07. CYT

4 3 1
                                    

Mina merapikan barang barangnya lalu berjalan keluar bengkel. Sudah pukul 20.25 beberapa pegawai bengkel sudah pulang. Begitupun dengan Pak Taufik yang baru saja berpamitan pulang. Di luar sedang hujan membuat Mina tidak bisa pulang. Ini semua karena ayahnya yang tidak membiarkannya membawa mobil.

Mina duduk di depan bengkel. Kakinya terasa begitu pegal seharian kesana kemari menggunkan highils. Mina membuka sepatunya dan mendapati kakinya terluka. Jujur saja ini pertama kalinya kakinya terluka karena highils.

Dari kejahuan Farez melihat Mina lalu kemudian menghampirinya. "Kamu nggak pulang? Bengkelnya udah mau aku tutup." Ucap Farez seraya menggunakan baju mantelnya.

"Aku nunggu ojek lewat. Emang didalam udah enggak ada orang?" Tanya Mina melihat kedalam bengkel.

"Iya yang lain sudah pada pulang. Kamu pesen ojek? Ojek nggak lewat sini kalu hujan soalnya suka banjir di depan sana."

"Aku nggak tau pesan ojek, kamu bisa anter aku pulang nggak?" Melihat kesempatan ini tentu saja Mina tidak akan menyia-nyiakannya.

"Emang rumah kamu di mana?" Tanya Farez. Sebelum Mina menjawab mobil hitam bermerek mewah mendekat ke arah mereka. Mata keduanya terpaku pada mobil itu sampai seseorang keluar dari mobil itu mebawa payung.

Ternyata Erik menjemput Mina tanpa menelfonnya. Mina menatap wajah Farez, kali ini ia gagal pulang di antar Farez tapi tidak masalah. Masih begitu banyak kesempatan untuknya melakukan itu. Mina berpamitan dengan Farez lalu masuk kedalam mobil. Farez menatap kepergian mobil Mina sebelum ia menutup bengkel.

"Itu tadi teman kerja kamu?" tanya Erik membuka suara saat mobil itu mulai berjalan.

"Iya dia montir di sana. Dia juga alasan kenapa aku bakal betah di sana. Menurut papa dia gimana?" Mina mengubah posisinya menghadap Erik tampak begitu antusias dan penasaran dengan jawaban Erik.

"Bukannya baru kemarin kamu putus sama pacar kamu yang nggak bener itu." Erik mengerutkan keningnya dan sesekali melirik ke arah Mina.

"Sekarang aku sudah melupakannya, jadi tidak perlu membahas dia lagi." Ucap Mina kesal.

"Papa udah duga kamu ngelamar kerja di sana karena punya tujuan lain. Tapi papa nggak sampe kepikiran kamu bakal sama laki laki seperti itu. Papa yakin sekali dia bukan orang yang baik."

"Papa nggak boleh berburuk sangka gitu dong!  Papakan nggak tau dia seperti apa, bahkan namanya aja papa nggak tau."

"Papa punya firasat buruk yang sama seperti mantan-mantan pacar kamu sebelumnya. Sebelumnya juga seperti itu, kamu sudah sering di manfaatkan, harusnya kamu lebih banyak belajar dari kesalahan kamu." Ucap Erik mengingatkan putrinya.

"Papa nggak bisa menyama-nyamakan gitu, dia beda kok. Papa cuman harus kenal dia lebih dekat aku yakin papa bakal suka sama yang satu ini." Bantah Mina seperti tidak perduli dengan perkataan ayahnya. Erik memilih menutup mulutnya mengalah. Perdebatan ini tidak akan berhenti jika bukan dia yang mengalah.

Setelah perdebatan itu tidak ada lagi percakapan antara keduanya. Erik memilih fokus menyetir sedangkan Mina sibuk dengan ponsel genggamnya. Saat sedang asik menonton video tiba tiba layar hp Mina teralihkan dengan panggilan Violet.

Mina menolak panggil itu membuat Erik merasa tidak nyaman.

"Kenapa nggak di angkat?" Erik melirik Mina sesekali. Ia tahu yang menelfon tadi Violet sahabat baik Mina.

"Males aja. Soalnya aku tau dia mau ngomongin apa." Jawab Mina lalu memasukkan hpnya kedalam tas.

"Tapi lebih baik kamu angkat dulu dan pastiin dia mau ngomong apa." Nasihan Erik. Mina membuang nafasnya berat, ayahnya benar benar suka membuat perdebatan. Mina sangat lelah dengan nasihat nasihatnya. Dari pada harus membantah nasihat itu Mina memilih untuk diam.

Entah sejak kapan Erik dan Mina lebih sering beradu mulut dari pada saling memberikan kasih  sayang. Entah ini pengaruh karena Erik terlalu tegas atau apalah itu yang pasti ini sangat buruk untuk keduanya.

Cinta Yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang