04. CYT

8 5 0
                                    

Mina sedang berada di halaman rumahnya di hadapannya terparkir mobilnya. Mobil yang kemarin penyok kini sudah kembali seperti baru seperti semula. Ia menatap mobilnya dan kembali teringat dengan kejadian kemarin di bengkel. Pria itu terus saja memenuhi pikirannya membuat Mina tidak tenang.

"Aku nggak bisa tinggal diam, aku bisa gila kalau biarin dia terus terusan menuhin otak aku." Mina duduk di kap mobilnya memikiran sesuatu. Ia terlihat berpikir keras.

Mina masuk ke dalam rumah dan mengambil tongkat bisbol besi milik ayahnya lalu kembali berdiri di hadapan mobilnya. Mina menarik nafas berat, berusaha meyakinkan dirinya.

"Maaf tapi cuman ini cara satu satunya" Ucap Mina sebelum mengangkat tongkatnya menghantam kap mobilnya.

Dari kejahuan Santi melihat gerak gerik anaknya tadi kini syok dengan apa yang Mina lakukan. Entah apa yang ada di pikiran Mina akhir akhir ini Santi tidak tau. Santi segera berlari menghampiri Mina lalu menahan tangannya sebelum kembali mengenai bagian mobil.

"Kamu ini apa apaan, apa harus gini caranya?" Santi dengan wajah yang tampak marah merampas tongkat bisbol dari tangan Mila. Dia benar benar tidak menyangka jika anaknya akan melakukan hal sejauh ini.

"Kamu mau mobil barukan? Oke mama beliin. Kita pergi pilih mobil yang kamu mau sekarang." Ucap Santi lalu berlajan meninggalkan Mina.

"Nggak ma, mama salah faham. Mina udah nggak mau mobil baru kok. Niat Mina ngga gitu." Mina mengejar ibunya berusaha menjelaskan.

"Terus apa? Kenapa kamu ngancurin kap mobilnya?" Santi menghentikan langkahnya dan menatap Mina meminta penjelasan. Mina terdiam sejenak lalu memegang telapak tangan ibunya dengan lembut.

"Ada sesuatu yang nggak bisa aku kasih tau sekarang. Sekarang aku mau siap siap dulu terus bawa mobilnya ke bengkel." Ucap Mina menjelaskan

"Aku sayang mama." lanjutnya lalu mengecup pipi ibunya. Mina berlari masuk kedalam rumah meninggalkan Santi dan segera mandi lalu bersiap ke bengkel. Ia menggunakan baju terbaiknya yang baru ia beli belum lama ini.

****************


Mina keluar dari mobil dan mulai melihat sekeliling berusaha mencari Pria yang terus mengisi pikirannya itu. Entah di sudut ruangan mana ia berada Mina belum menemukannya.

"Eh.. Neng balik lagi, mobilnya belum beres?" Ucap Pria yang kemarin menyambut Mina.

"Mobil aku rusak lagi pak, tapi kali ini boleh minta bapak bapak yang itu yang benerin mobil aku nggak?" Kata Mina menunjuk pria yang ia cari sejak tadi

"Jangan panggil bapak, dia mah masih muda neng mungkin seumuran neng. Namanya Farez, anaknya rajin, baik ganteng lagi, ia kan neng?"

"Eh...iya. Kalau gitu saya kesana dulu makasih pak udah nyambut aku lagi" Ucap Mina tersenyum manis lalu pergi menjauh.

Oh namanya Farez batin Mina

Setelah menunggu cukup lama, akhirnya tiba juga giliran mobil Mina. Dari kejauha terlihat Farez mulai bersiap siap mengeksekusi mobil Mina. Dengan segera Mina menghampiri Farez.

"Gimana mobil aku? Parah nggak?" Tanya Mina berusaha memulai percakapan dengan Farez.

"Keliatannya lumayan parah, tapi tenang aja ini nggak akan lama kok." Mina berdecak kesal. Kenapa dia bilang hanya sebentar padahal  mobil aku keliatan parah. Apa pukulan aku kurang kencang?

"Oh gitu. Aku jarang banget ke bengkel dan nggak ngerti juga soal perawatan mobil. Boleh tolong bantu cek yang lain juga nggak?" Tanya Mina. Gadis cantik itu sedang berusaha mengulur waktu agar bisa bersama Farez lebih lama.

"Iya boleh." Jawab Farez dengan anggukan mengerti. Tentu saja Mina bukan orang pertama yang mengatakan itu padanya, banyak wanita memang tidak mengerti tentang perawatan Mobil.

"Lama nggak kira kira?"

"Iya paling dua jam udah beres? Emang lagi buru buru ya?" Tanya Farez yang menyadari pakaian rapi Mina. Walaupun sebenarnya itu biasa tapi jika ditubuh Mina pakaian itu terlihat lebih mewah.

"Enggak kok, cuman nanya aja." Farez hanya mengangguk lalu fokus pada kerjaannya.

"Mau aku bantu nggak?" Tanya Mina melihat Farez yang sibuk.

"Nggak usah kamukan pelanggan di sini. Duduk aja di sana nunggu mobilnya selesai." Ucap Farez lalu pergi membawa kap mobil Mina. Ia terdiam sejenak melihat kepergian Farez lalu pergi ke meja bundal yang tidak jauh dari sana.

Ck! Padahal aku sengaja biar bisa lama lama bareng dia malah di tinggal. Dasar nggak peka!

Dari kejahuan Mina diam diam memperhatikan Farez. Percakapan yang singkat tadi membuat hatinya lega itu cukup bermakna baginya. Tapi sayangnya mereka tidak sempat ngobrol banyak atau bahkan berkenalan secara langsung karena Farez harus fokus sama kerjaanya."

Mata Mina kini teralihkan pada Pria yang tadi menyapanya. Pria itu terlihat sedang melap bagian mesin. Mina dengan segera menghampirinya.

"Bapak udah lama kerja disini?" Tanya Mina mulai basa basi. Merasa bosan tidak ngobrol dengan siapapun.

"Iyaa, dari awal bengkel ini di buka saya udah kerja di sini neng." Pria itu melirik teman ngobrolnya sesekali. Mina kembali teringat dengan perkataan Farez terakhir kali.

"Oh gitu. Ada lowongan kerja buat aku nggak pak? Kerja apa aja."  Ucap Mina. Mungkin saja ia bisa membatu Farez dan menghabisakan banyak waktu bersama jika ia kerja di sini.

"Neng serius mau kerja di sini? Kenapa? Keliatannya neng punya kerjaan lebih baik keliatan mapan." Pria itu menghentikan kegiatan me lapanya dan melihat Mina dari atas kebawah. Dengan pakaian yang tampak mewah ia mencari lowongan kerja, apa betul?

"Enggak kok, saya pengangguran hehe. Gimana ada nggak pak?" Mina memasang wajah sedihnya yang mencerminkan dia pengangguran yang menyedihkan. Pria itu terdiam sejenak menimbang nimbang apa yang ingin ia katakan.

"Kalau soal itu saya kurang tau neng, saya tanya atasan saya dulu kalau ada nanti saya kabarin neng." Ucap pria itu.

"Oh oke kalau gitu. Ini nomer telfon aku, tolong segera kabarin ya pak." Mina memberikan ketas yang berisikan nomor telfon dan namanya ke pria itu. Pria itu mengambilnya lalu menatap kertas itu sejenak sebelum ia masukkan ke sakunya.

Mina pergi meninggalkan pria itu dan menghampiri Farez yang terlihat sedang mencari keberadaannya.

"Ini kunci mobilnya. Semuanya udah beres, udah aku cek yang lainnya juga." Farez menyodorkan kunci mobil milik Mina.

Udah selesai? Cepet benget bantin mina.

"Makasih ya. Oh iya kenalin nama aku Mina." Mina mengambil kunci itu lalu menyodorkan tangannya ingin berjabat tangan. Jika tidak bisa ngobrol banyak setidaknya Mina bisa kenalalan secara langsung walaupun itu sedikit memalukan dan aneh.

"Farez" Farez menjabat tangan Mina lalu melepaskannya dengan cepat.

"Oh iyaa, sekalai lagi makasih. Aku deluan." Ucap Mina berpamitan.

"Iyaa hati hati"

Cinta Yang TersesatTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang