidak begitu macet yang membuat Mina tiba di bengkel cukup cepat. Mina memarkirkan mobilnya lalu berjalan masuk."Neng udah dateng." Ucap Pak Taufik yang menghampiri Mina. Mina tersenyum "Langsung naik aja ke ruangannya kebetulan Pak Surya udah ada." Pak Taufik menunjuk tangga yang terletak di ujung ruangan.
"Boleh tolong anter nggak Pak, soalnya takut nyasar." Ucap Mina yang di jawab mengangguk mengerti oleh Pak Taufik. Mereka segera menuju tangga itu.
Akhirnya mereka sampai ke lantai tiga tempat ruangan Pak Surya berada. Mina yang terbilang tidak pernah berolahraga merasa lelah melewati anak tangga yang cukup banyak itu. Nafasnya terengah engah. Mina sudah berdiri di depan pintu ruangan itu. Ia menetralkan nafasnya sebelum mengetuk pintu yang ada di hadapannya. Terdengar suara jawaban dari dalam ruangan, Mina lalu membuka pintu dan mendapati bosnya sedang duduk di kursi kerjanya.
"Silahkan duduk." Pria itu mengangkat tangannya menunjuk kursi. Mina duduk di kursi yang berada di depan bosnya Lalu menaruh CVnya di meja.
"Kita kenalan dulu aja. Saya Pak Surya manajer di sini." Ucap Pak Surya, Mina hanya mengangguk membenarkan. Surya mulai membuka biodata milik Mina dan membacanya.
"Kamu Mina Mayumi?" Tanya Pak Surya tampak tidak yakin sama seseorang yang ada di hadapannya itu.
"Iyaa betul." Jawab Mina dengan suara percaya diri.
"Apa alasan kamu mau kerja di sini? Kamu punya kesempatan besar bekerja di perusahaan besar dan mungkin disana kamu bisa punya posisi yang lebih mapan dari saya." Ucap Surya terus terang. Melihat biodatanya ia yakin Mina punya kemampuan yang tidak bisa diragukan.
Mina tampak diam sejenak memikirkan alasan yang pas. Karena ia tidak mungkin mengatakan yang sebenarnya. Kalau ia ingin bekerja disini hanya karena ingin bertemu dan ngobrol sama Farez tanpa harus merusak mobilnya.
"Saya belum pernah bekerja, belum ada pengalaman. Jadi saya berfikir untuk memulainya dari yang lebih mudah, memegang tanggung jawab yang tidak terlalu berat." Jawab Mina dan di jawab anggukan oleh Surya. Surya cukup mengerti karena memang pengalaman cukup penting jika ingin melamar kerja. Pengalaman punya nilai ples untuk pelamar.
"Oke saya akan jelaskan sedikit gambaran kerja kamu di bengkel." Kata Surya tanpa basa basi. Pak Surya menaruh map Mila dan mengambil map di lacinya lalu menunjukkanya pada Mina.
Setelah beberapa menit di dalam ruangan Pak Surya, akhirnya Mina keluar. Mina berlari kecil menuruni anak tangga dan mencari cari keberadaan Pak Taufik. Rasa senangnya menutupi rasa lelahnya menuruni jejeran anak tangga itu. Setelah matanya menemukan keberadaannya Mina dengan segera menghampirinya.
"Pakk.. Mina di terima kerja di sini." Ucap mina girang
"Allhamdulillah neng, selamat ya.."
"Makasih pak, karena bapak aku bisa kerja disini. Aku senang banget."
"Jadi kapan neng mulai kerja?" Tanya Pak Taufik
"Kata Pak Surya besok udah bisa mulai pelatihan." Jawab Mina.
****************
Aku melangkah memasuki gedung kantor tempat Violet bekerja dengan perasaan senang. Setelah di terima bekerja di bengkel Mina memutuskan untuk segera memberitahukan kabar bahagia ini pada Violet."Hallo, Vio." Mina membuka Pintu dan masuk dengan
"Ada apa? Kenapa kamu mau ketemu di jam kantor?" Ucap Violet yang tidak memalingkan matanya dari komputer dan kertas di hadapannya.
"Ini terakhir kalinya aku ganggu kamu kerja. Karena ini hari terakhir aku jadi pengangguran." Mina duduk santai di kursi yang terletak tidak jauh dari pintu.
"Aku udah tau suatu hari nanti kamu bakal lanjutin bisnis papa kamu mau nggak mau." Ucap Violet masih sibuk dengan kerjaannya.
"Siapa yang bilang aku kerja di perusahaan papaku? Aku nggak kerja di perusahaan papa tapi di bengkel." Perkataan Mina itu mampu membuat Violet menatap Mina melotot saking terkejutnya.
"Bengkel? Kamu bercanda? nggak lucu." Violet tidak ingin percaya begitu saja. Kerja di perusahaan aja sudah sangat sulit Mina terima, apalagi di bengkel. Cewe seperti dia tidak cocok kerja di bengkel.
"Kamu kira aku mau dateng jauh jauh ke sini cuman buat bilang omong kosong ke kamu?"
"Nggak ada orang yang bisa ngerti isi otak kamu. Bener bener gila. Dikasih posisi bagus, kerja mapan malah di tolak mentah mentah lebih pilih kerja di tempat yang aku yakin kamu sendiri nggak ngerti tempat itu kayak gimana."
"Karena hanya Mina Mayumi yang terkeren." Ucap Mina dengan senyum bangganya.
"Tapi gimana reaksi papa kamu tau kamu lebih pilih kerja di bengkel?." Violet menggeser kursinya mendekati Mina.
"Di bolehin tapi tetep berharap aku mau jadi penerus yang baik untuk perusahaannya."
"Kamu ini cuman mau nikmatin uangnya tapi nggak sudi ikut jejek dia. Kalau aku jadi papa kamu, aku udah kasih kamu pelajaran sampe mampus." Ucap Violet tampak kesal.
"Aku nggak mau gila kayak dia."
"Nggak, kalian sama sama gila."
"Kamu juga gila, kerja dari pagi sampe malem."
"Namanya juga cari duit kalau nggak banting tulang nggak afdol. Tunggu aja, nanti juga kamu rasain." Violet kembali menggeser kursinya ke meja kerjanya setelah mengingat tumpukan kertas yang ia tinggalkan.
"Dih ngapain kerja banting tulang, papa akukan kaya ha..ha..ha.." Mereka berbicara selama sepuluh menit selanjutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
Cinta Yang Tersesat
RomanceMina Mayumi Puspita merupakan gadis cantik lulusan luar negri. Ia juga merupakan anak tunggal dari salah satu pengusaha kaya dikotanya. Setiap hari mina hanya melakukan apa yang dia mau dan menikmati hidup tanpa memperdulikan apapun. Kisah bermula...