10. CYT

4 3 0
                                    

"Minum dulu baru aku cerita, oke."  ucap Mina lalu memesan wiski favoritnya begitupun dengan Violet. Mereka berdua duduk di meja bar.

"Kenapa kamu mengajak aku ke sini? Ada masalah di bengkel?" tanya Violet khawatir karena tiba tiba saja Mina mengajaknya ke bar.

"Nggak, malah aku bawa cerita bahagia sekaligus membingungkan." jawab Mina dengan senyum kikuk.

Tidak menunggu waktu lama wiski pesanan mereka datang. Mina langsung meneguknya karena sangat rindu dengan minuman itu. Sedangkan Violet hanya mengamati Mina minum.

"Jadi tadi Farez menjamin aku sepatunya karena kamarin waktu pulang dia liat kaki aku lecet pake highils." mendengar itu Violet membulatkan matanya terkejut. Secepat itu pria itu terpesona dengan kecantikan Mina. Ia tentu saja dia memang sangat cantik tapi dia menyukainya dalam tiga hari, hebat.

"Dia nggak mungkin kasih sepatunya gitu aja dong. Pasti di juga udah suka sama kamu cuman belum berani ngomong. Aaaa gemes banget si kalian." Violet tersenyum bangga sekaligus gemas menatap Mina.

Violet memang belum pernah bertemu dengan Farez namun entah kenapa setelah mendengar cerita dari Mina barusan Violet merasa Farez pria yang cocok untuk Mina.

"Tapi Violet, itu nggak mungkin kita aja jarang ngobrol, berpapasan atau apalah itu, jadi mungkin aja sikap dia kayak gitu karena kita rekan kerja." Ucap Mina cemberut memikirkan kenyataan.

Farez memang pria yang baik jadi bisa saja dia bersikap seperti itu bukan karena menyukai Mina tetapi karena sudah kebiasaannya menolong orang lain.

Mina di ambang kebingungan entah mau senang atau mau sedih. Dia memikirkan itu sejak tadi. Astaga, pria itu bener bener suka memenuhi isi kepala Mina akhir akhir ini.

"Kalau gitu kamu ajak dia ketemuan di luar kantor aja. Kalau perilaku dia ke kamu manis kayak biasanya, bisa jadi dia beneran suka kamu." Ucap Violet memberi masukan.

"Kamu yakin itu bisa nentuin dia suka aku atau nggak?" Violet mengangguk yakin.

Mina kembali meneguk wiskynya, meninmbang nimbang perkataan Violet. Mina masih tidak begitu yakin dengan sarannya tetapi jika Mina tidak mencobanya mungkin ia tidak akan tau pasti.

"Oh iya, memangnya karena apa kamu sangat suka dengan pria itu padahal dia hanya seorang montir. Maksud aku, cowo itu sama sekali nggak sama dengan gaya hidup kamu." tanya Violet yang tampak sangat penasaran.

"Entahlah aku juga nggak tau yang aku inget cuman. Pertama kali kita ketemu dia senyum sama aku dan aku suka senyumnya itu, karena dia ganteng. Lalu kita bertemu lagi di bengkel dan dia terlihat sangat keren. Lalu dia tidak sungkan mengantarku pulang dan hari ini yang paling berkesan dia meminjamkan sepatunya." Jelas Mina

Tidak ada yang begitu special tapi semua itu berhasil membuat Mina sangat senang terlebih lagi ia sudah melakukan banyak cara untuk dekat dengan Farez.

"Kamu serius? Cuman karena kamu suka senyumnya kamu sampe sejauh ini. Sampe bela belain kerja di bengkel itu." Mina tersenyum tampa dosa. Violet menggelangkan kepalanya tidak percaya. Cinta memang buta.

"Kamu nggak usah kayak gitu kamu nggak ngerti. Cinta selalu kayak gitu datang tiba tiba dan di waktu yang tepat." Ucap Mina lalu meneguk wiskynya. Sedangkan Violet tidak minum sama sekali karena mengingat ia akan menyetir.

"Aku ngerti makanya aku menjauh dari yang namanya cinta. Itu bisa bikin orang gila." gumam Violet. Mina lagi lagi meneguk wiskynya entah dia masi sadar atau sudah tidak lagi.

Violet merasakan ponselnya bergetar sejak tadi entah siapa yang menelfonnya sampe berulang ulang meski ia tidak mengangkat.

Ternyata ibunya, Violet memutar bola matanya malas. Mau tidak mau ia harus mengangkat panggilan itu jika tidak ibunya tidak akan berhenti menelfon.

Violet izin berpamitan keluar mengangkat telfon pada Mina lalu keluar dari bar yang di isi music yang sangat keras.

"Halo Ma? Kenapa mama nelfon malam malam begini, ada apa?" Ucap Violet saat memangkat telton dari ibunya

"Vio kamu kenapa angkat telfonnya lama, mama  khawatir." jawab ibu Violet dari seberang telefon

"Tadi Violet tidak dengar. Ada apa mama menelfon semalam ini? Aku kaget karena mama belum pernah menelfon semalam ini."

"Memangnya tidak boleh kalau mama sendiri menelfon anaknya malam malam. Apalagi anaknya sangat jauh dari mamanya."

"Tidak begitu juga ma, Violet hanya tidak terbiasa mama menelfon malam malam begini."

"Kamu lagi ngapin nak sekarang?"

"Aku baru aja pulang kantor ma,"

"Kok malam banget pulang kantornya? Kamu pulang sama siapa? Ada yang temani tidak?"

"Mama tidak perlu khawatir aku pulang sama Mina kok."

"Mina sudah punya pekerjaan. Kadang jam pulang kantor kita sama jadi Mina ikut di mobil aku. Dia sudah tidak di izinkan lagi bawa mobil oleh ayahnya, karena sudah merusaki mobilnya."

"Bagus kalau anak itu berubah. Dia gadis yang baik pintar sekarang karena dia sudah mau bekerja Mina semakin sempurna. Tapi kalau kamu pulangnya dengan pria bakal lebih bagus, dia bisa menjaga kamu."

"Aku bisa nyetir sendiri nggak perlu pake sopir lagi kali ma."

"Maksud mama bukan sopir tapi pria yang mama kenalkan dengan kamu itu. Bagai mana hubungan kamu sama dia?"

"Udah dulu ya ma, Violet cape pengen istirahat. Mama jaga kesehatan disana dah." Violet mematikan telfonnya sepihak lalu kembali masuk kedalam bar.

Disisi lain Mina yang sedang di dalam bar.

"Hai cantik, sendirian aja?" sapa seorang pria pada Mina. Mina menatap pria itu dari bawah sampai atas lalu membuang muka padanya.

Mina sama sekali tidak menjawab pria itu dan hanya memutar mutar gelas minumnya merasa bosan menunggu Violet.

"Kok diem aja, bosen ya? Mau aku temenin?" ucap pria itu tidak ingin menyerah mendekati Mina.

Mina kembali menatap pria itu sinis, ia benar benar muak dengan gombalan seperti itu. Mina tidak mengatakan apapun dan langsung membawa gelas dan botol wiskynya bergeser menjauh.

Namun, pria itu tidak menyerah ia mengikuti kepergian Mina dan duduk di sampingnya.

"Kamu kok pergi, kenapa? Mau aku pesenin minum lagi nggak kayaknya satu botol kurang." ucap pria itu. Mina menatap pria itu kesal.

"Kamu bisa pergi ngga? ganggu tau nggak kamu kayak gitu." ucap Mina kesal pada pria itu. Pria itu terseyum melihat kekesalan Mina ia jadi lebih tertarik padanya.

"Kok galak banget padahal aku niatnya baik pengen nemenin kamu minum. Nggak usah galak galak gitulah."

"Kamu ngerti bahasa indonesia nggak? Kalau aku bilang pergi ya pergi. Nggak usah banyak ngomong." ucap Mina mulai kesal dengan keberadaan pria.

"Apa salahnya, aku cuman pengen temenin kamu minum. Kamu minum sendiri dan aku minum sendiri jadi kita bisa minum barengkan?" Pria itu menyodorkan gelas mengajak Mina untuk tos.

"Jauhin aku atau aku seret kamu keluar dari tempat ini dan itu bakal buat kamu malu. Dengar, aku lagi nggak ncancem kamu." tegas Mina pada pria itu.

Melihat keseriusan wajah Mina, pria itu merasa gadis di hadapanya sedang tidak bercanda dan akan benar benar melakukannya. Pria itu langsung pergi meninggalkan Mina yang sangat kesal.

"Dia kira aku nggak punya uang apa! Dasar cowo sampah bisanya cuman godain cewe doang." ucap Mina berapi api. Ia benar banar kesal dengan pria tidak jelas itu.

Cinta Yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang