09. CYT

6 3 1
                                    

Mina berjalan sambil fokus menatapi map yang ada di tangannya, mengecek apa yang belum dia lakukan.

"Mina kamu mau kemana pake baju kayak gitu, rapi banget pake jas." Mina menghentikan langkahnya dan mengalihkan pandangannya pada senior perempuannya.

"Mau cek perlengkapan bengkel Mbak." Jawab Mina dengan senyum manisnya kemudian kembali melanjutkan memperhatikan map di tangannya.

"Besok kamu jangan pake baju kayak gitu lagi, baju biasa aja. Kamu mau jadi pusat perhatian dandan kayak gitu hm?" tegur senior perempuan itu.

"Ehh iyaa mbak, besok saya nggak pake jas lagi."Jawab Mina patuh namun agak tidak senang di tegur.

Mina melangkahkan kakinya menjauh dari sana merasa suasana tidak cocok untuknya. Setelah tadi di tegur Mina terus curi curi melihat penampilannya di cermin. Apa benar dia tampil berlebihan. Mina rasa ini hal biasa, pakaian formal yang biasa dipakai ke kantor, tidak berlebihan. Apa mbak itu saja yang tidak mengerti fashion. Apapun itu komentar serior perempuannya tadi mau tidak mau harus Mina dengar.

"Kenapa muka kamu kusut begitu?" tanya Pak Taufik

"Tadi habis kena tegur katanya baju yang aku pakai berlebihan besok harus pake baju yang biasa aja." Adu Mina pada Taufik dengan wajah cemberut.

"Nggak salah sih neng, soalnya dandanan neng udah kayak yang punya ini bengkel. cakep benar." Jawaban Taufik membuat Mina malu sekaligus senang.

"Ya gimana aku nggak tau, besok pakai baju biasa aja." Kali ini Mina lebih tulus dari sebelumnya.

"Iyaa harus gitu nanti orang orang kira ada bos baru." Mina dan Taufik saling terkekah lalu kembali mengerjakan tugas masing masing.

***


Mina fokus menatap map yang ada di tangannya serta menggerekkan naik turun pulpen yang ada di tangannya.

"Kamu masih pake highils? Bukannya kemarin kaki kamu lecet?" tanya Farez. Pertanyaan itu berhasil membuat Mina berdiri membeku menatap Farez. Jadi Farez memperhatikan Mina kemarin. Astagaa jantung Mina mau lepas.

Farez pergi sebentar meninggalkan Mina yang masih membeku salah tingkah dan kembali dengan sepatu kets di tangannya.

"Pake ini aja. Agak usang si tapi masih layak pake kok. Biar luka kaki kamu nggak makin parah."

"Terus nanti kamu pake apa?" Mina mengambil sepatu itu dan segera melepas sepatunya ternyata ukutan sepatu Farez lebih besar darinya membuat Mina harus mengikat sepatu itu dengan sangat erat agar tidak mudah terlepas.

"Aku ada sendal. Kamu pake aja itu sampe pulang."

"Oh.. makasih ya." Jawab Mina kikuk

Saat Farez meninggalkan Mina sendiri rasanya Mina ingin berteriak, jantungnya berdetak tidak karuan sejak tadi. Apa Mina tidak sedang bermimpi, gadis itu mencubit pipinya memastikan apa ini nyata atau hanya mimpi belakang. Namum ternyata Mina sedang tidak bermimpi. Hati Mina sangat senang walaupun ini hal sederhana tapi berhasil membuatnya berbunga bunga. Pria yang sangat menarik.

Mina mengambil ponselnya di saku celan dan mencari nama Violet di sana. Ia mengirimkan pesan untuk menjemputnya jam sembilan malam nanti di bengkel. Tentu saja Mina tidak bisa menahan dirinya untuk tidak memberitahukan ini pada Violet.

Mina tidak bisa fokus dengan kerjaannya gadis itu terus memikirkan sepatu yang ia pakai. Entah apa yang membuatnya begini yang pasti ini pertama kalinya Mina sangat suka pada pria.

Pertama hanya karena dia tersenyum pada Mina  ia jadi tidak bisa melupakannya. Lalu ia kerja keras di begkel dan terlihat sangat sangat keren. Lalu setelah itu dia bersikap manis dan peduli pada Mina. Apa itu alasan yang masuk akal untuk Mina sangat suka pada pria itu. Ia tentu saja ini sudah sangat sempurna.

Sampai waktu jam pulang kerja Mina baru mengembalikan sepatu Milik Farez dan kembali menggunakan highilsnya.

"Ini sepatu kamu, terima kasih sudah meminjamkan sepatumu itu sangat membantuku." Ucap Mina yang di jawab anggukan dan senyum oleh Farez.

Mobil Violet terparkir di luar bengkel Mina segera menghampirinya dan masuk ke dalam mobil.

Cinta Yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang