08. CYT

4 3 0
                                    

Mina mendudukkan pantatnya di meja rias miliknya sembari menelfon Violet. Menunggu cukup lama akhirnya Violet menangkat telfonnya.

"Kenapa kamu menolak telfon dari aku tadi?" terdengar suara Violet yang tampak kesal dari balik telfon.

"Maaf, aku sedang di jalan tadi jadi tidak aku angkat. Ada apa?" tanya Mina mengalihkan pembicaraan.

"Bagai mana hari pertamamu? Apa berjalan lancar?" tanya Violet penasaran dengan sehari seorang Mina Mayumi kerja di bengkel.

"Tidak begitu baik tapi aku menikmatinya. Dia terlihat peduli denganku sangat manis." Jawab Mina tersenyum mengingat kejadian sederhana tadi.

"Dia? Kamu lagi ngomongin siapa?" Violet mengerutkan jidatnya menebak nebak.

"Aku belum kasih tau kamu? Jadi aku ketemu cowo ganteng di jalan waktu itu dan ternyata dia kerja di bengkel kenalan papa aku."

"Jangan bilang kamu bela belain kerja di bengkel itu karena dia?" Violet terdiam menunggu jawaban dari Mina. Namun di balik telfon Mina hanya terdiam menimbang nimbang reaksi Violet nantinya. "Astaga Mina! Terus dia tau nggak kamu lagi suka dia?" lanjut Violet mengetahui dugaannya benar.

"Nggak, karena aku bakal buat dia suka sama aku baru habis itu aku kasih tau dia." Violet menggelengkan kepalanya tidak habis fikir.

"Aku dukung keputusan nggak masuk akal kamu. Tapi inget jangan berlebihan aku nggak mau kamu di manfaatin lagi." Ucap Violet terdengar sedang menyeruput kopinya di ujung telfon sana. Setelah menyeruput kopinya terdengar suara ketukan pintu dari Violet.

"Masih ngantor?" Violet buru buru merapikan barang barangnya di atas meja setelah melihat siapa yang datang mengunjunginya.

"Udah mau pulang bentar lagi mau matiin lampu, ada apa?" Violet membalikkan telfon genggamnya ke arah meja dan tidak mematikan sambungan telefon dari Mina.

"Jangan lupa kunci ruangan ya." Pria itu masih berdiri di depan pintu ruangan Violet. Saat ini Violet benar benar ingin menendang pria itu pergi tapi ia tidak bisa. Lagian juga kenapa dia sangat suka berkeliaran di kantor Violet itu membuatnya  harus bekerja ekstra untuk menghindar.

"Terima kasih informasinya tapi aku bukan sekiruti di sini." Violet sudah selesai merapikan semua barang barangnya dan membawanya keluar ruangan.

"Cuman ingetin saja kok sayangku. Di kantorku ada yang pernah lupa mengunci ruangannya. Besoknya, leptopnya-nya sudah rapih." Oke sekarang dia sudah mulai banyak bicara. Ughhh!!! Entah kenapa ibu Violet berusaha menjodohkan mereka yang pasti Violet tidak suka itu tidak suka di jidohkan dan tidak suka dengan pria pilihannya.

"Mau ke mana habis ini?" Pria itu mengikuti Violet sampe ke parkiran membuat Violet terpaksa mempercepat langkahnya.

"Ke resto, aku nggak langsung pulang. Diajak makan dulu sama Klien." kata Violet berdusta seratus persen. Dia tetap membangun pagar setinggi mungkin, menutupi hatinya. Dia tidak ingin pria itu memanggap hal lain tentang keramahannya atau bahkan memberikan harapan lebih. Violet tidak akan memberikannya sedikit cela untuk mendekatinya.

"Begitu ya?" Suara pria itu terdengar kecewa. "Hehe.. Padahal tadinya aku kepingin mengajakmu makan malam di tempat yang asik."

"Nggak bisa sekarang deh. Maaf." Violet tidak merasa bersalah. Dia mengenyakan dirinya ke kursi mobil, dan membiarkan pria itu berdiri seperti orang bodoh di samping mobilnya.

"Kalau gitu hati hati ya bawa mobilnya di luar lagi hujan jalanan licin.. Kalau ada apa apa telfon aku aja sama kalau udah sampai rumah kabarin." ucap pria itu sebelum Violet melajukan mobilnya menjauh.

"Ciee, kamu sudah setuju sama perjodohan mama kamu nih, sejak kapan?" Goda Mina dari balik telefon. Sontak membuat Violet tersadar sejak tadi dia belum mematikan telefonnya.

"Diem, aku sama sekali nggak terima perjodohan apapun, lagian tadi kamu dengar sendirikan dia yang datang ke sini nggak jelas mana berharap aku telfon."

"Haha tapi pilihan orang tau kadang yang terbaik loh, coba aja dulu kasi dia kesempatan baru nentuin cocok atau nggak."

"Telfonnya aku matiin ya, aku lagi nyetir." tanpa mendapat jawaban dari Mina Violet mematikan telfonnya.

Ck!

"Kalau di kasih tau selalu aja gitu, dasar." dumel Mina

Mina keluar dari kamarnya menuju dapur dan mendapati Bi Jummi yang sedang memotong wortel.

"Bi Jummi tolong buatin aku susu coklat hangat dong." Ucap Mina dengan manja dan segera di turuti olah Jummi.

"Bi Jummi aku mau nanya sesuatu boleh nggak?" Mina tampak serius.

"Boleh, nanya soal apa?"

"Waktu Bi Jummi masih muda kayak aku Bi Jummi ngapain aja?"

"bibi belajar sambil bantu bantu ibu tidak ada waktu buat main."

"Masa muda Bi Jummi ngeboseninin pasti, bibi mau nggak jadi muda sehari terus lakuin apa yang pengen Bi Jummi lakuin dulu?"

"Tidak ah, bibi udah terlalu tua. Lagian bibi punya banyak kerjaan yang harus di lakuin."

"Ck! Bi Jummi nggak asik. Sini deh aku bantu potong wortelnya." Mina melanjutkan potongan wortel Bi Jummi sedangkan Jummi masih membuatkan Mina susu coklat hangat

"Aduh non tidak usah ini udah jadi kerjaan saya, non masuk kamar aja." ucap Bi Jummi saat sudah selesai membuatkan susu coklat untuk Mina.

"Nggak papa aku cuma bantu dikit kok. Bi Jummi kerja yang lain aja." Mina tetap fokus pada potongan wortelnya.

"Tapi ini susu coklatnya nanti dingin kalau tidak segera di minum, jadi tidak enak loh." Mina mengambil susu itu lalu meminumnya dan kembali melanjutkan kegiatan memotong wortel.

Bi Jummi membuang nafas pasrah dan mengerjakan pekerjaan lain. Mereka berdua tampak sibuk dengan urusan masing masing. Wortel yang sudah Mina potong Jummi buatkan jadi sup.

Mina duduk memperhatikan Jummi yang memasak seraya meminum susu coklatnya. Entah kenapa ia gadis itu sangat suka melihat pemandagan ini.

Setelah Jummi menyelesaikan semua masakannya ia menaruh masakannya di hadapan Mina.

"Ayo non Mina makan." perintah Bi Jummi

"Ayo makan bareng, bi jummi yang masak jadi harus ikut makan." Ajak Mina namun di tolak oleh Bi Jummi. Mina terus memaksanya hingga akhirnya Jummi setuju dan makan bersama Mina. Mereka berdua makan dengan tenang

"Nggak tau kenapa aku lebih senang menghabiskan waktu dengan Bi Jummi dari pada mama" ucap Mina dalam benaknya.

Cinta Yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang